2puluh5 : Back to You [Repub]

4K 252 20
                                    

Eriesta tiba di depan gerbang mansion Afkan Naratar, ia turun dari mobil dan beberapa anak buah pria itu tersebut segera datang menyambut, mencekal lengan Eriesta lalu membawanya masuk ke dalam.

Klek! Salah satu anak buah memutar handle pintu sambil menarik kasar tubuh Eriesta agar ikut masuk.

"Tuan, Nona telah kembali," kata sang anak buah kepada tuannya.

Afkan menoleh dan tersungging senyuman kemenangan pada kedua sudut bibirnya. "Esta kesayanganku." Suara sang pria sembari terkekeh sambil mengelus perut datar wanitanya. "Ke mana isi di dalam perut buncitmu, Esta?" tanyanya.

Eriesta bergeming, ia hanya menatap pria itu dengan tatapan nyalang penuh kebencian. "Di mana, Zovan?" tanyanya sengit. Afkan tertawa keras kemudian menjawab bernada kasar, "SEKARAT!"

"Biadab kau, Afkan! Manusia laknat! Aku sangat membencimu!" Eriesta meludahkan salivanya ke wajah pria itu.

PLAK! Afkan menampar keras pipi Eriesta hingga kepalanya menyamping, sudut bibirnya pun sontak mengucurkan darah segar.

"Dasar Jalang! Aku akan membunuhmu!" tegas Afkan dengan tatapan kebuasan.

"SEKARANG JUGA BUNUHLAH AKU! BAJINGAN KAU, AFKAN!" teriak Eriesta histeris.

Bersamaan dengan itu, Afkan memanggil anak buahnya menggunakan tangannya, "Ya, Tuan!" Sang anak buah menganggukkan kepalanya lalu melangkah mendekati tuannya.

"Pergilah ke rumah Esta! Periksa semua ruangan di rumahnya! Bila kau menemukan bayi, segera laporkan padaku! Aku akan membunuh bayi itu dengan cepat tanpa rasa sakit. HAHAHA." Titah Afkan kepada anak buah kepercayaannya, tawanya terdengar begitu sumbang penuh kemenangan.

"Baik, Tuan!" Anak buah tersebut segera berlalu meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah Afkan.
Mendengar perintah Afkan kepada anak buahnya membuat Eriesta meronta, berusaha melepaskan diri. "BANGSAT KAU, AKFAN! PRIA JAHANAM! BAJINGAN!" Eriesta menjerit lagi dengan histeris.

Afkan tertawa keras melihat wanita yang menolak cintanya menjerit histeris. "Masukkan wanita berisik ini bersama dengan laki-laki lemah itu!" titah Afkan kepada anak buahnya yang lain. Anak buah Afkan pun membawa Eriesta menuju ruangan di mana Zovankov berada.

Klek! Daun pintu terbuka dari arah luar. Anak buah Afkan menjorokkan kasar tubuh Eriesta masuk ke dalam ruangan. Eriesta dengan segera menghampiri tubuh prianya, setelah pintu tertutup.

"Zov! Zovan? Bangun, Sayang!" Eriesta menepuk lembut pipi lelakinya. Zovankov perlahan membuka netranya. "E-ri, menga-pa kau ... kem-bali?" tanya Zovankov terbata karena merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.

Tanpa permisi bulir bening dari kedua pelupuk mata Eriesta mengalir deras. "Aku ingin menemanimu, Zov. Hidup maupun mati, aku ingin selalu bersamamu."

Zovankov tersenyum mendengar ucapan wanitanya. "Apakah dia selamat?" Eriesta mengangguk pelan.
"Syukurlah! Di mana dia sekarang?" tanya Zovankov lemah. "Bersama Sovie sedang menuju ke rumah adikmu," lirih Eriesta menjawab.

Sekali lagi Zovankov tersenyum lalu meremas hangat tangan wanitanya, "Dia laki-laki atau perempuan?" Eriesta tergugu tanpa bersuara. "Laki-laki, Zov. Matanya seperti mata ini." Eriesta mengusap lembut mata prianya.

"Terima kasih, Eri. Terima kasih karena kau telah melahirkan darah dagingku, buah cinta kita, dengan selamat." Eriesta mengangguk sembari menahan tangisnya supaya tidak pecah.

"Meski kau dinikahi pria laknat itu secara paksa, tapi kau mengandung putraku. Aku sangat bahagia, bahagiaku melebihi apa pun di dunia ini. Terima kasih, Eriesta Valasca Theorant." Eriesta membekap bibirnya dan bulir bening jatuh semakin deras dari kelopak matanya.

"Jangan menangis, Sayang! Meski aku mati, aku sangat bahagia karena telah kau cintai dengan begitu tulus hingga kau harus berseteru dengan keluargamu," ucap tulus Zovankov.
"Apa kau sudah menulis surat untuk Sovie?" tanyanya. Eriesta mengangguk. "Sudah, Zov. Aku sudah berpesan pada Sovie untuk memberi nama putra kita."

Zovankov tersenyum sambil menatap lekat wajah wanitanya dengan rasa cinta yang besar, "Zentaro Valasca Nazendra," ucap Zovankov tersenyum semringah.

"Aku harap putra kita menjadi laki-laki yang teguh dan tegar dalam menjalani kehidupannya setelah ini. Maafkan Daddy, Nak! Daddy bukanlah ayah yang baik, kau lahir ke dunia tanpa Daddy pernah melihatmu," ucap Zovankov pilu, ia berusaha menahan luapan kesedihan yang membuat dadanya terasa sesak. Kemudian ia beringsut bangun dibantu oleh Eriesta. "Semoga Sovie mau mengabulkan permintaan kita berdua, Eri," sambungnya kemudian.

"Sovie gadis yang baik, ia pasti mau mengabulkan permintaan kita," ucap Eriesta sambil mengusap dada bidang Zovankov.

"Meski aku tidak dapat mendampingi putraku hingga dewasa, tapi aku berharap dengan harta yang aku wariskan padanya hingga ia bisa mengurusnya dapat mengurangi rasa bersalahku padanya, Eri."

Hening sejenak, sejoli itu hanya saling berpelukan tanpa berucap, sampai kembali terdengar suara Zovankov.

"Putra kita pasti akan memahami hati dan perasaan kita, Eri, karena menderita agar anaknya bisa hidup lebih baik adalah tugas seorang ayah," ucap Zovan penuh kepiluan, Eriesta pun kembali terisak. "Ya, Zov. Semoga Sovie bisa memberikan pengertian bila tiba waktunya. Sovie gadis yang lemah lembut, tapi aku tahu dia mempunyai prinsip hidup yang kuat karena itu aku mempercayakan putra kita padanya."

BRAK! Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras dan seorang pria masuk ke dalam ruangan itu.

"Sudah selesai berkasih-kasihannya?" tanya Afkan bernada melecehkan. Zovankov dengan segera meraih tubuh Eriesta untuk berlindung pada punggungnya.

"Aku tidak mengira bayimu telah tewas, Esta," kata Afkan sambil terkekeh keras. Eriesta dan Zovankov bergeming.

"Bawa dia ke pesawat!" titah Afkan kepada anak buahnya. Dua anak buah Afkan mendekati Zovankov lalu membawanya dengan paksa.

"ZOVAN! ZOVAN!" Eriesta menjerit memanggil nama lelaki yang dicintainya, memeluk erat kaki Zovankov hingga tubuhnya ikut terseret. Afkan mencengkeram lengan Eriesta sambil memaksanya agar bangkit berdiri.

"Kau akan melihat laki-laki yang kau cintai tewas di hadapan mata cantikmu ini, Esta. HAHAHAHA! Dan aku akan sangat menikmati saat melihatnya tewas terbakar di dalam pesawat yang telah kupersiapkan." Afkan kembali tertawa keras penuh kemenangan, suaranya terdengar membahana hingga ke seluruh ruangan layaknya iblis.
Eriesta menjerit histeris sambil merutuki pria itu. "BANGSAT KAU, AFKAN! SEMOGA TUHAN MENGUTUKMU, MENGUTUK SEMUA KETURUNANMU!"

"HAHAHA AKULAH TUHAN KALIAN SEKARANG! KARENA AKULAH YANG AKAN MENENTUKAN HIDUP MATI KALIAN!"

Afkan kemudian membopong tubuh Eriesta menuju lapangan di mana pesawat telah dipersiapkan untuk membunuh Zovankov.




















Repub. ᎳᏆᏞᏞ ᎠᏆᏟᎻTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang