Part 12

108 3 0
                                    

" Nggak seperti yang gue lihat ha? Gue lihat jelas dengan mata, kepala gue, lu jalan sama cewe lain. Baru aja sehari pacaran udah main selingkuh aja ha? Lu emang brengsek Hendry. Dan sekarang gue mau PUTUS," kata gue penuh emosi. Menekankan kata putus di akhir kalimat.

  " Nggak. Nad lu itu salah paham. Nad, plis dengerin penjelasan gue. Ya, dia tunangan gue, tapi gue nggak cinta sama dia. Gue dipaksa sama bonyok gue buat tunangan sama dia. Gue cuman cinta sama lu Nad. Gue nggak mau putus sama lu," teriak Hendry diiringi isakannya. Tapi nihil. Nadya telah pergi dari hadapannya. Dan sekarang hanya kekecewaan yang menghantuinya.

*********************************

Nadya POV

     Sekarang gue lagi berada di kamar king size gue. Menangis 😭, menyalurkan rasa kekecewaan.

  " Gue kira lu bakal setia ma gue Hendry, tapi nyatanya lu selingkihin gue, hiks..hiks,"
Gumam gue diiringi tangisan. 

Gue benci sama lu Hendry

Gue kecewa sama lu

Bisa-bisanya lu jalan bareng ama cewek lain yang notabenenya masih pacar gue

Prang

Prang

ASTAGA. Sadar gue menepuk jidat gue sendiri. Bisa-bisanya gue hilang kendali kek gini. Hmm, semoga gue bisa move on dari lu Hendry, lirih gue.

Nadya END

     Hari Minggu pagi adalah hari yang cocok untuk jalan-jalan khusus untuk yang punya pasangan. Tapi tidak untuk Nadya, dia masih tertidur pulas dengan selimut yang melilit tubuhnya. Hingga sebuah suara nyaring membangunkannya.

  " Nadya, bangun ini udah siang loh," teriak mama dari lantai bawah.

  " Nadya. Kebo lu. Ini udah siang astaga," toa bang Adrian tepat di depan pintu Nadya.

  " Berisik," celetuk gue.

  " Yaudah kalau nggak mau bangun. Tadinya gue mau beliin es krim eh gajadi deh lu nya belum bangun. Mayan lah nggak jadi tekor duit gue," ucap bang Adrian.

  " Wait, iya ini Nadya bangun," teriak Nadya. Buru-buru lari ke kamar mandi.

    15 menit Nadya telah siap dengan pakaiannya. Ia melihat dirinya di pantulan cermin sebelum turun kebawah.

     Puas dengan penampilan yang menurutnya elegan, dia segera turun kebawah.

  " Pagi mah, lah, bang Ian," sapa gue.

  " Pagi juga princess," jawab mereka bertiga kompak.

  " Nad, papa mau ngomong sama kamu," ucap papah memecah keheningan.

  " Tinggal ngomong aja kali paham," jawab gue.

  " Papah mau mulai besok kamu tinggal di rumah tante Rere," sambung papah. Apa-apaan ini. Gue di usir gitu. Hayati sedih. Astaga alay banget dah.

  " Apa-apaan nih pah? Kok mendadak gini. Emang papah nggak suka kalau aku ada disini. Papah keberatan merasa di reporting sama aku," ucap gue.

  " Nggak gitu sayang. Papah kamu itu mau kamu nemenin Tante Rere sekalian kamu bantu-bantu di sana. Di sana juga ada anaknya Tante Rere jadi kamu nggak bakalan kesepian. Mau yah sayang," jawab mamah.

  " Yaudah iya. Aku mau. Apapun itu asal mamah sama papah seneng aku juga seneng," ucap gue tersenyum simpul.

  " Makasih sayang," jawab papah.

  " Kalau liburan nanti Abang akan jengukin kok itung-itung jalan-jalan hehe. Sekalian cari yang bening-bening," sambung bang Adrian dengan cengiran khasnya. Yang di jawab gelengan kepala oleh papah.

  " Pah, berarti aku harus sekolah di sana yah," ucap gue.

  " Ya harus dong, gitu aja nggak tau gimana kamu sih," jawab papah dengan cengengesan.

  " Pah, aku mau masuk SMK aja yah," sambung gue yang mendapatkan tatapan tajam dari bang Adrian.

  " Nggak bisa. Kamu ini udah di SMA masa iya mau pindah nya ke SMK. Bukannya papah ngelarang. Emang kamu bisa ngejar materinya sedangkan SMA sama SMK itu beda materinya sayang," ucap papah.

  " Iya bener apa kata papah dek," sambung bang Adrian.

  " Nadya bisa kok. Percaya sama Nadya. Nadya akan buktiin kalau Nadya bisa. Yah pah iya, yaa," mohon gue.

  " Iyaa boleh. Asal kamu nggak main-main sama sekolah kamu," putus papah.

  " Iyesss. Makasih papah," seneng gue.

     Selesai sarapan pagi gue dan bang Adrian rencananya akan pergi ke puncak bareng teman-teman bang Adrian. Tapi rencana itu gagal total karena situasi yang nggak ngedukung. Sedih sih sebenernya tapi gimana lagi.

  " Udah dek jangan sedih, kapan-kapan lagi aja yah," ucap bang Adrian ngehibur gue yang sedih.

  " Kapan-kapannya kapan bang? Besok gue harus pindah ke desa. Sekarang ini terakhir kumpul bareng sebelum gue berangkat ke desa," gumam gue menatap lurus.

  " Udah yah. Liburan kita akan ke desa buat ngundungin lu. Gue sama teman-teman gue. Lu jangan sedih kita muncak bareng di desa," sambung bang Adrian.

  " Beneran yah. Janji yah bang. Awas aja kalau nggak jadi, gue akan ngambek sama lu," ancam gue

  " Iyaa princess," ucap bang Adrian.

  " Ini jam berapa sih," celetuk Adrian.

  " Masih jam 19.00 bang. Kenapa emang?" tanya gue.

  " Masih sore. Ke taman yuk sekalian beli es krim yang tadi Abang janjiin," ajak bang Adrian. Seketika mata gue berbinar denger es krim.

  " Ayo bang," jawab gue. Tanpa sadar gue nyeret tangan bang Adrian kekencengan.

  " Aduh, sakit ini dek. Lu seneng sih seneng tapi Jan nyeret-nyeret juga kali. Dikira nggak sakit apa," dumel bang Adrian.

  " Hehe maaf bang. Gue terlalu semangat aja. Nggak lagi kok," jawab gue dengan mengangkat tangan kanan membentuk peace✌️.

Skip pagi

     Jam telah menunjukkan pukul 08.00. Nadya masih setia dengan kegiatannya yaitu tidur. Kebiasaan emang hadeh.

  " Nadya bangun. Kamu lupa kamu harus berangkat pagi sayang," toa mamah.

  " Toa banget sih mah, Nadya denger kali," teriak gue tanpa sengaja.

  " Kamu bilang apa Nadya? Mau uang jajan kamu mamah potong?" hadeh nih mamah gue ngancemnya gaada yang lain apa selain potong uang jajan kan jadi takut gue.

  " Iya mah iya ini Nadya bangun kok," ucap gue.
.

.

.

.

.

.
Gimana? Lebih panjang dari part sebelumnya kan?
Hehe meski nggak panjang bangeeet
Tapi aku udah kasih yang menurut aku itu panjang.
Jan bosen-bosen ikutin alur cerita aku yah. Dan makasih buat yang masih setia nungguin part part lanjutannya.

Voment😄

Follow ig ku

@laetn_ella

 

Nadya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang