BAB 17

233 37 2
                                    

Benar, mereka kembar.

Aku menatap kagum Sia dan Shielda. Yang membedakan kedua gadis itu adalah mata mereka. Jika Sia memiliki mata setajam elang maka Shielda memiliki mata seperti kenari. Mereka menggunakan gaun satin sutra berwarna putih gading dilapisi dengan baju zirah perak, yang membuatku kagum adalah mereka memiliki lambang bulan sabit di pelipis mereka, membuktikan jika mereka memang benar-benar pemburu Diana. Wajah mereka terlampau cantik dan angkuh hingga ku beranggapan jika mereka bukan manusia.

Aku berdiri di bantu oleh Jason dan Justin, mereka tampaknya juga kagum dengan si kembar. Aku melihat Rasverina tersenyum senang.

"Siapa mereka?" tanyaku bingung, pasalnya sedari tadu suasana begity hening semenjak Sia dan Shielda datang.

"Mereka si kembar, Sierra. Mereka mendapat restu dari semua Dewa dan Dewi, mereka tidak mudah di kalahkan, mereka terlampau perkasa. Semua orang menyebutnya Pelindung Abadi, dan si kembar tidak mudah mati begitu saja." jelas Jason gamblang sambil tersenyum seolah dia pernah bertemu  Sia dan Shielda.

"Dan, mereka cantik." tambah Justin dan aku terkekeh samar.

Sia melangkah maju, gaun nya berdenyar karena tertiuo angin, wajahnya yang angkuh membuat ku sedikit bergidik dan belum lagi mata setajam elang itu bisa saja menusuk netra ku.

"Hai, Reyna. Aku harap kau baik setelah kau keluar dari perburuan." kata Sia, suaranya begitu lembut tapi tegas.

Reyna terkekeh walau aku tahu dia ketakutan, Reyna gemetar. "Aku baik, lama tidak bertemu. Mau mati di tanganku?" tanya Reyna tapi suaranya bergetar ketakutan.

Sia terkekeh sinis. "Kau tahu, aku tidak mudah mati. Kau yang akan mati." katanya.

Reyna menggeram, aku menatap Reyna dengan tatapan yang menurutku tidak seharusnya aku menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Taoi mau bagaimana lagi? Aku terlanjur kesal dengan nya.

"Sampai jumpa, Sia. Aku harap kita akan bertemu lagi." ujar Reyna maka secepat klat Reyna menusuk bahuku hingga ku menjerit. Reyna menghilang bersamaan angin yang berhembus.

Aku memgerang-ngerang saat aku melihat darah yang keluar cukup banyak. Sakitnya tak tertahankan, aku terjatuh sambil memegang bahuku yang berdarah, pandangan ku menjadi kuning dan samar-samar aku melihat Rasverina, Sia dan Shielda menghampiriku.

Aku merasa kepalaku ada yang mengganjal, aku mendongak menatap Jason yang meletakan pelaku di pangkuan nya. Perlakukan yang cukup manis.

"Sial! Aku akan memanah nya jika aku bertemua dengan nya." geram Shielda yang berada di sebelah kanan ku.

"Obati dia! Cari apapun untuk mengobatinya!" perintah Sia dengan nada tegas tapi tatapan nya lembut saat dia menatapku.

Aku mengerang, antara sakit dan nyeri bukan main. Oh, jika aku bertemu dengan Reyna, aku pastikan dia akan berada di Dunia Bawah dan di hukum!

"Aku menemukan tumbuhan yang bisa mengibati luka Sierra!" seru Justin sambil membawa tumbuhan yang tidak aku ketahui.

Sia dan Shielda kompak mengangguk. "Itu bisa, aku akan membantu dengan memberi sedikit sihir." kata Sia.

Tunggu, apa tadi Sia mengatakan sihir? Demia buah apel yang sering aku makan! Aku tidak mau jika pengobatan ku memakai sihir, cukup aku merasakan sakitnya sihir Christian dan aku tidak mau merasakan sihir apapun lagu untuk luka ku.

Shielda menghancurkan tumbuhan itu hingga menjadi seperti bubur dan menempelkannya di bahuku, rasanya sangat nyeri bukan main. Aku menjerit, kenapa pengobatan di Kerajaan Atlas sangat menyakitkan?

"Siap?" tanya Sia kepada kembaran nya. Shielda mengangguk. Si kembat menggerakan tangannya, pendar cahaya berwarna hijau mengelilingi tangan mereka.

Bersamaan dengan itu, sihir mereka mengenai bahuku. Aku menjerit kencang, antara panas, sakit, nyeri, ngilu. Kalian bisa membayangkannya seperti apa.

Sakit tidak lagi melanda ku, pandangan ku menjadi jernih, napas ku teratur. Aku menatap Sia dan Shielda yang tersenyum kepadaku, Sia menepuk bahuku lalu berkata. "Kau sudah sembuh, Sierra."

Aku mencoba bangun dan melihat bahuku yang tidak lagi mengeluarkan darah, dna tidak ada bekas luka sama sekali. Aku tersenyun terimakasih kepada si kembar, mereka menolongku.

"Terimakasih." ucapku seraya tersenyum.

Sia dan Shielda mengangguk singkat tapi tegas. Kemudian Shielda menatap Rasverina dengan mata yang berwarna biru langit. "Dewi Diana mengirimku kemari kerana beliau tahu jika ada sesuatu yang buruk akan terjadi." ujarnya.

Rasverina tersenyum enggan, aku rasa dia canggung karena bertemu dengan si kembar yang luar biasa. Aku sebenarnya juga canggung karena aku bisa melihat abdi Diana yang luar biasa kuat dan tidak terkalahkan.

Sia dan Shielda berdiri lalu berkata dengan kompak. "Hati-hati." hanya itu lalu mereka pergi begitu saja meninggalkan ku yang masih terkagum-kagum dengan mereka. [ ]








***

[ A/N] : maaf kalo part ini pendek,  hehehehe

Jangan lupa vote sama komen, itu gue butuhin sekarang muehehehe

Oke, see u next chap!

A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang