10. you never walk alone

5.8K 374 29
                                    

⚠️ my first BTS story
⚠️ Typo(s) bertebaran mirip ranjau
⚠️ Bahasa baku dan non baku nyampur

🐯


Setelah mengunjungi makam nenek Taehyung selama beberapa hari -sebenarnya nyaris seminggu mereka di kampung halaman Taehyung- , Bangtan kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa. Setidaknya mereka mencoba bersikap seperti biasa, apalagi setelah mendengar apa yang telah Taehyung alami dari sang menejer.

Sebelumnya mereka berkata akan membantu taehyung, tapi setelah masalahnya sudah mereka ketahui dengan jelas, keenamnya justru tidak tahu harus membantu bagaimana.

Ingin rasanya menangkap pelaku itu dan membakarnya hidup hidup, tapi mereka bisa apa? Mereka sama sekali tidak mempunyai petunjuk untuk menangkap pelaku.

Keenam nya memilih membantu Taehyung agar anak itu merasa lebih baik. Baik fisik ataupun psikologis nya, mereka akan melakukannya diam diam sehingga Taehyung tidak curiga.

Seperti saat latihan dance, Hoseok akan berpura pura keseleo hanya untuk menghentikan latihan mereka dan memberi waktu mereka istirahat termasuk Taehyung.

Taehyung sendiri merasa sedikit lega karena bisa beristirahat, tapi dia juga merasa kasihan karena kaki Hoseok keseleo.

"Aduhh" Hoseok mengaduh dibuat-buat sambil mengurut kakinya dengan posisi duduk bersandar pada dinding.

"Lain kali hati hati Hyung" kata Jungkook, Jungkook tahu Hoseok sengaja, semuanya tahu kecuali Taehyung dan mereka akan ikut dalam kebohongan Hoseok kali ini. Berbohong untuk kebaikan tidak apa apa kan?

Member lainnya duduk berjejer mengikuti Hoseok. Taehyung perlu bertemu dengan Sejin jadi anak itu meminta ijin dan berkata akan segera kembali.

Taehyung berjalan menghampiri sejin yang kebetulan sedang berbincang dengan rekannya di depan lift.

"Hyung" panggil Taehyung, Sejin menoleh kearah Taehyung.

Setelah berbicara pada rekannya dan mengatakan akan berbicara lagi nanti saat makan siang. Sejin menghampiri Taehyung.

"Ada apa Tae?" Tanya Sejin.

Taehyung tiba tiba saja membungkuk dihadapan Sejin.

"Terimakasih karena sudah bersedia menemaniku ke pemakaman nenek" kata Taehyung kembali menegakan tubuhnya. "Waktu itu aku terlalu larut dalam kesedihan sampai sampai lupa berterimakasih"

"Tidak apa apa. Lagi pula itu juga sudah tugasku. Dan juga member lainnya juga meminta untuk menemanimu"

"Aku sudah berterimakasih pada mereka tadi pagi"

"Baguslah"

"Kalau begitu aku akan kembali keruang latihan"

Saat akan berjalan menuju ruang latihan ponsel yang Taehyung simpan di dalam sakunya bergetar.

Sebuah ID penelepon tanpa nama tertera di layarnya saat Taehyung memeriksa ponselnya.

"Loudspeaker dan jangan lupa record" kata Sejin. Kebetulan dirinya masih ada disebelah Taehyung saat anak itu mengeluarkan ponselnya.

Taehyung mengangguk dan melakukan apa yang dikatakan oleh sang menejer.

"Hallo"

"Masih ingat denganku?" Taehyung menekuk alisnya. Ia tidak mengenal suara penelepon yang terdengar mirip penjual Borax di TV.

"Maaf, tapi ini siapa?" Tanya Taehyung, dia tidak ingin berburuk sangka dan bicara tidak sopan sebelum memastikan siapa si penelepon itu.

"Heh??!! Kau sudah lupa?? Haruskah aku memberi penanda lebih banyak agar kau selalu mengingatku? Dimana aku bisa membuatnya? Di punggungmu?"

[1] Tell UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang