Aku segera melangkahkan kakiku ke kantin.
"Lho kok kantin sepi banget sih,"
Dari kejauhan terlihat ibu kantin yang bergegas menghampiriku." Dek, kamu kok belum pulang, teman-teman kamu udah pulang dua jam yang lalu loh," kata ibu kantin dengan sedikit penasaran.
" Yaah, jadi semuanya udah pada pulang ya. Yaudah aku nggak jadi pesen deh,"
Aku mendesah kecewa. Bagaimana mungkin teman-teman aku dengan teganya meninggalkanku sendiri di sini. Dasar teman laknat
Dari kejauhan aku melihat Dinda. Aku memanggil dan segera menghampirinya.
"Dinda, dari tadi aku panggil-panggil nggak didengerin,"
"Maaf Nad, aku juga sedang mencari kamu dari tadi, oh ya ikut aku yuk," ajak Dinda dengan sedikit meringis.
"Kemana??"
"Nanti juga kamu akan tau," Dia tersenyum aneh yang membuat aku sedikit curiga.
Aku mengikuti apa yang Dinda ucapkan. Aku dibawa ke hutan yang sangat sepi, dimana hanya ada aku dan Dinda. Tetapi, setelah Dinda izin padaku untuk mencari ranting yang sampai sekarang belum juga kembali lagi, aku pun sendirian.
Aku segera melangkahkan kakiku. Aku selalu melihat kanan kiriku untuk jaga-jaga jika ada bahaya.
Perasaanku mulai tak enak, udah satu jam lebih hanya muter-muter di tempat yang sama. Apa aku tersesat pikirku sudah mulai kemana-mana.
Aku membuka GPS ku tapi jaringan di hutan sangat tidak bersahabat. Terpaksa aku harus mencari arah jalan pulang yang tak tau harus pergi kemana.
Beberapa jam setelah mencari jalan pulang yang nggak ketemu-temu, perutku terasa sakit. Mungkin karena aku belum makan dari pagi. Untungnya aku membawa satu bungkus roti. Aku bersender dibawah pohon rindang sambil memakan rotiku.
Kemudian aku melanjutkan langkahku namun tiba-tiba aku terpeleset dan jatuh. Semua baju dan celanaku kotor bahkan jilbabku sampai robek terkena ranting.
Aku menangis tersedu-sedu. Aku merasa takut dan sangat takut jika aku tidak bisa pulang.
Tiba-tiba Dinda datang dari arah kiri. Dia segera menghampiri ku yang sedang menangis.
"Nadia, maaf ya aku lama perginya," lirih Dinda merasa bersalah.
"Emangnya kamu kemana aja sih Din," ucapku dengan kesal.
"Aku abis foto-foto mengabadikan momen. Kapan lagi kan bisa kesini," kata Dinda dengan santai. Yaelah santuy amat mbaknya. Sahabat nya luka gini nggak ada khawatir-khawatirnya.
"Kamu itu jahat Din, aku dari tadi di sini ketakutan, kamu malah asik foto-foto," ucapku dengan kesal.
"Maaf Nad, aku nyesel udah ninggalin kamu," kata dinda dengan pelan.
"Udahlah kamu lanjutin aja foto-fotonya, aku mau pergi," Bodoamat lah aku capek mending pulang.
"Tunggu Nad...,"
Dan tiba-tiba......
Happy birthday to you.... happy birthday to you.
Teman satu kelasku datang dan memberi kejutan untukku.
"HBD Nadia, maaf udah ngerjain kamu sampai buat kamu ketakutan," ucap teman-teman dengan tersenyum.
" Kalian semua jahat. Bayangin kalau kalian ada di posisi aku, pasti akan merasakan yang sama. Kalian semua mikir dong sebelum bertindak, kalau aku kenapa napa gimana," kataku dengan kesal. Menangis tersedu-sedu. Nggak tau aja mereka aku sedang akting hehe.
" Sekali lagi aku minta maaf, aku nggak bermaksud melakukan itu Nad, maafin aku ya...," kata Dinda dengan nyesel.
" Kok pada tegang sih...," ucapku sambil mengoleskan krim ke muka Dinda dan Stevan.
" Nadia...awas kamu ya," kata Stevan dengan tersenyum.
"Aduh, singa marah kabur ah,"
Aku merasa sangat bahagia bisa tertawa bareng teman-temanku. Aku juga nggak nyangka semuanya udah di atur untuk mengerjai aku.
Aku melihat Hendry dari kejauhan sedang bersandar di bawah pohon dengan muka yang sedih. Aku segera menghampirinya.
"Hai Hen, kok keliatannya sedih. Kenapa sih," ucapku dengan penasaran. Tumben banget nih anak sedih biasanya ceria.
"Eh, kamu Nad. Iya ga ada apa-apa kok," kata Hendri dengan mengelak. Pinter banget sih boongnya.
"Kamu bohong Hen, aku tau kamu lagi sedih, udah cerita aja ada apa, aku nggak akan bilang siapa-siapa kok," ucapku dengan tersenyum.
"Emmm, kamu suka ya sama Stevan," kata Hendry.
"Kok nanya itu, emangnya ada apa," ucapku penasaran.
"Udah jawab aja, jawab dengan jujur," ucap Hendry dengan ketus.
"Aku sama Stevan itu sahabat dari kecil jadi mana ada aku suka sama dia,"
"Gitu. Oh ya aku punya kado buat kamu nih," kata Hendry.
"Lho, ini kan...kamu kok tau aku suka gelang ini, warna kesukaan aku lagi,"
Hendry tersenyum dan kembali ceria. Setelah selesai, aku pulang. Aku pulang bersama Dinda. Namun, keadaan tidak mendukung. Motor Dinda tiba-tiba bannya kempes di depan rumahnya. Aku tak enak jika harus merepotkan Dinda.
Aku memutuskan untuk pulang dengan bis. Aku menunggu bis di halte depan rumah Dinda.
Tiba-tiba cuaca mendung. Beberapa menit kemudian turun hujan. Aku masih menunggu bis di halte. Aku menggigil kedinginan.
Dari kejauhan aku melihat Hendry. Dia segera meneduh di halte ini.
Maaf ceritanya kurang tepat dengan judul Karena saya baru di sini. Saya juga masih butuh belajar lagi😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya [ON GOING]
Teen FictionSeorang remaja yang disebut sebagai gadis desa karena tinggal di desa. Sampai akhirnya, ia di suruh orang tuanya pulang ke Jakarta. Dan bersekolah di sekolah milik ortunya. Siapa sangka ternyata ia adalah anak dari orang pengusaha terkaya nomor 1 di...