tepat pukul sembilan malam donghyuck keluar dari cafe tempatnya bekerja setelah menerima gaji terakhirnya.
pemuda berkulit tan ini mengerang, mengumpati mark lee dalam hati.
donghyuck dipecat, kehilangan satu dari sekian banyak pekerjaan paruh waktu yang dilakoni berkat mark. padahal bekerja disini gajinya yang paling lumayan, mana dapat makan gratis pula.
menghela napas, donghyuck mengusap wajahnya. dia akan menambah jam kerja di senin sampai jumat paginya yang kosong.
paman shindong, agen koran dan susu tempatnya bekerja di akhir pekan adalah pria paruh baya yang ramah dan hangat. mungkin donghyuck bisa meminta jam kerja tambahan pada pria itu untuk sementara waktu sampai dia menemukan pekerjaan lain.
setengah jam kemudian, setelah turun di halte dekat gedung flat tempatnya tinggal, donghyuck mampir sebentar ke minimarket.
malam itu minimarket 24 jam yang ia singgahi sepi sekali. padahal biasanya saat dia lewat malam-malam begini pasti ada saja orang yang berdiri di salah satu sisi minimarket yang menghadap keluar hanya untuk menikmati secup ramyun. atau mungkin duduk di kursi yang sengaja di letakkan di depan minimarket sambil mengobrol dengan teman, sebagian ada yang menyendiri ditemani bir dan rokok. malam ini berbeda.
namun donghyuck tidak ambil pusing. dia bergegas mengambil dua botol air mineral, satu tetrapack susu cair, sepack telur dan sebungkus toast lalu membawanya ke meja kasir.
di depannya ada seorang pria, dari postur dan gaya berpakaiannya khas anak muda jaman sekarang. belanjaan pria di depannya tidak terlalu banyak, hanya beberapa makanan ringan dan beberapa botol alkohol.
kebetulan malam ini yang duduk di balik meja kasir adalah pria paruh baya dengan wajah datar, sepertinya pemilik tempat ini. sebelah alis donghyuck terangkat. kemana perginya gadis cantik yang biasanya di sini?
"bisa kau tunjukan kartu identitasmu," kata pemilik minimarket pada pemuda di depan donghyuck.
"aku ini sudah legal paman! aku tingkat dua perguruan tinggi!" balas si pemuda berkulit pucat itu.
tangan donghyuck yang memegang keranjang belanjaan lama-lama pegal juga, sebelah kakinya mengetuk tidak sabaran lantai yang dipijaki setelah sebelumnya menaruh keranjang di lantai.
"cukup tunjukan kartu identitasmu. aku tidak menjual alkohol pada anak di bawah umur."
si kulit pucat berdecak. dia mengeluarkan handphone dari dalam saku untuk di arahkan tepat di depan wajah paman pemilik minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PG-15] risk | markhyuck ✔
Fanfictiona fear of happiness doesn't necessarily mean that one is constantly living in sadness. 💌 markhyuck [yaoi.au.lowercase]