BITTER REALITY 01. Punishment

53 7 0
                                    

Sinar matahari yang sudah tampak di ujung timur sejak tadi tidak dapat membangunkan gadis yang masih nampak tertidur pulas. Mungkin jika tidak ada yang membangunkan ia tidak akan bangun.

Kamar nya saat ini seperti kapal pecah bungkus makanan ringan berserakan di lantai bahkan pop cron pun juga ada. Itu karena tadi malam ia menonton film horor samapi jam 01.00 pantas saja jika sekarang ia masih enggan membuka matanya.

Tok tok

"Non bangun masa Non mau bolos." suara wanita yang umur nya di atas 50 tahun.

"Iya bi ini udah bangun." sahut nya setengah berteriak.

"Kalau mau sarapan udah bibi siapin non." teriak wanita itu lagi lalu pergi.

"Aduh mati gue udah jam 06.00 masa gue harus di hukum sih." gumamnya dengan tangan menepuk jidad nya.

Sekitar 20 menit sudah berlalu. Gadis itu turun dari lantai 2 sambil berlari menuju meja makan. Ia dapat melihat jika hanya seorang pria yang kelihatan agak tua sedang meminum secangkir kopi di temani nasi goreng di sebelah nya.

"Morning sayang." sapa Andi Papa nya.

"Juga Pa." jawab nya dengan meminum segelas susu coklat panas. "Mama mana." sambungnya melihat ke arah dapur karena mamanya tidak ada di meja makan.

"Kayak kamu nggak tau kelakuan mama kamu aja pasti dia udah pergi dari tadi." jawab Papa nya menatap anak perempuan semata wayang nya.

"Yeah padahalkan hari ini hari pertama aku masuk sekolah aku kan juga pengen cium tangan Mama waktu mau pergi kayak temen-temen." balas nya lesu.

"Kamu kan masih punya Papa. Apa selama ini kasih sayang Papa kurang sampai kamu mengharapkan itu dari Mama mu." ucap Andi menunduk.

"Bukan gitu Pa ini kan hari pertama Pa jadi aku pengen hari ini istimewa."

"Tapi nggak apa-apa kan kalau cuma ada Papa."

"Enggak kok Pa, ya udah aku berangkat dulu pa takut telat." pamit nya pada Andi sambil mencium punggung tangan nya.

"Bilang sama Pak Tarjo jangan ngebut bawa mobilnya." ucap Andi sedikit berteriak.

"Pasti Pa."

Lalu kaki nya melangkah ke dapur. Mencari seseorang untuk berpamitan.

"Bi Inah aku berangkat dulu ya doa in biar hari pertama sukses Bi." ujar nya mencium punggung tangan wanita yang bernama bi Inah. Memang ini kebiasaan nya sejak 1 tahun yang lalu.

"Iya non hati-hati nya. Jangan lupa sarapan di kantin non." pesan bi Inah. Yang di beri tahu hanya mengajungka. jempolnya.

Saat melangkah keluar ia bisa melihat Mang Ujang sedang merawat bunga yang ada di halaman depan. Rumah nya memang sangat luas bahkan di halaman belakang ada lapangan basket.

Kalau kata Papa nya itu persiapan kalau punya anak laki-laki tapi tuhan berkehendak lain Andi dan Marisa justru memiliki putri yang sangat cantik. Iya nama mama nya Marisa. Tapi entah apa alasan nya Marisa tidak menyukai nya.

                                  ••••

Sekarang pukul 06.55 itu tanda nya upacara di mulai 5 menit lagi. Biasa nya hanya waktu 20 menit pasti sudah sampai tapi karna sekarang macet butuh waktu lama.

Sekarang ia sudah di depan sekolah karna terlambat dan upacara sudah di mulai ia menuju ke lapangan. Saat ia akan menuju ke barisan teman-teman nya seorang satpam menghadang nya.

"Eh... Mau kemana." tanya satpam yang berkulit coklat itu.

"Mau ke pasar Pak." jawab nya asal.

"Kamu ini udah terlambat omongan nya ngawur pula." jawab satpam itu dengan penuh emosi ."Kamu baris di barisan Cowok satu itu dia juga terlambat nanti kamu sama dia akan di beri hukuman sama guru piket." lanjut nya menunjuk barisan cowok yang tengah berdiri sendiri.

Tanpa menjawab gadis yang ber bernama Aletta Valerie Carolline itu langsung menuju barisan yang ditunjuk satpam tadi. Mungkin sudah nasib nya jika hari senin ini dia harus terlambat.

Dan nantinya akan dihukum dengan cowok yang saat ini di depan nya bahkan dia saja tidak tau wajah nya seperti apa karna memang dia menghadap ke depan fokus mengikuti upacara jika tidak pasti dia akan terkena omelan.

Setelah 1 jam 40 menit akhir nya upacara selesai di mana semua murid terbebas dari panas nya trik matahari pagi ini. Pasti mereka tidak akan langsung pergi ke kelas yang pasti tujuan mereka adalah kantin sebelum bel pelajaran ke tiga di mulai karna jam ke 1 dan 2 digunakan untuk upacara.

Berbeda dengan Aletta dan cowok yang yang ada di depan nya tadi mereka sekarang sedang di interograsi oleh guru piket yang memiliki kumis panjang.

"Kenapa kamu terlambat padahal kan udah tau kalau jam 07.00 itu bel sudah berbunyi." tanya guru itu yang bernama Pak Narman menunjuk cowok yang sedang santai nya memandang langit seolah-olah tidak ada perasaan takut sama sekali.

"Macet pak." jawab nya santai tanpa menatap lawan bicara nya.

"Kamu itu nya udah 3 tahun sekolah di sini dan tiap kali terlambat pasti alasan nya itu-itu aja sampe bosan Bapak dengernya." omel Pak Narman.

"Ya gimana lagi Pak alasan nya emang itu nanti kalau bohong kan dosa pak takut masuk neraka." jawab nya menatap Pak Narman.

"Terus kamu kenapa terlambat. Saya baru kali pertama liat kamu terlambat." sekarang Pak Narman mengalihkan pandangan pada gadis yang sedang menatap sepatu nya karena rasa takut yang menyelimuti nya.

"Tadi terlambat bangun pak di tambah lagi jalanan nya mecet." jawab Aletta jujur.

"Gak ada alasan lain ya." tanya Pak Narman.

"Saya nggak bohong pak. Tolong jangan hukum saya masa Bapak tega sih hukum anak sepolos saya lagi pula saya kan cuma pertama kali terlambat selama saya sekolah di sini Pak." ucap Aletta menyatukan kedua tangan nya.

"Kalau berani berbuat ya harus tanggung jawab. Sekarang kalian hormat di depan tiang bendera sambil hormat sampai pelajaran selesai." jelas Pak Narman.

"Tapi pak saya kan cewek gak bisa di ringanin gitu." renggek Aletta pada guru itu.

"Nggak bisa dong di sini nggak beda-bedain cewek sama cowok." sahut cowok itu tanpa menatap Aletta.

"Cepat lakukan atau saya tambah hukuman kalian. Jika ada yang berani kabur saya akan menambah hukuman dengan lari lapangan ini 10 kali. Kalian mengerti" tanya Pak Narman di akhir kalimat lalu menaikkan kumis panjang nya.

"Mengerti." jawab mereka kompak.

Lalu mereka melangkah mendekati tiang bendera. Terdengar juga suara teriakan para cewek saat Most Wanted Sma Bhayangkara sedang berdiri. Mereka rela bolos saat jam pelajaran demi cuci mata melihat Most Wanted yang terkenal dingin atau yang lebih sering disebut kulkas berjalan ia juga terkenal cuek. Apalagi terhadap cewek.

"Apaan sih mereka teriak-riak nggak jelas banget deh." omel Aletta.

Sedang kan cowok yang ada di samping nya diam tak bergeming seolah sudah terbiasa.Setelah 1 jam mereka menjalani hukuman yang di berikan Pak Narman tiba-tiba kepala Aletta terasa sangat berat dan wajah nya juga terlihat pucat.

Brukk

Detik berikut nya ia pingsan cowok yang ada di samping nya diam saja memperhatikan gadis yang sedang pingsan.

"Gue tolongin nggak ya. Tapi kan gue udah..." batin nya tiba-tiba ada rasa sesak di dada nya lalu berjongkok mengangkat Aletta menuju ke UKS.

Semua cewek berteriak tidak jelas karna mereka terkejut baru pertama kali nya seorang Genta Sergio Agastian peduli terhadap sekitar biasa nya ia akan cuek.

Gimana puas nggak sama cerita aku yang ke dua jangan bosen ya lanjut untuk baca part selanjutnya.

Please vote ya😍😘😘

13 Januari 2019

BITTER REALITY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang