7. Siapa Yang Salah?

2.9K 499 61
                                    

🌟🌟🌟

Tekan bintang untuk lanjut membaca










































"Eh?" gue tidak yakin dengan ucapan Jaemin.

Dia natap gue malu sambil menggaruk tengkuknya sendiri.

"Kamu mau jadi pacarku gak?"

Entah kenapa hati gue ngerasa biasa aja denger dia bilang gitu. Yang terlintas diotak gue malah bayangnya Mark.

"Aku-" belum selesai gue ngomong dia udah motong pembicaraan gue.

"Aku tau pasti kamu kaget, karena terlalu terburu-buru. Tapi aku cuma gak mau terlambat, aku juga gak maksa kamu buat jawab sekarang kok." Ujarnya. Gue cuma diem.

Temen-temen yang lain juga tiba-tiba diem ngeliat ke arah gue. Gue gak mau kasih Jaemin harapan. Jangan sampe gue ngelakuin kesalahan dua kali.

"Maaf, aku harus jawab sekarang. Aku gak bisa." gue memberanikan diri buat bilang gitu.

"Ke-kenapa?" tanya Jaemin terbata. Dia pasti kecewa, dia pasti terluka. Tapi faktanya gue emang gak bisa nerima dia, karena gue gak mungkin pacaran.

Sekali lagi gue berpikir, kenapa harus gue? Disaat banyak perempuan cantik dan jelas mungkin seiman sama mereka kenapa harus gue?

Lagi pula gue gak lama lagi bakal pulang ke Indonesia. Semua yang terjadi di sini biarlah gue anggep mimpi. Gak lama lagi gue akan bangun, kembali ke kehidupan nyata gue di Indonesia.

Gue mengambil tas gue di meja dan pamit dari sana untuk pulang ke asrama.

"Saya pamit ke asrama, permisi semuanya."




***





Fadli
Kamu apa kabar?

Alhamdulillah baik kak

Chattingan itupun terus berlanjut. Jujur gue seneng dichat lagi sama kak Fadli. Dia itu baik banget orangnya. Berbanding terbalik sama Mark kayanya. Iya, gue bodoh aja kalau nolak kak Fadli demi Mark. Gue rasa gue gak perlu mikir dua kali buat milih kak Fadli. Tapi anehnya kenapa gitu, lebih deg-degan pas chattingan sama Mark.

"Mikir apa sih?" Gumam gue.

Kayanya emang gue harus berhenti. Sebelum perasaan itu makin menjadi-jadi. Perasaan yang harusnya gaada. Salah gue dari awal udah ngeladenin dia. Gue harus lupain Mark. Makin gak waras aja kalau gue mikirin dia.




















Tok! Tok!






Gue buru-buru bukain pintu.

Setelah sadar siapa yang berdiri dibalik pintu, gue langsung dorong buat menutupnya lagi, tapi sial. Dia juga ngedorong pintunya.

"Laila! Laila tolong dengerin aku dulu."

"Ini asrama perempuan! Kamu gak boleh ada disini!" ujar gue.

"Makanya, kasih aku kesempatan buat ngomong sebentar. Sebelum ada yang liat aku."

"Pergi Mark!"

"Jangan berisik, nanti aku ketauan." Ujar Mark pelan.

"Mark udah sana pergi!"

"Engga, bukain dulu pintunya." dia mendorong pintunya semakin kuat. Karena takut jadi rusak, gue ngalah.

TIMELESS | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang