16. Melangkah bersama

2.5K 383 43
                                    











































Yang biasanya gue bisa bangun siang kalau dirumah kali ini gue harus bangun pagi buat nemenin Mark cari hotel. Karena berangkat terlalu pagi kita sampai lupa sarapan. Dan gue pun ajak dia makan bubur ayam dipinggir jalan, lucunya Mark yang kebingungan sama suasana di Indonesia.

"Abis ini kita naik taksi online aja, kasian masa naik kendaraan umum sambil bawa koper begitu."

"Asal sama kamu aku gak apa-apa" sahut Mark sambil tersenyum ke arah gue.

"Ngalus aja ni bocah." Gumam gue.

"Apa? Kamu bilang apa?" tanya Mark bingung.

"Engga."

"Oh, iya. Kamu disini berapa lama?" tanya gue.

"Kamu maunya aku berapa lama?"

"Kok malah nanya aku."

"Hehe, ya kalau kamu maunya aku disini selamanya juga boleh."

"Apa sih, Mark? Mana mungkin."

"Mungkin sebulan?" ujar Mark

"Gak kelamaan? Drama yang kamu mainin kan belum tamat, emang gak syuting?" tanya gue.

"Apa aku berhenti aja?"

Gue kaget dong denger Mark bilang begitu.

"Ih jangan lah! Itu kan pekerjaan kamu."

Dia cuma ketawa-ketawa sambil menyuap sendok terakhirnya. Kemudian gue mengambil air mineral yang gue beli tadi di minimarket.

"Makasih." ucap Mark.

"Kamu mau hotel yang kaya gimana?" tanya gue.

"Yang biasa aja, aku gak bawa uang banyak soalnya." ujar Mark.

"Oke"



***


Setelah Mark taro semua barangnya dihotel yang gak terlalu jauh dari rumah gue, dia malah ngajak gue jalan. Gak ngajak juga sih, lebih tepatnya dia minta diajak keliling Jakarta.

"Aku gak tau tempat yang bagus, disini biasa aja." ujar gue.

"Ya udah, kemana aja."

Gue pun mengajak Mark untuk pergi ke Monas, ya udahlah ya daripada gak tau harus kemana. Kebetulan Mark juga gak pernah liat Monas. Sesampainya di Monas Mark terus ngelapin keringat dipelipisnya. Gue tau dia pasti ngerasa kegerahan.

"Mark panas ya?" tanya gue.

"Engga kok. Biasa aja."

Gimana biasa aja kulit dia sampe merah-merah kena matahari yang terik. Lagian putih banget sih. Dia malah lari-larian ke arah tugu Monas.

"Mark jangan lari! Aku capek."

Mark berhenti, dia membalikan tubuhnya lalu tersenyum lebar menampakan deretan giginya. Dia Kembali lari ke arah gue.

"Mau aku gendong?" tanya Mark.

"Gak boleh Mark." gue menggeleng pelan.

"Oh iya, lupa." dia kemudian melepas topinya dan memakaikan nya ke gue.

Dia menatap kedua bola mata gue sambil tersenyum tipis. Gue pun gabisa nahan buat bales senyumnya.









Setelah puas keliling sampai gosong dia. Gue pun ajak dia buat ngadem sambil keliling naik bis tingkat dekat sana. Berasa tour guide deh ini mah. Tapi gue bener-bener seneng, ngeliat Mark seneng. Anehnya rasa kecewa dan kesel sama dia bisa ilang gitu aja dengan cepet.

TIMELESS | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang