Tujuh Belas

6 0 0
                                    

Sho terbatuk-batuk. Dia melihat dari arah kejauhan, monster-monster api itu kini berjalan melewati jembatan akar yang dibuat Ikki. Tembok pepohonan yang dibuat Ikki sebelumnya kini sudah terbakar habis.

Sho mengambil senapannya dan mulai menembaki mereka dalam keadaan berjongkok. Makhluk-makhluk itu hanya mundur sedikit dan maju kembali. Beberapa terjatuh ke sungai. Tapi yang lain nya tetap melaju.

Sho berteriak memanggil Ikki frustasi. Memerintahkannya untuk terbangun. Tapi Ikki tetap tergeletak. Ketika Sho berteriak memanggil Shii, Shii pun terbangun dan terbatuk-batuk.Dia memegangi perutnya yang tertabrak pohon ketika mendarat.

Sho masih menembaki makhluk-makhluk berapi yang tak pernah mati itu. Dimana sih core makhluk-makhluk ini?

Kepala bukan, dada bukan, kedua tungkai juga bukan. Sho sudah membidik semua bagian badan dan tidak menemukan core mereka.

Dalam keadaan masih memegangi perutnya, Shii mengulurkan tangannya ke depan. Membekukan jembatan akar yang dibuat Ikki. Mengeluarkan udara dingin yang menguap dari akar-akar tersebut. Kobaran api tertiup ke belakang dari tubuh makhluk itu. Kobaran itu mulai mengecil tapi tidak padam. Menyisakan tubuh hitam yang dibalut kulit api.

Mereka tetap berjalan melintasi jembatan. Sebelum mereka melangkahkan kaki ke tanah. Sebuah anak panah menancap ke dada mereka. Membuat mereka terhenti. Tapi mereka tetap melaju. Anak panah lainnya menancap bersusulan. Tapi makhluk itu tidak bergeming.

Sho menoleh ke arah datangnya anak panah. Di antara batang pohon berdiri seorang anak memegang busur panah. Umurnya mungkin sekitar 13 tahun. Pakaiannya terbuat dari kulit hewan yang berlapis-lapis. Di pinggangnya terdapat banyak kantung-kantung kulit kecil. Matanya sipit dan mukanya putih dengan berbagai warna-warni tato yang menghiasi mukanya. Rambutnay yang kecokelatan ikal lepek dan berkeringat.

Dia mengambil anak panah baru dari balik punggungnya. Anak panah dengan mata panah terbuat dari batu kaca berwarna kebiruan. Sedetik kemudian, anak panah itu sudah menancap ke makhluk berapi yang ada di jembatan. Ledakan cahaya biru memecah dari mata panah yang menancap. Meledakkan beberapa mayat dalam cahaya biru. Membuat mereka terjatuh ke sungai di bawah mereka.

Sho membelalakkan matanya melihat kilau cahaya biru di atas jembatan. Semua makhluk-makhluk berapi itu kini sudah terjatuh ke sungai dan menghilang dibawa arus. Sho kembali bernafas dan merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Sho menoleh untuk memeriksa teman-temannya.

Shii terduduk dengan tangan terlipat ke belakang. Di belakangnya terdapat seorang pemuda berwajah penuh coretan warna di wajahnya. Dengan satu tangan, dia memegangi tangan Shii. Otot tangannya yang kekar menahan Shii untuk bergerak. Shii meringis ketika lelaki itu mengencangkan genggaman tangannya.

Sama seperti anak kecil pemanah, bajunya berlapis-lapis dengan banyak kantung di pinggangnya. Tetapi baju pemuda ini lebih kusam dan kotor. Dia juga tak memakai alas kaki. Di sekujur tubuhnya terdapat beberapa bekas jahitan luka.

Di sampingnya, seorang lelaki tinggi menggendong tubuh Ikki di pundaknya. Seakan-akan Ikki hanya sekarung beras. Punggungnya yang hangus kemerahan terlihat. 

  Lelaki tinggi itu mendelik ke arah Sho dan tersenyum sinis. Entah kenapa Sho langsung teringat senyuman Felix. Tangan Sho bergetar. Dia mengacungkan senapannya ke arah laki-laki tinggi itu. Dalam sekejap tatapannua berubah. Matanya menatap tajam penuh kebencian. Dia meludah ke bawah dan berjalan lurus ke arah Sho.

Jemari Sho serasa berketingat di pelatuk senapan. Jantung Sho berdegup kencang. Dia teringat kembali dirinya yang tidak berdaya di hadan Felix. Lelaki itu terus mendekat sambil menenteng Ikki. Dalam ketakutan, Sho menarik pelatuk senapannya. Lelaki itu bahkan tidak menghindar. Peluru Sho meleset dan mengenai batang pohon di samping nya.

Si lelaki tinggi itu menggeram, mendekat ke arah Sho. Kini lelaki itu ada di hadapannya. Bau keringat yang pekat keluar dari tubuh lelaki ini. Sho bisa melihat matanya yang kecokelatan dan pipinya yang tirus.

Dalam sekejap, lelaki itu menendang senapan Sho hingga terlempar. Tangan Sho yang ikut terdorong terasa sakit. Tendangan laki-laki ini begitu kuat. Ketika lelaki itu memulai tendangannya yang kedua, pemuda yang menahan Shiii berteriak.

"Kaha!" Suara nya terdengar berat dan kencang. Pemuda itu menggeleng dan memberi tanda silang dengan tangannya.

Kaha menurunkan kembali kakinya dan meninggalkan Sho sambil meludah sekali lagi. Dia menatap Sho dengan tatapan kebencian sebelum akhirnya mengalihkan tatapannya ke jembatan akar yang dibuat Ikki.

Lelaki itu berjalan ke arah jembatan akar yang dibuat Ikki. Kini dia berada di mulut sungai. Akar-akar pepohonan yang menyambungkan antara 2 siai sungai kini berwarna kehitaman karena hangus terbakar.

Kaha mengeluarkan pedangnya, memasang kuda-kuda, dan mengangkat pedangnya ke balik punggungnya. Dalam sekejap, Kaha mengayunkan pedangya seperti sedang mencangkul.

Sho hampir tertawa karena ternyata ayunan pedang Kaha tak mengenai apapun. Dia mengayunkan tepat di atas jembatan tersebut tapi tak pernah mengenainya. Tetapi efeknya ternyata jauh dari yang dibayangkan. Jembatan akar itu terkoyak. Terbelah dalam irisan yang rapi. Disusul bunyi bergemuruh, jembatan akar itu terpotong dan berjatuhan ke air sungai di bawahnya.

Kaha menoleh ke arah Sho dengan tatapan sinisnya lagi. Seakan-akan bangga atas apa yang dilakukan. Sho tak menyukai lelaki seperti itu. Lelaki yang seenaknya dan melakukan segala hal semaunya.

Sho mengeluarkan pisaunya ketika Kaha mendekat. Bau kulit Ikki yang terbakar di pundak Kaha membuat Sho semakin marah. Sho mengacungkan pisau itu ke arah Kaha sambil bergetar. Kaha tersenyum mengejek. Lalu berkata

"Tak ada yang bisa kau lakukan dengan mainan itu" Suaranya aneh dengan logat yang tak pernah didengar Sho sebelumnya. Seakan-akan Kaha tidak terbiasa mengucapkannya. Sho pun kaget karena baru tahu bahwa orang hutan pun bisa bahasa setempat.

Kaha mencengkram tangan Sho dan dengan cepat mengunci tangannya yang satu lagi di punggung Sho .Kini Sho tak bisa bergerak dengan tangan terkunci di belakang punggungnya.

Kaha mengikat tangan Sho di belakang punggungnya dan memegang ujung tali yang satunya. Kaha menyuruh Sho untuk berdiri dengan nada kasar. Awalnya Sho tak bergerak. Lalu pemuda yang memegangi Shii datang dan mengarahkan pisaunya ke leher Shii. Kepalanya mengisyartkan agar Sho berdiri jika Shii tidak ingin terluka.

Sho mendecak dan akhirnya berdiri. Kaha dan 2 temannya menuntun Sho dan Shii untuk berjalan ke arah kedalaman hutan. Sho menoleh ke belakang dan melihat sisi hutan lain, sisi hutan yang jauh lebih aman daripada apa yang dia akan alami di depan.

   


1+1+1Where stories live. Discover now