kecemasan

2.1K 132 8
                                    

Kei terus menerus berjalan mondar mandir di Koridor, Megumi yang melihat kecemasan kakaknya merasa jengah. Membuang nafas dengan kasar, ia pun menarik tangan kakaknya untuk duduk disampingnya.

"Bisakah kau diam? " Membalas dengan anggukan singkat. "Bisakah kaki mu itu jangan terus menerus kau ketuk pada lantai? " Tanyanya lagi.

"Tidak! " Kei berdiri kembali dan melakukan hal yang sama seperti tadi. Megumi hanya membuang nafas lelah.

Sudah 1 jam dan kini kakaknya masih melakukan hal yang sama. Ayolah kemana sifat kakanya itu? Yakuza yang selalu tenang tidak pernah cemas walau sudah sering masuk pengadilan.

"Nii-san sebaiknya kau pulang jika kau tidak ingin berurusan dengan polisi"

"Lalu kau? Maukah kau disini menjaganya? "

"Tidak. Aku juga akan pulang" Jawab Megumi acuh sambil mengetik pada layar ponselnya, entah dengan siapa ia chatan. Jawaban nya itu membuat percikan kemarahan lawan bicara nya.

Prank

Megumi hanya bisa mengusap dadanya sabar, sudah kesekian kalinya ponsel miliknya hancur oleh kakaknya sendiri.

Menatap ponselnya itu dengan kesal, saat di iklan ponsel itu mengatakan bahwa ponsel itu tahan banting. Tapi ini apa?

"Tidak apalah aku dari keluarga Yakuza setidaknya aku kaya" Gumam Megumi karena ia akan segera mengganti ponsel barunya.

"Ya dan kau tahu siapa ketua Yakuza itu! Dan kau tahu apa yang sering nii-san lakukan pada orang yang tidak mematuhi ku! " Kei menginjak ponsel itu hingga bertambah hancur lagi, tidak peduli jika serpihan kaca itu mengganggu pejalan di Koridor ini.

"Kau ingin membunuh ku hanya karena aku ingin pulang? " Menompang dagunya pada tangannya. "Hanya karena perempuan itu kau ingin membunuh ku. Satu-satunya keluarga yang kau miliki! " Megumi tersenyum licik.

"Kau lupa jika kau sama sekali tidak pernah menguntungkan keluarga? Apakah kau pernah bermain pistol? Apakah kau pernah melakukan bisnis yang sering keluarga kita lakukan? Ingatlah kau sudah tidak ada lagi pelindung! Kaa-chan dan tou-san sudah tidak ada. Jadi aku ingin melakukan apapun terhadap mu itu tidak masalah bukan?" Kei memicingkan matanya tidak suka pada Megumi.

Megumi menatap dalam kakaknya, kakaknya tidak pernah berkata menyakitkan untuknya. Dirinya hanya sering di acuhkan, walau begitu ia yakin kakaknya secara diam-diam selalu melindungi nya. Banyak anggota gengster yang berusaha mendekati bahkan berniat menculiknya dan ke-esokan harinya mereka pada masuk televisi dan koran.

Tidak ada yang bisa melakukan hal kejam itu selain kakaknya. Dan sekarang apakah dihadapan nya itu kakaknya? Terluka pada setiap kata yang di ucapkan Kei.

Kei sendiri merasa kalimat nya sangat lah fatal. Tapi ego untuk meminta maaf selalu ada. Dirinya hanya sedang kalut akan emosi yang telah ia perbuat. Ia hanya cemas pada korban yang telah tidak sengaja tertembak. Bahkan sebelum nya Kei tidak pernah cemas pada korban yang sengaja ia tembak apa ini karena seseorang

"Kau bilang tidak menguntungkan? Apakah aku tidak berguna hah? Apa kau lupa tubuhmu itu sering mengeluarkan darah saat bertarung, kau sering hampir mati karena ditusuk terus menerus. Siapa pendonor mu? Aku! Dan ingat aku yang membantu untuk mengurangi harta yang kau miliki sungguh melelahkan menghabiskan uang kotor mu itu! "

Megumi berdiri dari duduknya, berjalan melewati kakaknya. Menabrak sedikit bahu kakaknya matanya tertuju pada 2 sosok didepan nya yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Kau urus anak buah mu itu" Ujar Megumi sambil berjalan, ia pun memberikan senyum pada polisi yang ia lewati.

Adik wanita itu sungguh menarik, dari ekspresi wajahnya Megumi sudah tahu bahwa dia mengetahui siapa kakaknya itu. Lantas untuk apa membawa polisi? Dan yang lebih parah lago polisi itu anak buahnya Kei sendiri. Dunia itu sempit yah.

Kau Yang Diperuntukkan Bersama KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang