Cabin 13 [1.0]

13.3K 965 304
                                    

Genre: Fantasy (Percy Jackson AU), Romance
Rate: T+
Length: Twoshot
Author: CathRsa

Genre: Fantasy (Percy Jackson AU), RomanceRate: T+Length: TwoshotAuthor: CathRsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu hujan deras mengguyur bumi.

Zeus sang raja langit memang sedang emosi. Ia ditolak lagi oleh seorang manusia fana. Seorang penganut agama yang taat, yang tak lagi mempercayai keberadaan dewa-dewi yang dianggapnya sebatas mitos Yunani.

Dan Eros, sang dewa cinta yang menyebabkan itu semua, sedang bersantai di puncak menara tingginya yang mampu melihat keseluruhan dunia. Psyche, sang istri, setia ada di sisi suaminya yang tengah memantau keadaan dunia.

"Ok, itu ironis." Eros berucap singkat, tertawa sarkas seraya menunjukkan salah satu hal yang terjadi di bagian bumi utara.

"Apanya?" Psyche bertanya heran.

Dengan kekuatan dewanya, Eros menunjukkan pemandangan seorang anak manusia yang duduk memeluk lutut di salah satu emperan toko, menghindari hujan yang makin mengganas. "Anak lelaki itu adalah putra Apollo, sang dewa matahari. Namun sekarang dia kehujanan dan kedinginan."

Psyche yang baik hati tentu saja merasa kasihan. "Tak bisakah kau melakukan sesuatu, suamiku?"

"Cinta bisa membuat manusia melakukan apapun, sayangku." Eros berucap santai, mengambil busur dan sepasang anak panahnya lalu membidik anak lelaki itu. "Ah, ini menarik. Ada putra Hades di dekat situ." Anak panah satu lagi dia gunakan untuk membidik seorang anak lain yang tengah berjalan santai, mengabaikan hujan dan angin dingin yang berkali-kali menghantam tubuhnya.

Tepat setelah sang dewa melepaskan panahnya, si anak lelaki yang berjalan di tengah hujan langsung berbalik arah, berlari mendekati anak lelaki yang berteduh. Mengukir senyum dan mengulurkan pertolongan.

.

[13]

.

"Halo, namaku Minho, siapa namamu?"

Anak lelaki pirang yang tengah berteduh itu mengangkat kepala, bibirnya bergemeretuk kedinginan saat ia menyebutnya namanya dengan lirih. "...Felix."

"Kenapa kau disini? Tidak pulang ke rumah?"

"Aku tidak punya rumah." Dia nampak ragu-ragu melanjutkan. "Papa meninggalkanku dan mama saat kecil. Mama—meninggal minggu lalu. Ada sesuatu yang menyerang rumah kami. Polisi tidak percaya." Felix menundukkan kepala, kini seluruh tubuhnya mulai gemetar.

Instingtif, Minho ikut berjongkok di sebelahnya, kemudian memeluknya erat. "Tahu tidak? Kisah kita sama."

Felix mengangkat kepala untuk menatap Minho. "Benarkah?"

LA VIE EN ROSE • HAREM!FELIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang