9belas : Sincere 2 [Repub]

4.8K 294 17
                                    

Thankiss yang masih setia mengikuti kisah kopel ZeNai ini. Thank's banyak² juga yang sudah memfollow lapak ini serta vote & komen, agar saya selalu semangat menulis.
Hepi Riding!

🌱🌱🌱

"Menikahlah denganku, Esta!" pinta suara seorang pria kepada gadisnya. Gadis itu bergeming, ia tidak menjawab hanya menundukkan kepalanya menatap lantai trotoar.

"Jawablah, Esta! Menikahlah denganku! Aku akan membahagiakanmu," janji pria itu sembari meremas tangan sang gadis.

"Tapi ... tapi ... aku tidak mencintai-mu. Maaf ..."

Deg! Jantung pria itu seakan berhenti berdetak saat mendengar jawaban dari gadis yang sangat dicintainya. Hening sejenak, sang pria maupun sang gadis hanya terdiam, membisu.

"Apa kau mencintai laki-laki lain, Esta?" tanya pria itu dengan rasa penasaran yang tinggi. Gadis itu pun hanya menganggukkan kepalanya yang masih menunduk.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pada pintu membuyarkan lamunan sesosok pria paruh baya yang sekarang sedang duduk tenang pada kursi rodanya. "Masuk!" titah pria itu kepada sang pengetuk pintu.

Klek! Daun pintu dibuka dari arah luar, lalu sang pemuda masuk.

"Tuan memanggil saya?" tanya pemuda itu sambil mengangguk sopan.

"Masuklah, Will!" kata Afkan sambil melambaikan tangannya. Pemuda yang bernama William itu pun masuk ke dalam kamar tuannya.

"Bagaimana dengan Melia? Apa kau sudah menghubunginya? Aku ingin tahu bagaimana dengan tugas yang kuberikan padanya, apa gadis itu melaksanakannya dengan baik?" tanya Afkan kepada William tanpa jeda. "Ponsel Melia tidak bisa dihubungi, Tuan. Mungkin Melia sengaja menghindar karena belum melaksanakan perintah Tuan," jelas William singkat.

William dan Melia adalah sepasang kekasih, karena itu William selalu melindungi Melia saat tuannya ingin berbuat jahat kepada kekasihnya.

"Will, aku ingin kau ikut menyusul ke sana!" lanjut Afkan lagi.

"Maksud Tuan?" tanya William spontan.

"Ya, Will. Aku mau kau menyusul Melia dan paksa dia untuk segera merayu laki-laki itu. Dan aku akan memberimu tugas lain agar laki-laki itu dengan ikhlas mau memberikan istrinya padaku." Senyum jahat tersungging pada kedua sudut bibir sang pria paruh baya.

Jeda sejenak. William maupun Afkan tak lagi berucap, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Apa tugas yang harus saya lakukan, Tuan?" tanya William memecah keheningan sambil mengerutkan dahinya, karena ia sangat penasaran dengan tindakan yang akan diperbuat tuannya untuk memisahkan pasangan suami istri itu.

"Kemarilah! Aku akan memberitahumu secara detail apa yang harus kau lakukan agar laki-laki itu datang dan bersujud di hadapanku." Afkan memberi kode dengan tangannya supaya pengacara pribadinya mendekat. William pun mendekat lalu mendengarkan setiap perkataan Afkan dengan saksama tentang rencana jahatnya.

***

Di teras Zenta berjalan mondar-mandir, ia sedang menunggu istrinya. "Sayang, sudah siap belum? Ayo, nanti keburu sore. Aku tadi hanya minta cuti setengah hari saja, khusus untuk mengantar istri tercintaku ke dokter," ucap Zenta sedikit lantang dari teras rumahnya.

"Iya, Zen. Tunggu sebentar! Aku masih mencari buku periksa kehamilannya," sahut Naila sambil bergegas berlari kecil ke arah teras.

"Ayo berangkat!" ucap Naila mengajak suaminya, tangannya pun telah bergelayut ke lengan kekar lelakinya.

Repub. ᎳᏆᏞᏞ ᎠᏆᏟᎻTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang