Lima

9 2 1
                                    

Pohon-pohon mahoni yang tinggi digantikan pohon-pohon bertumbuh pendek dengan daun rimbun. Berbeda dengna pohon-pohon tinggi yang tadi mereka lewati. Pohon-pohon yang pendek ini membuat pandangan mereka sempit. Mereka tak bisa melihat hutan di kejauhan. Kini Sho juga sudah terbiasa mendengar bunyi-bunyi serangga aneh yang lebih mirip teriakan. Jalanan aspal kini sudah tak ada lagi. Digantikan dengan jalanan tanah bebatuan yang dilewati banyak akar pohon. Di kiri mereka tebing dan di kanan mereka jurang. Di ujungnya, mereka bisa melihat alur sungai dari kejauhan dan melihat sisi hutan lain yang dibelah sungai.

"Katanya orang-orang hutang tinggal disana" kata Sho. Dia berhenti dan menatap sisi lain hutan dengan seksama. Orang-orang hutan yang tinggal di hutan Cingeri berada di sana. Tapi dari kejauhan yang terlihat hanyalah hamparan hijau pepohonan.

"Katanya mereka sangat berbahaya, ya?" lanjut Ikki sambil menatap ke sisi lain hutan juga.

"Ya, tidak ada yang tahu sejak kapan mereka tinggal disana dan darimana asal mereka. Ada yang bilang mereka sama seperti makhluk-makhluk buas di hutan. Hanya saja mereka lebih mirip manusia dan memiliki akal seperti manusia. Katanya mereka bahkan makan sehari-hari dari makhluk-makhluk buas lainnya hidup-hidup. Bahkan katanya juga ada yang memakan manusia" Kata Sho

"Tapi kita kan tidak akan ke arah sana kan ya" Shii menimpali.

"Tentu saja. Tidak ada yang boleh melewati sungai dan menyeberang ke sisi hutan yang satunya lagi. Hanya anggota inti FG yang bisa menelusuri tempat itu. Itupun jarang ada yang kembali hidup-hidup" kata Sho. Dia pun kembali berjalan ke jalan setapak di depan mereka.

Jalanan kini semakin sulit untuk dilewati.Terkadang mereka bahkan harus berpegangan satu sama lain ketika melewati jalanan yang curam. Terkadang juga harus berhati-hati agar tidak tersandung. Tapi mereka kini sudah terbiasa mendengar gemerisik pepohonan dari makhluk-makhluk buas yang mengintai mereka. Lagipula, jika Ikki tidak memberi tanda, berarti itu bukanlah hal yang berbahaya. Insting Ikki benar-benar bisa dipercaya. Meskipun Ikki juga tak terlalu terbiasa dengan senapan, tapi Ikki seakan-akan bisa memprediksi makhluk yang akan datang.

"Di kiri!" Ikki tiba-tiba mengarahkan senapannya ke arah kiri. Ke arah pepohonan yang renadah di sisi jurang. Mendengar itu spontan Sho mengarahkannya ke arah yang ditunjuk Ikki. Seekor makhluk duduk di cabang pohon di sisi mereka. Mirip seperti monyet seandainya tangannya lebih kecil dan tidak berwarna merah.

Saat Sho dan Shii menoleh, monyet buas tersebut mulai melompat dari satu dahan ke dahan lainnya menggunakan kaki dan tangannya yang merah. Cakar-cakar tajam terlihar dari ujung tangannya dan taring-taringnya yang tajam keluar dari rahangnya ketika monyet itu berteriak marah. Menembak makhluk bergerak memang sulit, tapi Sho bisa mengikuti kecepatan si monyet tersebut dan berhasil menembak di dadanya. Monyet tersebut jatuh dengan meninggalkan teriakan yang melenking.

Kematian sang monyet ternyata memicu bunyi teriakan-teriakan di sekitar mereka. Teriakan-teriakan itu semakin kencang.

"Kita harus cepat-cepat pergi dari sini" Ujar Ikki berjalan cepat ke depan. Sho mengikutinya sambil memegang senapan dengan kencang. Jantungnya berdegup kencang selama berjalan dan mendengar teriakan-teriakan yang memekikan telinga.

Monyet kedua pun segera datang. Ikki berhasil menembaknya sebelum dia melompat ke arah mereka.

"kananmu, Sho!" Ikki bahkan tidak menoleh untuk memperingati Sho. Bahkan Ikki sudah membidik dan menembak jatuh monyet lainnya. 3 monyet mati dan mereka terus bergerak maju.

Monyet-monyet lain terlihat dari balik dedaunan dan pepohonan. Tangan-tangan merah mereka membentuk garis-garis yang menempel di pepohonan. Sho, Shii dan Ikki mulai mempercepat jalan. Monyet keempat lompat ke arah mereka dengan cakar di depan. Sho menembaknya terjatuh. Ikki dengan segera menoleh ke belakang dan menembaki monyet di belakangnya. Shii menembaki monyet-monyet yang berada jauh di pepohonan.

1+1+1Where stories live. Discover now