BAB 14

234 38 0
                                    

Aku merasakan apa yang dirasakan oleh Rasverina. Aku merinding seolah ada sesuatu dibelakang kami, awan telah berubah menjadi mendung serta salju mulai turun dengan derasnya. Aku menatap sekeliling dengan was-was, aku mengelus gelang perak ku untui berjaga-jaga saja, siapa tahu ada yang datang.

Tanah bergetar seolah terjadi gempa bumi belum lagi mendengar suara auman yang memekakan telinga. Aku merinding, apa kami akan melawan monster lagi?

"Lari?" tanya Justin dengan pedang yang sudah berada di tangan nya.

Aku, Rasverina dan Jason mengangguk. Kami berlari meninggalkan Hana sendiri tap Jason tampak biasa saja. Kami terus berlari, aku terus mendengar auman yang haus akan darah dan aku tidak mau mati sebelum kristal itu kembali ke pemiliknya.

Kami sampai di pertigaan, aku diam begitu juga yang lain. Aku tidak tahu jalan menuju selatan dengan monster itu semakin dekat. Aku gemetar, keringat membasahi pelipis ku tanda bahwa aku ketakutan.

"Kita lewat sini." kata jason sambil menunjuk jalan di sebelah kanan nya.

"Tidak!" Rasverina membantah. "Kita kesini, aku rasa ini jalan menuju selatan." ujarnya seraya menunjuk sebelah kiri.

"Tidak, itu bukan jalan menuju selatan. Aku tahu arahnya jadi ikuti aku." balas Jason lalu dia lari ke jaln sebelah kanan. Aku ragu, apa aku harus ikut Jason? Aku merasa perasaan tidak enak saat aku berlari ke arah kanan.

Aku mencari-cari dimana Jason? Kenapa dia tidak ada? Suara aumam tidak terdengar lagi, Rasverina menggeram marah, aku rasa dia kesal karena tidak ada satu orang pun yang mendengarkan nya.

"Bagus!" katanya seraya mengepalkan tangan nya. "Kita tersesat. Dimana kita sekarang? Aku tidak melihat keberadaan si Jason sok tahu itu. Padahal di dalam ramalan aku yanh menunjukkan jalan nya."

"Bisakah kau tenang, Pemburu?" tanya Justin mengatur napasnya yang terengah.

Aku menatap sekeliling, dimana Jason berada? Dia yang menyuruh kami mengikutinya tapi dia sendiri tidak ada dimana pun. Aku melihat mata Rasverina terbelak kaget begitu juga Justin. Aku mengerutkan keningku, ada apa?

"Kenapa?" tanyaku. Lalu aku merasa diriku merinding, aku menoleh kebelakang dan aku ingin lari sejauh mungkin.

Tinggi tiga meter dengan kepala serigala yang mengerikan, tubuhnya adalah tubuh setengah naga dan setengah manusia. Tangan nya bercakar tajam dan meneteskan darah-darah yang membuat ku mual.

Aku melangkah mundur lalu berbisik dengan Rasverina. "Dia apa? Katakan padaku kalau dia baik dan tidak akan menyerang kita." ujarku.

Rasverina menggeram kesal lalu berkata, "dia ingin menyerang kita. Dia adalah Laknos, monster yang aku benci."

Aku memandang Laknos seraya mengelus gelang perak ku. Satu pertanyaan di benak ku, dimana Jason? Seharusnya dia disini membantuku dan yang lain. Sebelum aku menjawab, Laknos menyerang kami.

Aku menghindar dengan cepat, aku melempar koin emas ku dan kali ini berubah menjadi pedang ganda serta terdapat lambang api di gagang pedang ku.

Aku menghindar saat monster itu ingin mencakar ku. Aku tidak mau jika aku terluka karena cakaran monster atau hewan, aku benci pengobatan Christian yang menyakitkan. Laknos menggerung marah, Rasverina terus menghujamnya dengan anak panah perak dan Justin justru berubah menjadi serigala hitam yang tubuhnya sangat besar dari serigala pada umumnya. Mungkin tingginya dua meter.

Aku menyerang Laknos, siapa sangka jika monster seperti itu memiliki senjata dan senjata itu adalah kapak dengan lambang es. Tunggu, apa aku tadi mengatakan es? Aku tidak mau memikirkan nya lagi, aku berlari dan menyerangnya.

Pedangku bertemu dengan kapaknya. Baja bertemu baja bedengung dihutan salju ini, sejenak hening. Hingga aku menyingkirkan kapaknya dari pedangku. Aku menangkis setiap serangan nya, aku benar-benar takut dengan Laknos.

Entahlah, setiap aku melawan monster aku tidak pernah merasa setakut ini. Aku ingin berlari menghindari pertarungan ini dan bersembunyi di suatu tempat yang aman.

Aku menunduk saat kapak Laknos ingin memenggal kepala ku. Waktu seakan berpihak kepadaku, maka aku menepuk gelang perak ku hingga berubah menjadi perisai Azaxs ku lalu menebas perut Laknos hingga monster itu terlempar.

"Aku akan mengalihkan perhatian nya, kalian cari kelemahan monster itu." Justin berbicara kepadaku. Aku mengerutkan kening, apa serigala itu berbicara kepadaku.

Rasverina berdecak. "Kau pikir kami buku yang tahu segalanya,"

Justin menggeram mungkin dia terkekeh atau marah. Entahlah, aku tidak tahu bahasa serigala. Yang serigala tahu hanya menggeram dan menggeram. Terdengar suara raungan amarah dari Laknos membuat kami sontak menatap kearah belakang dimana Laknos terpempar.

"Cepatlah!" kemudian Justin berlari kearah Laknos yang meraung marah.

Aku menatap Rasverina yang sedang mengumpat dalam bahasa yang tidak aku mengerti. Apa yang harus kami lakukan? Kau tidak tahu-menahu tentang monster di sini lagupula aku tidak mau tahu.

"Tombak!" pekik Rasverina membuat ku nyaris saja menebas perutnya dengan perisaiku. Lalu Rasverina menatap ku, "tombak api! Di akan mati jika ditusuk dengan tombak api!" ujarnya seraya tersenyum penuh arti.

Aku menatapnya. "Lalu aku harus meminta bantuan kepada sang Dewi Vesta untuk membakar tombak ku? Tidak, terima kasih."

Terdengar suara seperti pohon tumbang membuatku kaget bukan main. Aku khawatir dengan Justin, apa dia baik-baik saja atau malah sebaliknya? Aku menggenggam erat pedang ku, aku benci jika harus berpikir saat teman ku tengah merenggang nyawa.

Aku melempar pedang ku hingga berubah menjadi koin. Suara raungan kembali terdengar dan aku melihat Justin menghampiri kami dengan luka-luka di wajahnya membuatku merasa iba kepadanya.

Justin cemberut. "Aku bertarung melawan Laknos laknat itu dan kalian sama sekali tidak berbuat apapun?" tanya nya membuat ku hanya nyengir kuda dan Rasverina bersiul seolah tidak mendengar ucapan Justin.

Aku melempar koin emas ku dan berubah menjadi tombak sepanjang dua meter. Aku menggenggam kalung berbandul api pemberian dari Dewi Vesta musim panas lalu dan aku memejamkan mata.

Untuk sekali saja, pikirku. Aku mohon, bantu aku, Dewi. Bantu aku untuk melawan monster itu. Aku rela jika nyawaku di pertaruhkan, asalkan kau menyelamatkan teman-teman ku.

Aku membuka mataku, aku melihat api membakar tombakku. Api sangat panas seolah ada campuran sihir didalam nya. Laknos kembali meraung murka dan menghampiri kami.

Aku berlari dan menerjangnya. [ ]









Haii! Apa kabar kalian? Semoga sehat yappsss 💜

Part nya gak terlalu panjang kok, mata gue sakit soalnya muehehehe

Jangan lupa vote sama komen nya, aing tunggu sampe Manchester United juara liga lagi 💃💃😘😚

See ya!

A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang