18. Nightmare

1.8K 180 4
                                    

June dan Rose saling berhadapan dalam diam diatas sofa, didepan televisi menyala diruang tengah apartemen.

Rose menunduk, meremas lututnya tidak tahu cara memulai percakapan sedang June dengan intens terus mengamatinya.

"Aku akan berbicara dengan eomma" singkat June memecah keheningan.

Wajah kecil Rose terangkat lalu mengangguk pelan. Mereka baru saja selesai menghadiri rapat panjang melelahkan tentang debut Haru-Gon cs.

Mereka akan melakukan debut resminya tahun depan dibulan Februari, bulan dimana keluarga June dan Rose juga telah memutuskan hari pernikahan mereka. Keputusan tersebut telah final, disetujui oleh para petinggi perusahaan termasuk June sendiri.

"Sajangnim baik-baik saja? Jika sajangnim keberatan biarkan aku saja" ucap Rose.

June menerawang kedepan, membayangkan ekspresi antusias sang Mama yang akan luntur seketika mendengar hal itu.

"Jangan mencemaskanku, eomma mungkin akan sangat marah tapi semuanya akan baik-baik saja" jelas June.

Dan Rose mengangguk lagi. Ada perasaan kecewa disudut hati yang segera disingkirkan olehnya.

June banyak mendengar pendapat dan mempertimbangkan dengan matang lebih dulu sebelum akhirnya memutuskan. Perusahaan bukan milik June seorang dimana June semena-mena memutuskan tanpa mendengarkan.

"Aku tidak menduga ini. Maafkan aku"

Rose tersenyum tipis, tangan kanan Rose terulur menyentuh tangan June didepannya.

"Gwenchana. Masih ada banyak hari untuk kita. Kita harus mengokohkan pondasi perusahaan lebih dulu" balas Rose terdengar bijaksana.

June tersenyum.

Rose tertegun, mata June menyipit hampir tenggelam menatapnya. Tangan June berada diatas puncak kepalanya mengacak gemas, bukan rambut Rose yang berantakan tapi hatinya.

"Besok kita temui eomma. Kita akan menjelaskannya bersama" kata June pelan.

"Baiklah. Dan.. Sajangnim sepertinya aku harus membahas ini. Aku sudah memutuskannya, aku akan kembali ke apartemenku. Sajangnim tidak harus tidur disofa setiap hari lagi karenaku" gerak tangan June diatas kepala Rose berhenti.

June sendiri bingung, kenapa ia selalu merasa kesal tiap kali Rose berbicara mengenai hal itu.

Sebelumnya June pikir ia hanya merasa terganggu karena cemasnya masih tersisa jika Rose jauh dari pengawasannya, June pikir karena ia mencoba menjaga tanggung jawab pada janjinya menjaga Rose.

Tapi kini June sadar, ia hanya tidak ingin Rose jauh darinya, ia hanya ingin selalu berada didekat Rose.

June menggeleng.

"Waeyeo?" tanya Rose.

Punggung gadis itu bertemu sandaran sofa, kakinya menyilang menatap June kembali dengan raut poker face nya.

Alih-alih menjawab, June hanya menaikan kedua bahunya.

"Wae? Jawab aku!"

"Aku tidak pernah mengeluh setiap hari tidur disana. Jika kau keberatan, aku tidak masalah tidur dikamar----bersamamu"

Bibir Rose terangkat tanpa berkata-kata. June tersenyum licik. Jika saja status June hanya calon suaminya saja, Rose akan menjitak kepalanya.

Tidak ada yang spesial selama hampir satu bulan Rose tinggal bersama June. June membawa Rose ketika Rose mengalami shock mental terberat dalam hidupnya.

"Married" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang