18. We'll meet again soon

2.5K 361 22
                                    































































Sebenernya udah gumoh dari tadi diliatin sama Mark. Beneran deh ini gemes sendiri.

"Kenapa ngeliatin terus sih?"

"Besok aku gak bisa liat kamu kaya gini." sahutnya sambil senyum.

Gue gak ngerespon. Gak lama Mark merogoh sakunya. Dia mengeluarkan kotak kecil. Kotak kayu.

"Selama aku pergi, aku harap kamu pake ini." Mark mengeluarkan sebuah cincin dari kotak tersebut.

"Cincin?"

Dia mengangguk.

"Maksudnya apa?" tanya gue.

"Anggep aja, ini komitmen aku." jawab Mark menyerahkan cincin tersebut.

"Sekarang pakai sendiri, ya? Nanti kalau udah sah baru aku."

Secara gak langsung, ini Mark lagi ngelamar gue. Ternyata seniat ini dia ke Indonesia, buat ketemu gue. Meski dia udah bilang pingin masuk islam, gak tau kenapa hati gue masih ragu. Gue ragu sama alasan dia kenapa mau masuk Islam. Dia juga gak mau ngasih tau. Gue akhirnya ngambil cincin itu dengan penuh keraguan. Apa ini pilihan yang tepat? apa dia serius?

"Tolong jaga hati kamu buat aku, Laila."

Gue cuma bales dengan senyuman tipis.

"Ya udah, aku harus siap-siap." ujarnya.







_______________








Gue gak nganter Mark ke bandara, karena udah malem banget. Dia juga yang minta untuk gue gak anter, dia gak mau gue pulang malem sendirian. Tapi dia janji untuk telepon sebelum dia check in.

Bener aja, gak lama ponsel gue berdering.

"Mark?"

"Let's meet again when the sky lets us. Until we meet again I wanna tell you so many things." Ujar Mark yang berhasil bikin gue cengar-cengir sendiri.

"Can you wait for me?" tanyanya.

"I will."

"Can you promise me?"

"Insya Allah"

"Kamu istirahat ya, kalau aku udah sampe aku kabarin kamu lagi."

"Jaga kesehatan kamu, Mark. Jangan sampai kamu sakit." pesan gue.

"You too."

Gak lama telepon singkat itu berakhir. Gak sadar gue netesin air mata gue. Kenapa gue juga gatau, entah ini tangis sedih atau bahagia. Mungkin keduanya. Dia cuma janji untuk temuin gue lagi, tapi dia gak bilang kapan itu. Entah berapa lama gue harus nunggu. Gue berusaha untuk gak berharap sama dia, tapi gue berharap sama Allah. Berharap yang terbaik untuk gue.

Mata gue gak lepas mandangin cincin yang melingkar dijari gue. Dia bilang ini bukti keseriusannya. Tapi gak tau juga dia bener apa ngga. Hati manusia bisa berubah-ubah setiap detiknya.

















































Special Author POV










Mark tertegun mendengar Laila menjawab Insya Allah. Entah kenapa itu nenangin hatinya.

TIMELESS | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang