Mama June tersenyum gemas memperhatikan June dan Rose menyantap makanan yang baru saja dibawahnya dari rumah.
Wanita paruh bayah itu menjadi yang paling bahagia menyaksikan bagaimana Rose terus menatap June dengan mata tersenyum disampingnya.
"Apa yang akan kalian lakukan akhir pekan ini?"
"Bekerja" timpal June singkat.
"Kalau Rose?"
"Rose cuti terlalu lama, membosankan disini sendirian tanpa melakukan apapun"
"Aigo-yah, kalian pasangan yang sangat membosankan"
Mama June menggeleng prihatin.
"Ngomong-ngomong, Sampai kapan kalian akan berencana tetap tinggal bersama?"
June berhenti mengunyah, sebelah pipinya menggembung ketika tak sengaja beradu tatap dengan Rose disampingnya.
Kedua alis Mama June terangkat.
"Auh, anak muda. Mama bukan orang tua kolot yang akan melarang kalian begini begitu, tapi ini tidak benar. Bagaimana Mama akan bilang ke Mama Rose nantinya?"
"Gwaenchana, yang Mama pikirkan tidak akan terjadi. Jangan khawatir"
"Benarkah? Tapi hanya ada satu kamar disini?"
Kepala Rose menunduk, kedua sisi pipinya terbakar, mengunyah pelan-pelan sisa makanan dimulutnya.
Mama June membuatnya mengingat sepenggal kejadian semalam, itu nyaris, hampir saja.
"Geumanhae"
"Wae? Mama hanya bertanya"
Mama June menyanggah wajahnya dengan kedua tangan, seperti pengadil sedang menghakimi dua tersangka didepannya.
Dan tersangka atas nama Rose membuatnya menarik senyum dibibirnya semakin lebar, gadis itu tak membuka suaranya untuk pembelaan sama sekali.
"Setelah ini kembalilah ke apartemenmu?" June berdiri dari duduknya.
"Mama?" Mama June menunjuk dirinya.
"Bukan" June berhenti sebentar lalu menatap Rose. "Kau, kita akan terbang ke Jepang 3 jam lagi. Siapkan dirimu, kemasi juga barang-barangku" perintah June seenaknya.
Rose dan Mama June terdiam, pria itu lalu menghilang ditelan pintu kamarnya.
"Ke Jepang?" Mama June telat mengajukan pertanyaannya, Rosepun mengangkat kedua bahunya pertanda tidak mengerti.
....
Hari ini adalah hari pertama Rose bekerja lagi setelah cuti pasca trauma, Rose kelabakan mencari tahu apa saja yang terjadi dan dialami perusahaan saat dirinya absen.
"Kau sudah mengemasi semuanya?"
"Nde. Aku sudah mengemasi semuanya. Termasuk pakaian sajangnim. Berapa lama kita akan disana?"
"2 hari. Saham perusahaan belum stabil meski pemberitaan terkait skandal telah berlalu. Konser Jinam hyung hanya sedikit membantu. Aku perlu kembali meyakinkan beberapa investor perusahaan yang sepertinya mencoba membatalkan kerja samanya karena skandal itu"
"Dengan cara? Kita tidak punya sesuatu yang cukup untuk meyakinkan mereka"
June terdiam, Rose menyerah mempelajari ketertinggalannya pada perusahaan lewat tablet. Memperhatikan saksama June tampak berpikir dengan keras duduk disampingnya, didalam mobil menuju bandara Gimpo.
"Sajangnim--kau tidak kesana tanpa persiapan bukan?"
"Aku tidak senekat itu"
"Lalu?"