June menatap nanar Rose yang baru saja tertidur bersandar lengan Jinan, didepan televisi, karena efek obat yang di minumnya setengah jam yang lalu.
June mengalami hari-hari beratnya. Dengan bantuan Ibu dan teman-teman, June berusaha keras membuat Rose kembali pulih sepenuhnya.
Berdiri dengan segelas kopi hangat ditanganya, pikiran June melanglang buana.
June bergantung kepada Rose, Rose mengatur semua untuknya. June tidak mempermasalahkan itu sebelumnya karena memang tugas Rose sebagai sekretaris pribadinya, Rose selalu melakukan yang terbaik tanpa mengeluh.
Namun baru saja June menyadarinya. Perasaan lain kala menatap Rose yang tak seperti dulu. June ingin Rose bergantung kepadanya.
Secara fisik Rose tampak telah jauh lebih baik. Lebam dan goresan kecil diwajah Rose telah hilang, namun hanya sebatas itu. Rose berbeda, Rose menjadi pendiam, tapi gadis itu terus menyangkal dan mengatakan baik-baik saja didepan June.
June frustasi, pria itu kebingungan mencari cara bagaimana membuat Rosenya kembali. Rose cerewet nan keras kepala yang selalu mengganggu disetiap langkahnya.
June merindukannya.
June sempat berpikir untuk membawa Rose berlibur ke Australia guna membuatnya melupakan kenangan buruk itu namun gadis itu menolak keras.
Rose memperingatinya dengan serius untuk tidak menyinggung kejadian itu kepada keluarganya.
"Gwenchana?"
June menoleh setelah sebuah tepukan mendarat dibahunya.
June mengangguk pelan. "Kau masih disini?"
"Emm. Ya, tidurlah. Lihatlah kantung matamu. Kau terlihat seperti zombie kau tahu! Jinan hyung akan menjaganya jadi beristirahat lah"
"aku baik-baik saja"
"Apanya yang baik-baik saja. Berapa gelas kopi yang sudah kau minum? Kau juga manusia, kau terlihat sangat lelah jadi tidurlah"
"sepertinya hyung sangat luang akhir-akhir ini"
Yunhyeong tersenyum kecil mendengar sindiran June yang tampaknya terganggu oleh ocehannya.
"Aku mendapat libur natalku. Kecuali acara penghargaan akhir tahun, aku meminta manajer untuk tidak menerima tawaran apapun menjelang Natal sampai awal tahun"
June menyesap kopinya tak mau peduli.
"June-yah, Sekretaris Park bukan hanya calon istrimu. Dia sudah seperti adik untukku, untuk anak-anak lainya juga. Hanya dirimu saja tidak cukup untuk membuat sekretaris Park sembuh dari apa yang menimpanya" June menatap Yunhyeong yang secara tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
"Kami akan menjaganya. Dia nyaman bersama kami. Jangan keras kepala dan berisitirahatlah, kau juga perlu lebih baik untuk membuatnya membaik"
June diam, Yunhyeong benar. Hanya dirinya saja tidak cukup.
June membawa Rose tinggal bersamanya dengan tujuan membuat Rose membaik namun June tak berhasil mengubah apapun. June terlalu kaku untuk kata-kata hiburan atau sekedar menawarkan lengan sebagai tempat bersandar.
"Kau mengurungnya selama seminggu didalam apartemen. Ajaklah dia keluar besok, dia perlu udara lebih segar. Kami ingin mengajaknya keluar tadi, tapi kami rasa hanya berdua bersamamu lebih baik. Sekretaris Park sangat menyukaimu. Walaupun aku sendiri bingung apa yang disukainya darimu"
Pria kurus itu berlalu meninggalkan June begitu saja seolah tak mengatakan apapun sebelumnya.
Jika saja keadaan June tak sekacau sekarang, mungkin si kurus itu akan memegangi pantatnya kesakitan sekarang.