BAB 8

290 40 0
                                    

Hari ini aku, Justin, Jason, dan Rasverina bersiap untuk menjalankan misi. Kami berangkat pagi buta saat itu, kami menunggangi kuda(bukan pegasus)

Saat di tengah jalan, lebih tepatnya di hutan. Kami berhenti untuk beristirahat di tengah hutan, walaupun sekarang siang hari tapi tetap saja udaranya sangat dingin dan Jason menyalakan api unggun.

"Menurut ramalan, kita akan menuju ke selatan kan?" tanya Justin yang duduk di sebelahku.

"Ya, tempat sang dewi salju." jawab Jason, ada nada getir di dalam suaranya. Dia menghela nafas dan duduk di sebelah Rasverina yang sedang menatap busur peraknya.

Aku menatap reritihan api unggun yang menyala dengan terangnya. Walaupun ini siang hari, tapi terasa seperti malam hari. Hutan ini begitu lebat, pohon-pohon menjulang tinggi hingga aku membayangkan jika pohon itu menyentuh langit. Aku menatap koin emas ku sambil menghela nafas, apa senjata ini akan ku gunakan membunuh lagi?

Aku tersentak saat Justin menepuk bahu ku. Aku menatapnya kesal, "aku akan melemparmu dari tebing jika kau mengejutkan ku lagi." kataku kesal.

Ia terkekeh dan duduk di sebelahku. Ia menatapku sambil tersenyum, "aku dengar kau adalah petarung pedang dan tombak yang baik. Apa benar?" tanyanya.

Aku hanya tersenyum kecil saja, ia mengulurkan tangan nya dan muncul lah bilah pedang berwarna merah darah dengan gagang emas. Dan itu membuatku merinding. Rasverina mengambil anak panah perak nya dan menodongkan nya ke leher Justin.

"Kau tidak berniat untuk menyerang kami kan?" tanya Rasverina yang tampak was-was.

Justin mengangkat bahu.
"Tidak, aku adalah pelindung Sierra."

Pembicaraan itu terhenti kala kami mendengar suara dari hutan. Kami sontak saja berdiri, aku melempar koin emasku dan berubah menjadi tombak emas, Rasverina menyiapkan anak panah dan busurnya, Jason malah mengambil batu dari tanah dan Justin menodongkan pedang nya ke depan.

Kami begitu waspada, suara itu terhenti dan keluarlah seekor kelinci berwarna putih bersih yang sedang menggigiti wortel. Aku mendesah lega begitupun dengan yang lain nya.

Aku merapatkan jubahku ke tubuhku, rasa dingin semakin menjadi. Dan aku khawatir Kerajaan Atlas akan tertutupi salju.

"Lebih baik lanjutkan perjalanan kita," kata Jason.

Kami mengagguk, aku menghampiri kuda ku yang berwarna putih dan menaiki punggungnya. Jason dan Justin telah memacu kudanya dengan cepat, aku dan Rasverina juga melakukan hal yang sama. Menunggangi kuda lebih baik daripada menunggangi seekor pegasus karna aku takut ketinggian.

Selama kuda kami berlari, aku memikirkan apa yang terjadi dengan Jason. Belakangan ini, dia terlihat murung dan sendu bahkan aku sempat melihat ia mendesah frustasi. Aku bahkan sempat curiga kalau dia adalah si pengkhianat itu, tapi aku berusaha mengenyahkan pikiran konyol itu.

Rasverina berhenti begitu juga dengan ku. Tatapan nya tampak waswaa saat menatap sekitar hutan ini, aku menajamkan telinga ku dan aku mendengar suara seperti suara orang kesakitan.

"Kau dengar itu?" tanya nya.

Aku mengangguk singkat. Aku dan Si cewek pemburu turun dari kuda dan mengikuti suara kesakitan itu. Rasverina berjalan dengan sangat pelan, aku dan dia sama-sama menyiapkan sanjata, Rasverina menyiapkan busur dan panah perak nya dan aku melempar koinku menjadi tombak emas.

Suara kesakitan itu semakin terdengar saat kami melangkah maju. Rasverina berjalan maju lebih cepat dan melihat siapa yang sedang kesakitan dan ia membeku. Aku mengikuti arah matanya dan aku justru mengerutkan kening ku.

Terdapat seorang gadis dengan rambut merah, umurnya sekitar empat belas tahun tapi matanya terlihat tua. Dia mengenakan jubah musim dingin dan menyandang busur dan anak panah perak yang sama dengan Rasverina. Kaki gadis itu terjepit pohon ek yang cukup besar.

"Kalian kemana saja?" tanya seseorang di belakang ku, aku menoleh dan melihat Jason dan Austin.

Aku meletakan telunjukku di bibirku dan menyuruh mereka mendekat. Rasverina berlari untuk mendekati gadis itu tapi sang gadis berteriak.

"Jangan mendekat!" katanya.

Air mata menetes di pipi Rasverina, dia berlutut hormat, begitu juga Jason dan Justin. Gadis itu menatap ku seakan dia ingin berkata kenapa kau tidak berlutut kepadaku? Daripada aku terus di tatap seperti itu, aku lebih naik berlutut.

"Berdiri lah." kata gadis itu, suara nya terdengar tenang.

Kami berdiri dan larilah Rasverina ke gadis berambut merah itu. "Kenapa Anda bisa seperti ini?" tanya Rasverina.

Sang gadis itu tersenyum tenang.
"Aku baik-baik saja."

"Dimana yang lain?" Rasverina berusaha menahan isak tangis nya.

Gadis itu masih tersenyum, walau keringat bercucuran di dahi nya.
"Sedang mencari bantuan."

Aku meringis kala melihat kakinya terjepit seperti itu. Sepertinya sangat sakit (jujur, aku belum pernah merasakan nya)

"Kenapa tidak menggunakan kekuatan Anda? Anda kan dewi." kata Rasverina.

Aku melongo di tempatku. Aku rasa pendengaran ku salah, Rasverina baru saja mengatakan kalau gadis itu adalah...dewi?

"Dewi?" spontan aku mengatakan itu.

Gadis beramburt merah itu menatapku sambil tersenyum hangat. Aku menatapnya, bola mata gadis itu sama dengan Rasverina tapi yang ini lebih terang dan dingin.

"Ya, Sierra. Dia adalah dewi." ujar Jason yang berada di sebelahku.

Gadis itu masih menatapku lalu berkata.
"Aku Diana, Dewi Perburuan." [ ]







🍃🍃🍃

Votemment please?

See ya!

Salam.

A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang