Nadia Putri Amariza
Musim panas yang sangat panas ini, membuat semua orang di desaku malas untuk melakukan aktivitasnya. Mereka meninggalkan pekerjaannya hanya untuk pergi ke pantai.
Namun tidak untukku. Aku sibuk dengan sekolahku. Aku lebih mementingkan sekolahku daripada pergi ke pantai untuk menghilangkan rasa malas yang tak henti-henti.
Pagi ini, adalah hari yang sangat menegangkan. Karena hari ini adalah hari pengambilan raport di sekolah.
Aku segera berangkat ke sekolah pagi-pagi. Aku sengaja berangkat pagi, karena sekolahku jauh dari desa. Sekolahku tepat berada di ujung kota. Untuk berangkat ke sekolah, aku selalu jalan kaki. Ya, karena di desaku belum ada kendaraan umum yang melintasinya.
Aku berlari sekencang-kencangnya tanpa memperhatikan kanan kiri.
dan,,,Braak, aku menabrak anak yang sedang mengendarai motor.
"Kalau jalan pake mata!" sinis anak itu tanpa menoleh kearahku.
"Dimana-mana, jalan itu pake kaki, bukan pake mata," bentakku. Siapa sih nih cowo, bikin aku tambah telat aja lanjutku dalam hati.
"Udah salah, ngeles lagi," kata anak itu dengan nada tinggi.
"Iya-iya, aku minta maaf tadi buru-buru banget soalnya," sewotku tak terima.
"Dari tadi kek, minta maafnya kan enak dengernya," anak itu tersenyum sinis kearahku.
***
"Alhamdulillah akhirnya sampai juga. Hampir tadi aku kena hukuman," senyumku seketika merekalah.
Aku segera melangkahkan kakiku menuju ruang kelas. Namun, tiba-tiba langkah kakiku terhenti. Kepalaku pusing, bayangan mulai kabur, aku terjatuh.
Lima menit kemudian aku terbangun dan udah ada di ruang UKS.
"Aduh, aku pasti telat masuk kelas" ringis ku menahan sakit. Ini semua gara-gara cowo sialan itu. Kalau nggak ada kejadian kaya gitu pasti aku nggak akan kelelahan gini, batinku menggerutu.
Aku segera pergi menuju ruang kelasku. Dan ternyata benar, pembagian raport udah selesai dua menit yang lalu. Di kelas hanya tinggal wali kelas yang sedang menungguku untuk mengambil raport.
"Eh, Nadia kamu udah siuman ya, ini raportmu. Selamat ya kamu dapat peringkat satu," kata wali kelasku dengan tersenyum.
"Iya bu, Nadia udah siuman. Makasih bu, udah mau nungguin Nadia sampai siuman," senang? Tentu. Siapa sih yang nggak senang dapat juara kelas.
Kringg.....kring......
Jam istirahat berbunyi. Aku segera bergegas ke kantin. Namun langkah kakiku terhenti ketika Jessica memanggilku. Katanya, aku di suruh ke ruangan kepsek.
Aku segera ke ruangan kepsek dengan rasa takut dan gelisah. Aku mengetuk pintu ruangannya dengan perlahan.
Dan,,,,
Door, aku tersentak kaget. Kepsek memukul mejanya dengan keras. Ia menatapku dengan raut wajah yang memerah.
"Nadia, selamat ya kamu mendapat nilai terbaik dari semua teman-temanmu. Ini hadiah sepatu dan tas baru untukmu, karena prestasimu yang membanggakan sekolah," Kepsek tersenyum kearahku. Sialan aku kira bakal kena marah huh dasar kang drama.
"Alhamdulillah, terima kasih banyak pak," kataku dengan bahagia.
" Untung nggak ada apa-apa, aku sampai gemetaran tadi di hadapannya kepsek," akhirnya bisa juga bernapas lega.
.vote and coment
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya [ON GOING]
Teen FictionSeorang remaja yang disebut sebagai gadis desa karena tinggal di desa. Sampai akhirnya, ia di suruh orang tuanya pulang ke Jakarta. Dan bersekolah di sekolah milik ortunya. Siapa sangka ternyata ia adalah anak dari orang pengusaha terkaya nomor 1 di...