hilang

1.5K 90 112
                                    

Mengusap wajahnya dengan kasar, Rusel menaruh dendam yang paling dalam pada perempuan bodoh yang baru saja menembak sebuah mangkok porselen dari Hong Kong dengan harga lebih dari US$ 30 juta. Dirinya berani bertaruh jika harga nyawa Agnes tidak akan sampai segitu. Ayolah siapa yang akan mau dengan gadis bodoh seperti dia.

Tubuh Kei lebih besar dari sebuah mangkok dan lagi jarak mangkok itu lebih jauh darinya kenapa bisa mangkok kesayangannya yang tertembak setidaknya pria yang berdiri di samping wanita yang di puja Kei itu yang tertembak. Mangkoknya sangat dekat dengan pria itu.

"Aku berniat tidak menggunakan pistol ini, namun kau yang memulainya Rusel." Ujar Kei yang siap membolongkan kepala Ayako.

Sedangkan Hani masih menatap kecewa pada Agnes yang hampir menembak Hasan.

"Ku beri kau kesempatan. Biarkan anak buahku mengikat tubuh kalian dalam waktu lima menit."

Menghela napas dengan kasar, Rusel pun bersama anak buahnya langsung pasrah saat tubuhnya di ikat oleh beberapa antek-antek Kei. Satu menit pun berlalu dan Kei bersama dengan yang lainnya sudah berada di halaman rumah Rusel.

Kei yang tetap dengan kewaspadaannya berjalan mundur bersama anak buahnya.

Ayako ia ikat bersama kursi taman. Merasa sudah cukup kuat ikatannya ia langsung melesat masuk ke dalam mobilnya.

Semua anak buahnya pun ikut juga masuk kedalam mobil mereka masing-masing tapi tentu saja mereka tidak akan bisa keluar dari kandang Rusel semudah itu.

Alarm bom yang terpasang di salah satu mobil anak buah Kei berbunyi keras. Siapa lagi jika bukan Rusel pelakunya.

Mungkin bagian depan rumahnya akan hangus karena ledakan mobil itu dan harus mengeluarkan kocek untuk perbaikan rumah.

Mendengar suara alarm itu yang berhitung mundur, Kei dengan cepat melajukan mobilnya agar dirinya selamat. Namun, dia melihat ke Spion mobilnya, mobil yang ditumpangi Hasan dan Hani berhenti.

Berdecak kesal karena kelakuan polos dua bersaudara itu. Di saat semua yang lain buru-buru menjauh dari sana kenapa mereka malah turun dari mobil dan mengajak anak buahnya untuk ikut dengan Hasan dan Hani.

"CEPAAT!" teriak Chio yang menjadi supir Hasan dan Hani.

Melihat Hasan yang kesulitan melepaskan sabuk pengaman anak buahnya Rusel yang bernama Tanjirou membuat Chio geram.

"Hei waktu kalian dua menit lagi." Teriak Chio yang masih dalam mobil dengan gusar, dia tidak berani turun dan memilih  tidak ikut membantu.

"Nee-chan duluan saja." Pinta Hasan pada Hani yang sedang mencari batu yang tajam.

Hani hanya menggelengkan kepalanya dan tetap mencoba mencari solusi untuk menolong.

"Buang itu." Kei dengan wajah merah murkanya mengambil batu dari tangan Hani dan melemparnya jauh-jauh.

"Kau dan Hasan cepat pergi biar aku saja. " Kei merasa harga dirinya turun saat nyawanya di pertaruhkan hanya untuk seorang pekerja rendahan yang sekarang menjadi bebannya.

13

"Cepat pergi!" Perintah Kei saat mendengar alarm itu terus menghitung mundur.

Chio langsung tancap gas meninggalkan para pendebat itu. Tinggal pergi saja kenapa harus berdebat?

"Apaan kalian ini." Kei gemas dengan kelakuan dua saudara ini. Dengan cepat dia memotong sabuk pengaman yang melilit tanjirou dengan pisau lipatnya.

7

"CEPAT MASUK!" teriak Kei saat Tanjirou sudah terlepas, dan dengan gesit mereka masuk ke mobil Kei.

Namun, sayang karena waktu yang begitu singkat mobil bagian belakang Kei terkena ledakan itu. Membuat mesinnya berhenti di pertengahan jalan di sebuah hutan yang yang menghadap ke laut. Rumah Rusel memang di sebuah pulau tapi agak jauh dari sebuah laut.

Kau Yang Diperuntukkan Bersama KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang