10.Rain

29 4 0
                                    

"Ternyata dia lebih asik dari yang gue kira. Udah ganteng,baik,gak jaim.
Perfect person lah gais!"

Bisa kan kasi vote buat cerita ini? Yayayayaya? Biar gue cepet up nya gitu loh:)


Tak terasa hari ini sudah hari kamis. Waktu terasa cepat saat Shila melihat dia. Bahagia saat kedua matanya terkunci dengan mata Dhimas. Semuanya seperti akan menjadi kenangan yang selalu diingat di memory-nya. Sekarang tinggal menunggu waktu. Semua butuh proses!

Seperti biasa. Pagi saat dia masuk kelas,pasti ada saja agenda diatas bangkunya yang masih ada di atas meja. Apalagi kalau dia adalah wakil sekertaris. Setiap pagi Shila harus dan selalu menoleh ke belakang-melihat bangku temannya yang kosong-tidak hadir. Sungguh cape paginya selalu melihat laki-laki berkerumun dibelakang. Jadi Shila tidak tahu siapa yang tidak hadir. Peduli tidak peduli dia selalu mengisi agenda nya telat setelah guru pelajaran pertama menanyai 'siapa yang tidak masuk hari ini'.

Jadwal literasi kelas XI. Kelasnya selalu menjadi yang terakhir dan di peluit oleh Pak Romi. Tapi semuanya santai. Tidak harus gurung-gusuh saat menalikan tali sepatu.

"PRITTT!!!" Suara peluit itu meluncur di koridor membuat seluruh teman Shila harus cepat plus berlari menuju lapangan.

Tidak disangka dan tidak diniatinya. Kak Dhimas sang wakil ketua OSIS berjalan mengecek beberapa kelas. Kesempatan! *oopss. Shila melambatkan gerakannya saat menalikan taki sepatunya. Intan yang melihat itu langsung menaikan alisnya,memberi kode. Diikuti oleh Ziah yang berdeham pelan saat melihat Dhimas berjalan menuju sini.

"Eh Tan,Zi,Lita kemana ya? Tungguin aja gitu? Kan kasian juga," ucapnya sambil menalikan tali sepatunya yang belum beres-beres.

Setttthh.......

"Sok cepat." Dua kalimat yang dilontarkan Dhimas itu sangat pelan. Dingin. Datar. So cuek. Aneh!

"Yap." Tiba-tiba dia tersenyumm begitu manis pada dua sahabatnya itu.

"Ehemm." Intan berdeham saat Shila terus mengoceh tentang kejadian singkat tadi.

"Maap-maap. Seneng abiss lagian."

Didalam hatinya sungguh senang. Sebahagia inikah? Ketika mencintai seseorang yang belum tahu hati nya untuk siapa. Yang jelas,tidak ada kepastian.

****

Jamkos. Lagi-lagi. Hari Kamis dan Selasa-lah yang sering guru tidak masuk ke kelasnya. Sakit-lah. Izin-lah. Bahkan ada yang sengaja mungkin? Dikantin nongkrong,eh pas pelajarannya ga ada.

"Laper nih Shil,kantin yu?" ajak Intan menghampiri mejanya,sambil memasang ekspresi lapar-nya.

"Yaps."

Sudah tidak aneh lagi kalau uang jajan Shila setiap jamkos terus tersedoti. Saat bosan,boring,pasti saja sasarannya yaitu kantin. Beli makanan yang mengeyangkan perut dan hati. Awalnya Shila memang tidak se-bangor itu. Tapi entahlah. Semuanya berjalan begitu saja. Siapa juga yang peduli dirinya baik atau buruk?

"Eh eh. Mau kemana?" Lita berteriak saat mereka akan pergi cuss ke kantin.

"Kantin. Ikut ga?" tanya Shila.

"Ikut-ikutt!! Tunggu!" Langsung mereka berjalan menuju kantin saat Lita sudah selesai memgambil sendal dan memakainya.

Shila dan Lita bingung mau jajan apa. Di sekolahnya hanya itu-itu saja. Yang berminyak,takut nambah berat badan. Yang manis,dirinya saja sudah manis,masa mau makan yang manis lagi? Sedangkan Intan sudah menunggu nasi kuning yang dipesannya di kantin pojok.

If Someday Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang