"Bawalah putraku, Sovie! Akui putraku sebagai putramu agar pria jahat itu tidak mengincar nyawa putraku dan aku mohon padamu, jangan pernah bercerita kepada siapa pun tentang jati diri putraku termasuk dirinya. Cintai dan sayangi putraku seperti putra kandungmu sendiri, Sovie," ucap sesosok wanita bernada pilu, tangannya menggenggam erat tangan gadis yang ia mintai tolong.
"Tapi Nyonya, sa-"
"Aku mohon, Sovie. Kau sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri karena itu aku percayakan putraku padamu. Bawalah putraku pergi dari negara ini! Suamiku sudah menyiapkan semuanya," sela suara sang wanita, kemudian wanita itu memberikan bayi mungil yang masih memerah ke dalam gendongan Sovie.
"Tapi, Nyonya, ap-"
"Jangan khawatirkan apa pun, Sovie! Pria jahat itu tidak akan pernah mengetahui bila putraku masih hidup karena suamiku sudah membeli mayat seorang bayi untuk mengelabuhinya. Di sini nyawa putraku tidak aman karenanya aku mohon bawalah putraku ke luar negeri. Suamiku sudah mengurus semua surat-surat kalian sebagai warga negara lain."
Mendengar semua penuturan wanita itu, Sovie pun mulai menangis terisak, ia tidak sampai hati jika harus berpisah dari majikannya yang telah menganggapnya sebagai saudara kandung.
"Jangan bersedih, Sovie. Aku harap masalah ini cepat selesai dan bila nanti terjadi sesuatu dengan kami, jangan sampai pria jahat itu menemukan putraku."
Wanita itu kemudian mengecup kening buah hatinya sembari terisak, ia menatap lekat wajah bayi mungilnya yang sekarang tertidur damai.
"Maafkan Mommy, Nak! Mulai sekarang perjalanan hidupmu akan penuh dengan penderitaan. Maafkan Mommy!"
Untuk terakhir kalinya wanita itu memeluk tubuh mungil buah hatinya, sembari mengecupi puncak kepala sang bayi berulang kali. Dan bak tersihir sang bayi yang berada dalam gendongan Sovie pun tiba-tiba menangis.
"Oek ... oek ... oek ...!"
"Nyonya, Tuan Muda sepertinya tidak ingin berpisah dengan Nyonya. Ikutlah bersama kami, Nyonya!" pinta Sovie kepada majikannya.
"Aku tidak bisa, Sovie. Karena aku harus menemani Zovan, suamiku sekarang sedang disandera oleh pria jahat itu," jelas sang majikan, bulir bening mengalir semakin deras. Keduanya pun saling berpelukan dan bayi mungil yang berada di tengah-tengah mereka ikut pula menangis, suara tangisannya juga semakin keras.
"Pergilah! Malam ini juga kau harus pergi dari negara ini. Aku mohon jaga bayiku baik-baik, Sovie!" titah sang majikan kepada Sovie sambil bangkit berdiri.
Setelah mengucapkan perpisahan untuk yang terakhir kalinya, wanita itu berlari tanpa menoleh lagi. Sepeninggal majikannya, Sovie masuk ke dalam kamar. Ia mengambil tas lalu melangkah ke luar menuju pintu rumah dan pergi mencari taksi untuk segera ke bandara.
"Usstt ...! Ustt ...! Jangan menangis, Tuan Muda. Maafkan saya bila nantinya hidup Tuan Muda tidak bergelimang harta seperti Tuan Muda menjadi putra Tuan dan Nyonya, tapi saya berjanji akan selalu melindungi Tuan Muda dengan nyawa saya," ucap Sovie sambil menepuk-nepuk pelan pantat bayi mungil yang mulai tertidur di dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repub. ᎳᏆᏞᏞ ᎠᏆᏟᎻ
Action[21+] ~ Sebagian part diprivate. Silakan follow dulu sebelum membaca, karena follow itu gratis. Dan sebelum membaca lebih lanjut, sebaiknya pikir kembali bila usia tidak memenuhi syarat. JANGAN DIBACA! ⛔ ~~~ ✔ Tema : intrique, tragedy, suspense ✔ St...