memulai bertanya

1.6K 106 12
                                    

Mendengar pertanyaan Takashi membuat ia mendengkus kesal. Sebelum Hasan memberikan jawabannya sudah terpotong oleh Kei. Dan tentu saja bukan itu jawaban yang ingin Hasan katakan.

"Takashi berhentilah menjadi orang baik, setidaknya untuk saat ini! Kau selama menjadi anggota Yakuza tidak sebodoh dan senaif ini!"

Mendengar hal itu Takashi naik pitam ia cengkram kerah jas yang di pakai Kei.

"Apa maksudmu?"

Menepis tangan Takashi 'kau bertanya apakah aku tidak apa jika terpaksa harus melumpuhkan lawan? tapi aku tidak akan membunuhnya'

itu pertanyaan bodoh! Kau yang berdarah dingin ingin melumpuhkannya? Waah bukankah membunuh sudah menjadi perkerjaan mu dulu"

Buughh

Wajah Takashi sudah memerah menahan emosi, mengapa hal memalukan seperti itu harus di ungkap? Tidak tahukah dia selama ini ia selalu diam-diam menangis jika harus mengingat kelakuan bejatnya. Ia berusaha untuk menutupi aibnya dari orang-orang, tapi pria ini? Apakah dosanya dulu bisa di anggap perkerjaan?

"Tutup mulut mu!" Desis Takashi, matanya sudah memerah.

"Cih" dia meludah karena mulutnya terasa amis darah. Bibirnya sedikit sobek karena bogem mentah yang ia terima.

"Takashi kau tidak apa?" Hasan mengusap pelan bahu Takashi menenangkan orang yang sudah ia anggap kakak sendiri.

"Bahkan kekuatan mu masih sama saat kau mencoba mematahkan leher orang tua~"

"Diam"

Ingin memukul wajah tampan itu lagi jika saja para kerumun anak buah Kei tidak menghentikannya mungkin Kei akan kehilangan giginya.

"Jauhkan tangan mu" Perintah Yamato dengan menodongkan pistol.

Takashi menjauhkan kepalan tangannya yang masih menggantung di udara.

"Kurung dia" Perintah Kei pada Yamato yang segera menarik lengan Takashi dengan paksa. "Seharusnya kau harus tahu tempat, ini di daerah kuasa siapa?" Tambah Kei dengan melewati Takashi begitu saja.

'Tahu tempat? Jika aku memukulnya ditempat lain pasti dia akan melakukan hal yang sama' benak Takashi yang tidak bisa di utarakan.

"Tunggu! Jangan kurung dia!" Setelah dipikirkan kembali mengurung Takashi tidak ada untungnya, dirinya masih membutuhkan Takashi. Memang harus ia akui otak Takashi sangat berguna.

"Kenapa kalian masih diam? Cepat pergi! Tinggalkan kami"

Memperhatikan luka perban jari Takashi yang berwarna merah, dia tahu itu pasti sakit. "Tunggu" Seluruh anak buahnya segera menghentikan langkahnya. Menengok kepada bosnya itu dengan leher patah-patah.

"Bawakan dokter kemari" Kei berusaha berbicara sepelan mungkin tentu saja ia merasa gengsi untuk terlihat sebagai pria yang baik. Tapi tentu saja mereka dengar apa yang barusan dikatakan Kei.

Takashi yang mendengar hal itu tersentuh oleh perilaku Kei, apakah segitu khawatirnya dia? Senyum pun terukir dibibirnya.

"Kita memerlukan tangan Takashi juga" suara Kei meninggi menghancurkan pemikiran Takashi bahwa Kei sebenarnya peduli.

Harapan Takashi putus sudah, ternyata ada niat tersembunyi dibalik kecemasan Kei.

....


"Baju apa itu?" Rusel terkejut bukan main bahkan dia sedang mengobrak-abrik lemari adiknya. "Kau memakai seprai adikku untuk membuat baju aneh itu?" Menutup pintu lemari dengan kasar.

Kau Yang Diperuntukkan Bersama KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang