Keringat bercampur dengan air mata membasahi seluruh wajah pucat Clara. Ia merintih kesakitan karena perutnya yang seolah terasa ditusuk-tusuk. Dia mengikuti instruksi sang dokter untuk menarik keluar nafasnya dengan perlahan dan teratur agar bisa mengurangi rasa sakitnya. Kini dia tahu bagaimana perjuangan seorang ibu yang mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan seorang anak, mereka menahan sakit yang begitu menyiksa demi bisa melahirkan sang anak dengan selamat.
"Ra, kamu harus oprasi, aku tidak tega melihatmu kesakitan seperti ini Ra!"
Zidan mencoba membujuk Clara agar dia melakukan oprasi untuk persalinannya. Melihat Clara yang menahan sakit membuat dia seolah bisa merasakannya juga.
"Tidak kak, aku, aku ingin melahirkannya...... Aku ingin melahirkannya dengan normal...." Clara mencoba untuk mengatur nafasnya agar bisa menjawab bujukan dari Zidan.
"Tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini Ra."
Nenek yang berada di samping mereka angkat suara. "Sudahlah Zi, biarkan Clara melahirkan anaknya dengan normal selagi dia bisa melakukannya. Sebagai seorang wanita tentu ingin merasakan bagaiman perjuangan seorang ibu saat melahirkan buah hatinya. Percayalah kalau Clara pasti akan baik-baik saja, dia adalah perempuan yang sangat kuat." Jelas nenek Zidan panjang lebar.
"Tapi nek...."
"Akhh..." Clara memegangi perutnya yang terasa semakin sakit.
"Ra bertahan Ra...."
Segrombol dokter beserta suster yang berada disana segera mengisyaratkan kepada keduanya untuk pergi agar tidak menggangu mereka. "Bapak dan ibu tolong keluar, saya akan membantu perjuanngan ibu ini."
Zidan menatap sang dokter dengan sungguh-sungguh dan memohon. "Tolong selamatkan mereka dok!"
"Tentu saja, itu memang sudah tanggung jawab kami dan kami akan berjuang sebisa mungkin agar ibu dan bayinya selamat."
Zidan, nenek, dan juga Dinda sangat panik akan keselamatan Clara. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Clara, mereka segera menghilangkan pemikiran itu dan berdoa agar keduanya selamat.
Zidan pamit untuk membelikan nenek dan Dinda makan, karena mereka belum sarapan sejak pagi tadi, Zidan tidak tega melihat mereka lemas, dia akan kembali setelah membelikan mereka makanan.
Tidak berselang lama, sebuah suara cempreng namun terdengar halus membuat kepanikan menjadi ke kebahagiaan.
Owek owek owek
Suara tangisan bayi itu seketika membuat Clara sangat bahagia, bahkan kebahagiaan itu tidak bisa ia gambarkan. Setelah mengandungnya selama sembilan bulan, kini anak itu sudah hadir dan menghirup udara yang sama dengannya.
Setelah bayi itu dibersihkan, sang dokter menghampiri ranjang pasien dan memberikan bayi pada ibunya. "Selamat bu Clara, anaknya perempuan, cantik sekali."
Clara mengendong bayi mungil yang memiliki pipi tembem dengan perasaan campur aduk. Tangan dan kaki yang kecil tapi halus itu membuat air mata Clara keluar dari persembunyiannya. Tidak di sangka sekarang dia benar-benar menjadi seorang ibu. Clara mencium wajah merah sang anak dan berjanji akan melimpahkan kasih sayang untuknya.
"Clara." Pintu kamar dibuka dari luar, nenek dan Dinda segera masuk kedalam setelah mendengar suara tangisan bayi.
"Neknek, Dinda..."
Setelah mereka memasuki ruangan, tujuan pertama mereka adalah bayi mungil yang ada ditangan Clara. "Haduh cucu nenek gembul bikin gemes, laki-laki atau perempuan Ra?"
"Perempuan nek."
"Cantik sekali mbak..., ehh tapi kok wajah sikecil tidak sama seperti mbak Clara ya, hanya matan hazelya saja yang sama." Dinda heran dengan wajah bayi dengan pipi tembem ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Baby (Tamat)
RomanceSebuah insiden membuat Clara harus kehilangan masa depannya. Gadis yang memiliki sifat baik hati dan juga tidak mudah putus asa itu harus merelakan masa depannya karna perbuatan lelaki brengsek yang tidak tau siapa namanya. Clara yang baru saja lulu...