BAB 4

343 51 0
                                    

Paginya, aku terbangun karna Rasverina mengguncangkan tubuhku, dia bilang dia dan para saudara nya menunggu ku di ruang makan. Aku bangun dan segara bersiap, aku hanya menggunakan gaun biru gelap dengan punggung yang sedikit terbuka panjangnya hingga menyentuh tanah.

Aku berjalan menuju ruang makan dimana semua orang menungguku. Sesekali aku tersenyum kepada pelayan atau kepada para pengawal. Sesampainya aku di ruang makan, banyak para pangeran yang sedang bercanda atau mengobrol, Christian duduk di paling ujung sambil mengangkat gelas emas berkaki.

Aku duduk di sebelah Simon yang sedang memakan daging. Aku meminum segelas susu sapi karna sudah kebiasaan ku. Kemudian aku memakan buah apel kesuakaan ku.

"Kau tidak makan yang lain?" tanya Rasverina kepadaku.

Aku menggeleng kecil, semenjak aku bertarung melawan Troll gunung itu, nafsu makan ku hilang seketika.

"Tidak." kataku karna Austin memberiku sepotong daging panggang.

"Sepoting roti saja." Austin membujuk.

Aku tetap menggeleng. Austin terlihat pasrah dan mengangguk singkat. Aku tersenyum melihat nya seperti anak kecil yang tengah merajuk. Aku mengambil buah apel dan memakan nya.

"Sierra, apa kau pernah melakukan ujian?" tanya Jansen, sepertinya sudah tidak marah lagi dengan ku. Ya, karna musim panas lalu dia marah karna Rasverina hilang di hutan sihir, dia menyalahkan ku habis-habisan.

"Pernah, memang ujian apa?" tanyaku.

"Ya, Christian meminta ku untuk sekolah kerajaan lagi dan aku harus melakukan bebera ujian." jelasnya.

"Sekolah kerajaan?"

"Sekolah untuk para pangeran dan tuan putri, mereka di latih untuk pandai bersenjata. Padahal aku sudah sangat pandai."

Christian terkekeh.
"Hei, kau membidik panah saja meleset." ejeknya.

"Iya, dasar payah!" Rasverina menjulurkan lidahnya ke Jansen. Jansen tampak kesal, ia melepar roti ke arah Rasverina dan Gotcha! Tepat sasaran.

"Dasar jelek! Dasar payah! Akan aku kirimkan mimpi buruk saat kau tidur agar kau tidak dapat tidur semalaman!" kesal Rasverina.

Tak di ragukan lagi, semua orang di meja makan tampak terkekeh geli. Jansen lari begitu pun dengan Rasverina dan akhirnya mereka bermain kejar-kejaran.

Rasverina berteriak.
"Kemari kau otak sapi!"

Aku terkekeh geli.

= A PRINCESS =

Siang harinya aku hanya di taman, walaupun sekarang musim dingin tapi di taman sangat indah. Aku menatap sekeliling, begitu beku dan dingin. Aneh rasanya salju di bulan juli. Aku menyentuh salju, jari-jariku serasa membeku.

"Seharusnya kau di istana, menghangatkan diri sambil makan yang banyak." kata seseorang.

Aku menoleh dan melihat Jason yang sedang metapatkan jubah nya ke tubuhnya, aku rasa ia kedinginan. Aneh, bukan kah dia putra sang dewi salju lantas kenapa ia kedinginan? Masih misteri bagi ku.

Ia duduk di sebelahku dan ia menatap lurus ke depan seolah ada yang menarik perhatian nya.

Aku berdehem.
"Aku minta maaf atas kejadian kemarin." kataku.

"Kejadian yang mana?" tanyanya.

"Saat aku nyaris saja membunuh mu. Siang itu di lapangan."

"Ah." dia mengangguk lantas tersenyum, "tidak masalah, aku justru mengangumi keahlian pedangmu yang luar biasa."

Mau tak mau aku tersenyum mendengarnya. Dia juga pemain pedang yang handal, aku menyukai gerakan nya saat menangkis pedangku. Saat aku sibuk dengan lamunan ku, aku mendengar suara lolongan serigala.

Aku membeku saat aku mendengarnya dan aku rasa Jason juga mendengar, pasalnya ia menggenggam pedang di sisi tubuhnya.

"Apa kau dengar itu?" tanya Jason.

Aku mengangguk singkat, dari semak belukar keluarlah sosok makhluk bertubuh tinggi. Tubuhnya di penuhi bulu dan wajahnya adalag serigala. Aku menatapnya sebelum menyerang, dia adalah manusia serigala.

Jason lebih cepat, ia berlari sambil membawa pedangnya. Cowok itu menyabet dada sang manusia serigala, sang manusia serigala menyerang Jason secara brutal dengan cakarnya. Aku menggenggam koin emas ku dan melemparnya ke atas lalu berubah menjadi tombak sepanjang dua meter.

Aku berlari dan menyerangnya, kini aku merasakan kaki ku seperti agar-agar. Astaga, makhluk ini sangat mengerikan jika dilihat dari jarak dekat. Ia mencakar tangan kanan ku membuatku mengerang kesakitan. Darah mengalir deras dari tanganku, aku mencoba menyenyahkan rasa sakit itu.

Aku menyerangnya dengan brutal juga hingga Jason berseru, "hei, bagi-bagi dong! Nggak adil!"

"Lebih baik kau cari kelemahan nya! Biar aku yang menangani nya!" balasku sambil berseru.

Aku terus menyerangnya, saat ia mengarahkan cakarnya aku menunduk, seakan waktu melambat, aku menepuk gelang perak ku dan berubah menjadi perisai. Aku menebas perut manusia serigala itu dengan perisaiku hingga ia terpental.

Nyeri di tangan ku tak mau hilang. Aku mengenyahkan rasa sakit itu, aku berdiri sambil menatap sang manusia serigala itu. Dia juga menatapku, lalu perlahan wujudnya berubah, wajah serigala itu perlahan menjadi wajah manusia---seorang cowok dengan rambut pirang pasir--- tubuhnya juga berubah menjadi tubuh manusia dengan jubah yang melekat di tubuhnya.

Aku menatapnya sambil melongo, belum sempat aku tersadar Jason datang dan berteriak, "Sierra, aku tidak tau kelemahan nya. Apa yang---" ucapan nya terhenti, mungkin ia juga sama kagetnya dengan ku.

Cowok itu menatapku lalu berlutut hormat. "Tuan Putri, salam hormat." katanya.

Jason berkata.
"Siapa kau?"

Dia masih menatapku lalu tersenyum kecil, "aku Justin, aku adalah pelindung Sierra Antonie." [ ]










🌊🌊🌊🔥

Tereliye~~

Votemment please?

See ya!

Salam.

A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang