T I G A P U L U H E N A M ✔

190K 4.6K 25
                                    

Author pov#

Hari hari sudah berlalu, sekarang saatnya vinia kembali ke rumah yang ia sangat rindukan bersama seseorang yang ia cintai. Semakin hari perut vinia kian membesar dan sikapnya pun sudah mulai sensitive.

"Sayang, ayo kita berangkat"
Ujar veno membawakan tak pakaian milik vinia. Akhir akhir ini veno sering perhatian pada vinia. Vinia juga selama beberapa hari di rumah sakit ia tidak mengidam yang aneh aneh hanya saja sekali ia mengidam ia menjadi sangat berbahaya veno pun haris extra sabar. Seperti beberapa hari yang lalu vinia memaksa veno untuk memakai pakaian superman dan menyuruhnya agar lompat dari lantai satu ke lantai dua. Sunggu aneh bukan?  Veno pun sampai memohon agar vinia membatalkan niatnya tersebut. Alhasil veno pun terus membuju vinia agar mau membatalkan keinginanya. Setelah beberapa hari mogok bicara akhirnya vinia mengurungkan niatnya tersebut. Veno hanya menghela nafasnya lega dan berterima kasih pada tuhan karena ia mengabulkan permohonanya.
.
.
.

Mereka pun sampai di rumah yang mereka tempati lengkap dengan para pelayan dan supir.
Vinia yang baru turun dari mobil pun menghirup udara dengan tenang dan tersenyum.

"Ayo masuk sayang, nanti kamu masuk angin"
Ujar veno mengenggam tangan vinia agar memasuki rumahnya. Memang beberapa akhir ini veno selalu bersikap posesife sehingga vinia kesal pada veno. Veno selalu melarang apa yang dilakukannya, vinia hanya patuh walau sedikit mengomel.

"Kamu istirahat ya, supaya kamu gak kecapean"
Uhar veno membaringkan tubuh vinia di atas kasur. Vinia hanya memutar bola matanya malas karena sikap veno sungguh berlebihan.

"Gak mau! "
Protes vinia melipa kedua tanganya di depan dada dan memasang wajah jutek.

"Lahh kok gak mau tidur sih? Kamu mau apa? "
Ujar veno lembut dan bersabar.

"Aku mau nonton tv di ruang tamu"
Ujar vinia lalu bangun dari tempat tidurnya dan menuju keluar dari kamarnya.
Veno hanya pasrah dan mengelus dadanya
"Untung sayang"
Ujar veno pelan namun bisa didengar oleh vinia. Vinia langsung memberi tatapan tajam kepada veno. Veno yang mengetahui itu hanya menyengir dan memeluk pinggang vinia.

"Ngapain peluk- peluk? "
Ujar vinia sinis, veno hanya nyengir tanpa dosa

"Kangen kamu lah sayang"
Ujar veno kembali menyengir. Vinia hanya memutar bola matanya malas.

"ALAY! "
ujar vinia melepaskan pelukanya dari veno dan meninggalkanya menuju ruang tamu. Veno hanya bersabar karena istrinya sangat sensitive dan pemarah saat hamil. Veno pun menyusul vinia menuju sofa ruang tamu mereka.

Veno yang baru sampai pun melihat pemandangan yang menurutnya sangat aneh dan lucu. Bagaimana tidak? Vinia mengatakan bahwa dirinya ingin menonton tv namun saat ia sampai,ia malah tertidur di atas sofa ruang tamu. Veno hanya menggelengkan kepalanya dan terkekeh.

Veno yang melihat itu pun langsung mengangkat tubuh vinia dan membawanya menuju kamar agar tidurnya tidak terganggu dan tidak membahayakan janinnya.
.
.
.
.

"Nghh"
Suara desahan vinia saat ia membuka matanya. Ia terbangun karena hari sudah mulai gelap. Sebuah tangan kekar memeluknya dengan posesife siapa lagi kalau bukan veno. Vinia menatap wajah veno yang menurutnya tampan itu. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang sexy ditambah rahangnya yang sempurna.

"Sudah bangun sayang"
Ujar veno mencium pipi vinia sekilas. Vinia hanya berdehem. Rasanya sekarang ia tak ingin lepas dari veno. Vinia mengeratkan pelukanya di dada bidang veno.

Veno menatapnya heran. Baru tadi vinia marah padanya dan sekarang ia bermanja manja. Veno hanya tersenyum dan memeluk tubuh vinia.

Veno pun mulai mencium bibir vinia dengan lembut. Ciumanya pun semakin liar veno mulai mencium bagian leher vinia.

"Nghh"
Desahan vinia karena veno membuatkan tanda di bagian lehernya.

Veno pun melanjutkan aksinya dengan nafsu yang tinggi.
Ia mulai membuka bra milik vinia.

"Sayang, apa tak bahaya untuk bayi kita? "
Ujar vinia membuat aksi veno berhenti.

Veno menghela nafasnya kasar. Karena niatnya ingin bermain dengan vinia terhentikan.

"Besok kita akan tanya dokter, jadi bersabarlah sayang"
Ujar vinia mengelus rambut veno. Veno hanya memasang wajah sedih. Vinia hanya terkekeh melihatnya.

"Tidurlah"
Ujar vinia yang dibalas anggukan oleh veno. Veno terus memeluk tubuh vinia dan mencium aroma dari tubuhnya yang ia sukai. Sungguh veno tak sabar untuk hari esok menanti jawaban dari dokter.
.
.
.
.

My Husband Is A CEO [COMPLETED] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang