BAB 19

237 38 6
                                    

Aku menegang saat itu, kepala ku berputar sangat cepat. Langit seakan menimpaku.

Jason adalah pengkhianat Kerajaan Atlas. Benar apa yang dikatakan oleh Dewi Vesta musim panas lalu bahwa salah satu dari kita adalah pengkhianat. Jadi ini adalah jawaban yang aku cari sedari dulu, ini jawab atas semua kejanggalan ku.

"Selama ini kau pengkhianatnya?" tanyaku dan Jason mengangguk.

Aku merasa seisi planet jatuh kepadaku.

"Kau adalah orang yang pergi kehutan saat malam itu? Kau kah itu?" tanyaku lagi seolah aku masih tidak percaya. Pantas saja saat aku melihat cara berjalan nya malam itu aku mengenalinya tapi aku tidak mau berburuk sangka.

"Kau juga orang yang telah mengutus Laknos untuk menyerang kami? Dengan lambang es di kapak monster itu." ujar Rasverina yang merasa marah karena Kerajaan nya dikhianati.

Jason lagi-lagi mengangguk.

"Kau juga orang yang telah mengutus  orang berjubah hitam untuk menyerang kami dengan panah-panah itu saat sarapan." kata Justin dengan nada yang penuh selidik.

Jason bisu tapi cowok itu mengangguk kaku. Astaga! Aku ingin sekali menyerahkan nya kepada Laknos agar di cabik-cabik. Apa alasan Jason hingga dia mengkhianati Kerajaan Atlas, apa Kerajaan Atlas pernah berbuat salah kepadanya?

"Aku--aku minta maaf teman-teman." ujar Jason sambil menundukkan kepalanya.

"Minta maaf?!" bentak Rasverina. "Kami semua hampir mati karena mu! Dan mudahnya kau minta maaf? Dimana otakmu yang kecil, hah?!" Rasverina sangat marah, dadanya naik turun, matanya setajam anak panahnya.

Aku tidak marah melainkan kecewa, setelah apa yang kami lakukan bersama, setelah kita berpetualang untuk memulangkan kristal es kepada pemiliknya. Justru Jason mengkhianati kami, dan nyaris membuat kami mati.

"Aku tidak percaya." gumam Justin sambil geleng-geleng kepala.

Khione tertawa keras, "ya, dia pengkhiat yang kalian cari selama ini."

"Apa alasan mu? Apa alasan mu mengkhianati kami?" tanyaku berusaha untuk tenang, agar tidak terpancing emosi.

Lama Jason tidak menjawab, kemudian dia berkata. "Tidak ada alasan apapun."

Apa itu keinginannya? Apa itu niat nya sedari awal? Banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab, ingin rasanya aku menampar wajah Jason dan memaki-makinya.

"Sekarang," kata Khione. "Serahkan kristal itu kepadaku."

***

Aku membuka tasku dan menyerahkan kristal itu.

Aku menatap Jason dengan kecewa, walau dia teman ku tapi dia telah mengkhianati kami, kami semua. Disaat kita telah percaya kepada orang yang kita percayai, justru orang itu malah mengkhianati kita.

Kemudian, terjadi kejadian di luar nalar manudia fana.

Khione menyerangku dengan belati esnya, Reyna melempar perisainya ke Rasverina dan para pengawal menyerang Justin dengan pedang biru berpendar. Aku mengelak saat belati-belati es itu hampir menusukku, Rasverina menyeranh Reyna dengan brutal dan hanya Jason yang tidak melakukan apapun.

Aku melindungi diri dari belati es itu dengan perisaiku. Sesekali aku menyerangnya dengan belati ku (omong-omong aku tidak tahu itu belati siapa.)

"Kau ingat kata-kata ku?" tanya Khione yang telah berhenti menyerangku.

Aku menatapnya dengan geram, andai saja aku bisa menonjoknya hingga babak belur, aku akan sangat senang sekalu. Khione meletakan Kristal it di meja es yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, cahaya berwarna biru itu menerangi istana es ini, sangking terang nya hingga aku tidak bisa melihat apapun lagi.

Cahaya itu meredup dan kembali seperti semula. Kristal di meja itu bercahaya layaknya bintang. Tanda bahwa kristal itu telah kembali ke pemiliknya.

"Salah seorang dari kalian akan mati." ujar Khione sambil tersenyum tipis keji.

Matanya menatap kearahku. Tidak, aku tidak mau mati sekarang, aku tidak mau mati saat ini karena apartemen ku tidak ada yang membayarnya nanti jika aku mati.

Belati es bermain di tangannya, raut wajahnya terlampau tenang. "Kau yang akan mati." kata Khione sambil menodongkan belati es itu kepadaku.

Pada saat Khione ingin melempar belatinya ke arahku, Jason merebut perisai ku dan melindungi tubuhnya dan tubuhku. Aku menatapnya sambil bengong. Apa-apaan ini? Dia mengambil perisai ku tanpa se-izin ku terlebih dulu.

"Yang Mulia, saya mohon jangan ada pertumpahan darah lagi." ucap Jason dengan suara serak.

Khione mendesis. "Tidak usah ikut campur! Kau mau aku usir dari istana ku?"

Lama Jason tidak membalas ucapan Khione, kemudian Jason mengatakan hal yang membuat ku menatap anak itu sambil bengong. "Aku tidak peduli, Yang Mulia. Terserah jika Anda ingin mengusirku, tapi yang jelas jangan bunuh teman-teman ku."

Khione menggeram, mata kelam Khione berkilat-kilat lain. Maka pada saat itu, Khione berucap, "lawan aku, Bocah!"

Jason mengembalikan perisaiku sambil menatap mataku. Mata nya mengatakan hal lain tapi aki tidak tahu apa itu, raut wajahnya tenang seperti saat dia mengatakan janji, janji waktu itu.

"Maafkan aku." hanya itu kata Jason sebelum dia menyerang Khione, ibunya sendiri.

***

Aku menyaksikan bagaimana Jason dan Khione bertarung. Khione menyerang dengan kekuatan es nya dan Jason menghindar dengan menangkisnya dengan pedangnya. Khione menggeram, dia menyerang Jason dengan kekiatan es nya yang besar hingga Jason terpempar

Saat Jason menatapku, tatapan matanya hangat, sehangat barakuda. Tatapan matanya menatapku dengan penuh rasa bersalah, mulut Jason bergerak-gerak seolah tengah menagatakan sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang di katakan nya.

Khione kembali menyerang, keadaan Jason tidak memungkinkan melawan Khione yang secara dia adalah seorang dewi. Jason babak belur, tangan nya berdarah karena belati es mengenai tangan nya, kakinya seolah tidak lagi mampu menopang tubuhnya tapi dia tetap menyerang Khione.

Selama seperkian detik, Jason berteriak. "PERGI! SANA! Ingat!"

Aku membeku mendengar kata-katanga. Ingat, ingat akan janji yang dia tagih kepadaku saat itu serasa telah jutaan tahun, dihutan bersama Hana sang kuda kesayangan nya. Aku menatapnya sambil bengong, aku berniat membantu dengan cara melempar perisai ku kearah Khione tapi Khione melihay perisaiku dan menangkisnya dengan kekuatan es nya.

Alhasil membuat perisaiku terlempar keluar dan hilang, untuk sekali-kalinya aku benci Khione. Sungguh!

Aku menyaksiksan saat Khione bersalto dengan anggun dan menusuk Jason dengan belati es nya. Mata Jason terbelak kaget, tubuh nya kaku, dia terjatuh sambil menggumamkan kata-kaya yang tidak aku pahami.

Aku memejamkan mataku. Aku mohon, jangan bawa dia pergi. Aku berdoa kepada siapapun yang mendengarkan. Aku mohon jangan bawa dia pergi, jangan ambil dia.

"Aku sudah mengatakan nya jika salah satu dari kalian akan mati!" Khione menusuk punggung Jason dengan pedang milik Jason menandaskan harapan kalau-kalau dia masih hidup.

Aku menjerit saat itu, dan Khione tertawa bersamaan dengan itu dia menghilang dengan angin yang membawanya pergi. [ ]








Hai rakyat Atlas! Apa kabar? Sehat terus ya!!

Oke sebentar lagi bakalan tamat cerita ini dan gue mau ucapin makasih sama kalian yang udah baca cerita gue👋👏👐

Jangan lupa vote dan komen yaaa. Gue tunggu

See ya!

A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang