"Anak-anak kalian kedatangan teman baru, Nadia perkenalkan diri kamu," ucap Bu Sinta
"Kenalin nama gue Nadia Putri Amariza. Pindahan dari desa terimakasih, "
"Ada yang mau ditanyaka?"
Kalau nggak ada yang mau ditanyakan kamu duduk di bangku yang kosong," pinta Bu Sinta. Bu Sinta adalah guru matematika yang terkenal killer dan ganas. Haha kayak macan aja ganas.
"Sekarang kalian buka buku paket halaman 198 baca sampai halaman 205 pahami dan kerjakan soalnya," ucap Bu Sinta dengan datar.
"Yah buk ini soalnya banyak banget bisa di nego nggak Bu," Keluh Sandi.
"Nggak ada nego-negoan sekarang kerjakan semuanya atau ibu akan kasih nilai kamu D," ancap Bu Sinta.
Kring...kring...
"Hai, kenalin gue Nana," sapa teman sebangku.
"Eh, gue Nadia salken," jawab gue kikuk dambil garuk-garuk kepala.
"Kantin yuk laper nih," pinta Nana.
"Yaudah ayo," jawab gue.
Di kantin
"Lo mau pesen apa Nad, biar gue pesenin,"
"Samain aja Na," jawab gue.
Beberapa menit kemudian kantin menjadi ramai karena ada lima cowok yang ntah siapa gue nggak kenal. Tapi gue liat di situ ada abang gue. Gue liat mereka berlima menuju meja gue.
"Hai, boleh gabung nggak. Semua bangku penuh semua. Jadi boleh nggak," pinta salah satu teman abang gue.
"Gabung aja, boleh kok," jawab gue.
Reynald
Gue Bara Mardiansyah Reynald. Gue anak orang terkaya nomor 3 disini. Gue terkenal bad di sekolah. Seminggu tiga kali pasti gue kena BK.
Pelajaran pertama gue tidur di pojokan. Dan sampai istirahat gue masih tidur. Semua orang nggak berani bangunin gue. Iyalah gue dilawan haha.
kring... kring...
"Woii bro kantin yuk," ajak gue.
"Gas lah laper gue," jawab Adrian.
Pas di kantin ternya kantinnya penuh. Gue liat ada dua anak di situ ya kata Adrian kita gabung aja sama mereka berdua. Walaupun gue males karena salah satu dari mereka tadi pagi udah nabrak gue.
"Hai, boleh gabung nggak. Semua bangku penuh semua. Jadi boleh nggak," pinta Fandi. Fandi adalah anak dari orang terkaya nomor 5 di dunia. Dia bisa di bilang cerewet tapi dia yang paling dewasa dari kita semua kalau ada masalah.
"Gabung aja, boleh kok," jawab anak itu.
*******
"Nad nih pesanannya, eh ada mereka," ucap Nana kikuk. Ya gimana nggak kikuk. Mereka semeja sama most wanded SMA Amariza school Internasional. Bahkan saat ini aja jadi pusat perhatian seluruh kantin. Gila gila.
"Iya makasih Na," ucap gue.
"Oh iya kita kan belum kenalan kenalin gue Fandi panggil bebeb juga boleh," Fandi ini playboy sehari bisa dapat 10 pacar. Bayangin aja itu serahin udah 10 kalo sebulan? Setaun? Setres kali otak dia.
"Gue Andi," sambungnya.
Oiya Andi adalah anak orang terkaya nomor 6 Dia baik, pinter dan masih banyak lagi."Reynald," dia mau kenalan atau mau makan orang? Buset dah ngegas pisan eyy.
"Gue Fikri. Oiya ngomong-ngomong kita kan satu kelas. salken," ucapnya.
Fikri adalah adik dari Reynald."Gue Nadia," jawab gue singkat.
"Ya udah makan gih nanti keburu bel," ucap bang Adrian.
Skip pulang
Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Gue berjalan dengan santainya menuju parkiran. Gue liat di parkiran udah ada abang gue yang nunggu.
"Eh dek lama banget sih jalannya kaya keong tau nggak," Dih sensi bet dah kek cewe pms.
"Ya udah si ayo pulang," jawab gue males bet ngeladenin nih orang. Ya gini nih gue kalo lagi nggak mood.
Di dalam mobil cuma ada keheningan. Gue sibuk bermain ponsel dan abang fokus nyetir.
"Eh, dek gue mau kerja kelompok di rumahnya Reynald lo ikut ya,"
"Emm, iya," jawab gue.
*****Tok...tok...tok...
"Eh, den Adrian masuk den," ucap bibi.
"Oi bro, lama banget nyampenya kita di sini nungguin lo. Oiya lo kok ajak Nadia sih, apa jangan-jangan kalian pacaran ya?" ucap Fandi. Sialan nih anak nuduh-nuduh sembarangan.
"Sok, tau lo. Nadia itu adik gue, mana mungkin kakak adik pacaran, lu kira sister komplex,"
"Ya udah si selesain pr dulu sekarang," sambung Raynald menengahi perdebatan mereka.
"Aduh, pr ini mah sulit banget belum di jelasin lagi sama bu Sinta." keluh Andi mendramatisir.
"Yelah semua pelajaran lu anggap sulit apa yang lu anggap mudah," Reynald berucap seperti ini karena memang dia sangat jago di semua bidang cuma kelakuannya aja yang ah udahlah kalian pasti tau itu.
"Mungkin kalo ngelanggar peraturan sama balapan kali ya yang Lu anggap mudah," sinis Adrian sengit.
"Heh, jangan jelek-jelekin gue di depan Nadia dong. Kan malu gue," jawab Andi dongkol.
"Lu masih punya malu, ternyata. Gue kira Lu anti malu," ucap Fandi.
"Eh, gue udah selesai nih. Gue pulang dulu bro. Kasihan adik gue pasti capek," pamit bang Adrian.
"Ya udah tapi buku lu gue pinjem," jawab Andi cengar cengir.
.
.
.
.
.
Vote and coment 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya [ON GOING]
Teen FictionSeorang remaja yang disebut sebagai gadis desa karena tinggal di desa. Sampai akhirnya, ia di suruh orang tuanya pulang ke Jakarta. Dan bersekolah di sekolah milik ortunya. Siapa sangka ternyata ia adalah anak dari orang pengusaha terkaya nomor 1 di...