Just Home not Soul

11.8K 850 116
                                    

Genre : Romance
Rate : M
Length : Oneshot
Author : aleojr_

.
.

Suara meneriaki satu sama lain memaksa Felix untuk bangun dari tidurnya. Ia sudah sadar, tapi yang ia lakukan hanya diam. Cairan bening jatuh dari celah matanya karna suara Ayah dan Ibu membuat hatinya sesak.

Felix mengambil handphone yang terletak disamping kepalanya. Mendial nomor yang sudah ia hafal diluar kepala kemudian menunggu beberapa detik sebelum seseorang disebrang sana menyahut 'hmm?'

"Bang Daniel, jemput aku sekarang."

"Ap-"

"Gaboleh protes. Sepuluh menit lagi Abang harus ada dibawah." titah Felix lalu mematikan sambungan telepon mereka.

Felix menyibak selimut dan bangkit. Mengganti piama bermotif saturnusnya dengan kemeja flanel coklat dan jeans biru. Ia mengambil dompet dan handphone. Memakai Jacket hitamnya sembari berjalan keluar kamar.

Membuka pintu utama dengan pelan agar tidak diketahui orangtuanya. Felix berlari kecil menuju pagar rumah. Ketika menutup pagar dan berbalik, ia menemui wajah mengantuk Daniel diatas ninja hitamnya.

"Lo udah gila, ya? Ini jam dua pagi bangsat. Gue baru tidur terus lo bangunin." umpat pemuda yang lebih tua.

"Bacot banget heran." ucap Felix seadanya kemudian menaiki ninja hitam Daniel, memeluk pemuda itu erat dan berbisik, "Bang, gue butuh lo sekarang."

Daniel menyeringai, paham maksud kalimat Felix. Pemuda itu melajukan ninja hitamnya menuju apartmentnya. Ini malam yang panjang untuk mereka berdua.

.
.

Sinar matahari membuat salah satu dari dua pemuda yang masih berpelukan diatas ranjang terbangun. Felix -pemuda yang bangun lebih dulu- melenguh, badannya pegal karna aktivitas mereka semalam. Ditambah dipeluk Daniel dengan erat membuat ia tidak leluasa bergerak saat tidur.

"Abang bangun." Felix menepuk pipi Daniel, mendengus saat pemuda yang lebih tua tidak merasa terganggu. "Abang kalo sampe hitungan ketiga ga bangun. Gue gamau nginep lagi disini. Satu, dua, ti-"

Sebelum Felix menyelesaikan hitungannya, Daniel membungkam bibir Felix dengan bibirnya. Mengecup bibir yang lebih muda berkali-kali, kemudian mencium bibir Felix dengan rakus. Berniat ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih jauh sebelum ciuman mereka terputus karna Felix menampar pipi Daniel.

"ABANG GUE LAPER. KASIH MAKAN DULU BISA, KAN?" teriak Felix. Pemuda itu lapar, dari semalam ia belum makan karna sibuk dengan Daniel dan sekarang sudah pukul dua belas siang.

Daniel bangkit sambil memegang pipinya yang merah, "Bangun cepetan. Ayo makan diluar."

Felix menganga, menyaksikan Daniel yang sedang memakai bokser hitamnya. "Lo gamau gendong gue ke kamar mandi? Badan gue pegel lo gempur semaleman."

Daniel menoleh, menatap tubuh polos Felix yang ditutupi selimut, "Yang tadi malem bilang 'more more more' terus siapa coba?"

Felix memerah, melilitkan selimut putih keseluruh badan. Dengan susah payah ia bangkit dan masuk ke kamar mandi. Kalau sudah nafsu mana ingat harga diri, sih?

.
.

Felix menguap lebar, menatap jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 15:42. "Lama banget, bangsat. Gatau apa gue ngantuk." umpat Felix pelan.

Sudah empat puluh dua menit Felix sendirian dihalte depan sekolahnya. Menunggu orang yang ingin menjemputnya tapi seperti tidak niat.

"Nunggu siapa, Lix?"

LA VIE EN ROSE • HAREM!FELIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang