Dilantai lima sebuah pusat perbelanjaan elit Gangnam Seoul sepasang kekasih canggung ini melangkah.
Rose dengan kegugupannya dan June dengan pikiran tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
June berniat mengatakan bahwa ini adalah kencan pertama mereka namun menatap Rose membuatnya tidak berani.
Ia terlalu lama berbagi kehidupan dengan gadis itu sebagai patner kerja, rasanya sangat aneh kini berjalan bersama patner kerjanya sebagai pasangan kekasih, lebih spesifiknya lagi calon istrinya sendiri.
"Woah, Lisa dimana-mana. Dia mengikuti kita dari lantai satu" Rose mencoba mencairkan suasana.
June mengedarkan pandangan. Rose benar, foto Lisa terpajang dimana-mana. Mulai dari lensa kontak, sepatu, lipstik, brand pakaian, hingga perhiasan dimana kini keduanya berhenti.
"Kenapa kesini?" tanya Rose.
June membimbing Rose masuk sebelum menjawab.
"Bukankah pasangan yang akan menikah memerlukan ini.."
Telunjuk June mengarah pada deretan cincin dibawah etalase yang ditunjuknya.
Rose akhirnya paham maksud June.
"Aku tidak pernah main-main Rose, apalagi untuk hal sebesar ini. Aku memintamu menikah denganku, itu artinya kita akan menghabiskan sisa hidup kita bersama"
June mengatakannya begitu saja tanpa peduli pegawai yang hendak bertanya menjadi kebingungan.
"Sekarang terserah kepadamu, aku tidak begitu baik dalam hal memilih seperti ini. Kaulah ahlinya" June mengakhiri perkataanya dengan cara khas dirinya.
Rose mengalihkan tatapan dari mata June yang menjerat dirinya, mata tajam Rose menilik pada berderet cincin cantik yang dengan cepat menyita fokus Rose.
June menunggu kala Rose terus melihat tanpa berkata-kata sampai menemukan satu pilihan terbaik menurutnya.
"Sajangnim, bukankah kita harus segera kekantor?"
"Jangan berjalan dibelakangku"
June tidak menjawab Rose, pria itu menarik tangan Rose untuk berjalan tepat disebelahnya setelah keluar dari tempat tadi.
"Kau bukan sekretarisku disini" June menambahi.
Rose menunduk, meski setelah itu June dengan cepat melepas genggamannya wajah Rose tetap tersipu.
"Maaf, aku sudah terbiasa untuk itu" gumam Rose lirih.
Keduanya kembali berjalan tanpa tujuan.
"Aku tidak ingin kembali kekantor, mari lakukan apapun yang kau inginkan hari ini"
Langkah Rose terhenti. June otomatis ikut berhenti.
"Sajangnim, apa orang tuaku mengatakan sesuatu kepadamu? Aku baik-baik saja, aku tidak menuntut apapun dari sajangnim, jangan memaksakan sesuatu yang membuat sajangnim menjadi tidak nyaman"
"Aku yang tidak baik-baik saja Rose. Orang tuamu tidak mengatakan apapun kepadaku, aku sendiri yang ingin memaksakan diriku. Aku ingin lebih terbiasa dengan status baru kita saat ini, aku akan terus merasa tidak nyaman denganmu jika aku tidak mulai membiasakan diri dari sekarang"
Rose tertegun.
"Lalu apa yang sajangnim inginkan setelah ini?"
"Sesuatu-- yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih"
"Date-?"
June menggaruk tengkuknya, Rose tahu jika pria itu juga bingung harus melakukan apa untuk memulainya.