Nadya melangkahkan kakinya menuju kelas. Sesampainya di ambang pintu bukanya masuk Nadya malah puter balik menuju kantin tanpa menaruh tas nya dulu.
" Batagor sama es teh satu Bu inem," pesen Nadya. Tidak menunggu lama pesanan Nadya pun datang.
Gimana kalau gue bolos sekolah aja kali yah gumam Nadya.Entah angin dari mana Nadya mempunyai pemikiran untuk bolos. Padahal kalau di ingat-ingat dulu dia takut dengan yang namanya bolos, tapi sekarang? Entahlah.
Setelah susah payah mencari celah untuk bolos akhirnya Nadya menemukan pintu gerbang yang kebetulan tidak ada satpam yang jaga. Kesempatan emas buat Nadya.
Tak menunggu lama, Nadya segera memasuki mobilnya dan menancapkan gas mobilnya keluar area sekolah. Sekarang Nadya akan pergi ke suatu tempat yang bisa ngebuat pikirannya adem. Pantai, ya itu tempat yang akan dituju Nadya.Jarak pantai dengan sekolah Nadya memang sangat memakan waktu yang lumayan lama. Setelah 2 jam perjalanan akhirnya Nadya sampai pada tujuan. Ia segera keluar dari mobil. Astaga gue lupa gue masih pake seragam, bodo lah males juga ganti gumam Nadya merutuki kesalahannya.
" Hei," panggil seseorang yang nggak gue kenal. Tapi dilihat-lihat dia masih anak SMA . Jelas dari bajunya aja dia masih SMA.
" Lu siapa ya," tanya gue kebingungan. Jelas lah gue bingung. Datang-datang belum pundak gue. Sok kenal banget tau nggak.
" Kenalin nama gue Dila," katanya mengulurkannya tangan ke gue.
" Oh...,gue Nadya. Salken yah," jawab gue senyum simpul.
" Btw, lu ngapain disini? Bolos yah?" sambung gue.
" Seperti yang lu liat hehe. Lu juga bolos kan," ucap Dila dengan cecikikan yang gue balas cengiran khas gue.
" Yaudah skuy kita main di pantai," ajak Dila ke gue. Dengan senang hati gue mengiyakan ajakannya.
Sebelum gue ngelangkahin kaki gue, ide jail gue ngeliatas gitu aja. Gue ngeliat Dila dengan tatapan jaillnya ngebuat dia kebingungan.
" Dila, makan nih pasir. Hahaha," jail gue. Gue ngelempairin pasir ke muka Dila.
" Apaan nih. Awas ya lu gue bales," ucap Dila kesel.
Owh tidak. Sebelum Dila berhasil bales, gue udah lari duluan ke pantai. Dan terjadilah adegan kejar-kejaran.
" Udah Dil gue capeh," ucap gue ngos ngosan.
" Ehh Nad. Liat tuh cowok yang di sebelah situ. Ganteng banget," celetuk Dinda yang ngebuat gue penasaran. Pas gue toleh ke arah yang dimaksud Hendry iya dia Hendry. Tapi kok dia sama cewek? Pikir gue. Tanpa ba-bi-bu gue samperin tuh mereka.
" Hendry," panggil gue.
" Nad__ dya," jawab Hendry gugup. Iyalah gugup ketauan jalan sama cewek lain.
" Ini maksudnya apa," tanya gue tanpa suara.
" Nad, gue bisa jelasin. Ini nggak se__," belum selesai Hendry ngomong Nadya udah ngepotong omongannya.
" Nggak seperti yang gue lihat ha? Gue lihat jelas dengan mata, kepala gue, lu jalan sama cewe lain. Baru aja sehari pacaran udah main selingkuh aja ha? Lu emang brengsek Hendry. Dan sekarang gue mau PUTUS," kata gue penuh emosi. Menekankan kata putus di akhir kalimat.
" Nggak. Nad lu itu salah paham. Nad, plis dengerin penjelasan gue. Ya, dia tunangan gue, tapi gue nggak cinta sama dia. Gue dipaksa sama bonyok gue buat tunangan sama dia. Gue cuman cinta sama lu Nad. Gue nggak mau putus sama lu," teriak Hendry diiringi isakannya. Tapi nihil. Nadya telah pergi dari hadapannya. Dan sekarang hanya kekecewaan yang menghantuinya.
.
.
.
.
.
Maaf singkat banget.
Aku lagi lumayan nggak mood buat ngelanjutin alurnya.
Lagi banyak pikiran nih hehe.
Tapi next chapter aku akan kasih yang lebih panjang jadi ini.Voment😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya [ON GOING]
Teen FictionSeorang remaja yang disebut sebagai gadis desa karena tinggal di desa. Sampai akhirnya, ia di suruh orang tuanya pulang ke Jakarta. Dan bersekolah di sekolah milik ortunya. Siapa sangka ternyata ia adalah anak dari orang pengusaha terkaya nomor 1 di...