Mentari telah bertengger di ufuk timur, terdengar pula suara nyaring saling bersahutan di atas dahan, beberapa burung sedang hinggap pada ranting pepohonan sambil bercuit merdu. Pada peraduan terlihat sepasang sejoli masih dalam keadaan telanjang, bergelung nyaman dengan selimut tebal.
"Naila Sayang, bangun!" Zenta mengecup lembut kening Naila.
Perlahan Naila membuka kedua netranya efek Zenta menyibak tirai, sebagian cahaya mentari pun masuk. "Mataku masih berat, Zen," ucap Naila pelan, lalu meringkuk kembali di balik selimut tebalnya. Zenta terkekeh melihat tanggapan kekasihnya, kemudian melanjutkan kata-katanya yang membuat Naila mencebik kesal, "Karena sangat lelah, subuh tadi aku menaikimu, kau tidak tahu 'kan, Nai."
"Dasar kebiasaan!" gerutu Naila, netranya kembali ia pejamkan.
"Yang di bawah ini bangun, Sayang," seru Zenta sembari membawa tangan Naila ke pangkal pahanya, dan milik-nya sontak bereaksi mengeras.
"Zen, memang dulu kau habis berapa perempuan untuk memuaskan nafsu besarmu ini?" tanya Naila penasaran.
"Hm ... Berapa ya? Lupa, Nai," jawab Zenta terkekeh sembari melumat bibir ranum kekasihnya. "Tapi sejak memilikimu, aku tidak mau lagi dengan yang lain, Sayang," sambung Zenta menepuk lembut hidung kekasihnya.
"Masa? Ah, yang benar?" tanya Naila dengan nada ketidak percayaannya.
"Iya, Sayang. Benar! Sejak aku tahu kalau pernikahanmu hanya untuk urusan bisnis keluargamu. Aku sudah janji, Nai, janji dengan diriku sendiri kalau aku tidak akan pernah mengkhianati cintamu. Tapi ya itu, aku sangat menyukai seks. Jadi kau juga harus memuaskanku setiap kali aku menginginkanmu, Sayang," ucap Zenta terkekeh renyah.
"Ayo bangun, Sayang!" titah Zenta lagi, Naila pun membuka netranya. Ia kemudian memandang paras tampan Zenta, entah mengapa ia begitu mencintai laki-laki yang sekarang sedang menatapnya lekat. Meski Zenta sering berlaku kasar padanya saat lelakinya dibakar api cemburu, tetapi Naila tahu cinta Zenta hanya untuknya dan hal itu membuat ia semakin tergila-gila kepada lelakinya.
"Hai Nai, malah melamun," kata Zenta menatap lekat paras cantik kekasihnya. Naila hanya tersenyum samar menanggapi ucapan kekasihnya. Zenta bangkit berdiri, ia melangkah menuju ke meja berbentuk bundar yang terdapat di sana.
"Nai, besok aku ada pekerjaan ke Singapura, kau ikut ya? Urusan kantormu, suruh sekretarismu saja yang handle, aku sekalian ingin mengajakmu liburan," ucap Zenta sambil membuka benda persegi empat yang berada di atas nakas.
"Ck! Jadinya aku tidak pulang dong," sahut Naila spontan.
"Iya, tidak perlu pulang atau memang tidak perlu kembali ke rumah suamimu lagi, Nai."
"Duh, Zen. Aku ini sudah dua hari tidak pulang, Mas Afkan pasti sekarang bingung mencariku, Zen" cebik Naila dengan suara merengek.
"Sudahlah, Nai. Jangan membahasnya! Aku tidak suka kalau kau membahas suamimu itu sewaktu berdua denganku seperti sekarang."
"Ah, bukannya kau juga suka membahas Mas Afkan saat kita sedang bercinta?" seru Naila berkilah. Zenta pun terkekeh mendengar ucapan wanita kesayangannya, "Aku membahasnya karena aku cemburu, Nai. Kau juga disuruh cerai selalu banyak alasan. Tinggal minta cerai lalu menikah denganku, maka aku tidak akan membahasnya lagi."
"Selalu saja itu yang kau bahas, Zen. Bosan tahu!"
"Nai, aku itu sangat mencintaimu, Sayang. Dan karena kau susah sekali kalau disuruh bercerai dari suamimu, membuatku selalu cemburu. Masa, Nai, kita menjalin hubungan hampir sembilan tahun, tapi kau masih belum tahu tabiatku yang satu ini?" Suara Zenta mulai meninggi satu oktaf, membuat Naila tak lagi melanjutkan perdebatannya. Naila menatap lekat tubuh lelakinya yang sedang membelakanginya, ia kembali teringat bagaimana pertama kali ia mengenal Zenta di sebuah rumah sakit swasta di Negeri Singa.
"Nai," panggil Zenta sambil membelai rambut panjang Naila. "Ikut ya besok! Aku sudah memesan tiket untuk kita berdua." Zenta menunjukkan benda pintar yang ia bawa kepada kekasihnya.
"Hii, aku itu lama-kelamaan gemas padamu, Zen," ucap Naila sembari mencubit keras pipi kekasihnya.
"Duh, Nai! Sakit! Suka tiba-tiba main cubit saja."
"Biar! Aku sekarang sedang mencari alasan, mau alasan apa lagi ke Mas Afkan kalau aku ikut denganmu."
"Sini! Biar aku saja yang pamit ke suamimu." Zenta meraih ponsel lalu mulai menekan tombolnya. Naila segera merebut ponsel tersebut dan melempar kasar di atas nakas. Zenta pun memeluk hangat tubuh Naila melihat perbuatan kekasihnya, karena ia tahu sekali jika kekasihnya juga selalu ingin berdekatan dengannya.
"Sudah dapat belum alasannya, Nai?" tanya Zenta terkekeh, menggoda kekasihnya. Naila menggeleng samar sambil memeluk kedua lututnya.
"Mungkin harus bercinta dulu, Sayang? Baru nanti dapat ide." Zenta kembali terkekeh menggoda sang kekasih.
"Kau itu, yang dipikirkan selalu saja acara bercinta," cebik Naila sembari memukul gemas lengan kekar Zenta.
"Iyalah, Sayang. Aku 'kan ingin punya Naila kecil yang sepertimu, sudah punya Zenta kecil 'kan kita hahaha." Kekehnya renyah.
"Apa kau tidak rindu dengan Zovan, hah?" tanya Zenta sembari menangkup kedua pipi Naila.
"Iya, Zen. Sudah sebulan aku belum menjenguk dia, makanya tadi kau mengatakan mau mengajakku ke Singapura. Aku senang, tapi aku bingung harus memberi alasan apa ke Mas Afkan. Ck! Kau itu, suka sekali membuatku bingung."
"Katakan saja kau mau shopping, selesai perkara," usul Zenta dengan nada canda. Naila bergeming, ia kalut dengan pikirannya. Sudah dua hari ia tidak pulang tanpa kabar dan sekarang hendak berkunjung ke Negeri Singa guna menengok sang buah hati.
"Nai," panggil Zenta lembut.
"Sudah, jangan dipikirkan dulu! Yang penting besok kau bisa menengok Zovan, anak kita. Baru setelah itu soal suamimu kita pikirkan lagi."
Naila kembali memeluk kedua lututnya sambil menerawang jauh, teringat kembali masa-masa mengandung Zovan, buah hatinya bersama Zenta. Zenta dan Zovan adalah dua laki-laki paling berharga dalam hidup Naila dan Naila mau menukar apa saja demi kebahagiaan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repub. ᎳᏆᏞᏞ ᎠᏆᏟᎻ
Action[21+] ~ Sebagian part diprivate. Silakan follow dulu sebelum membaca, karena follow itu gratis. Dan sebelum membaca lebih lanjut, sebaiknya pikir kembali bila usia tidak memenuhi syarat. JANGAN DIBACA! ⛔ ~~~ ✔ Tema : intrique, tragedy, suspense ✔ St...