Aku terbangun saat Jason mengguncang tubuhku dengan pelan.
Aku membuka mata dan yang pertama aku lihat adalah buah-buahan yang banyak, hari sudah berganti menjadi pagi membuat udara disekitar bertambah sejuk. Aku menatap Jason tak percaya, bagaimana bisa dia menemukan buah-buahan sebanyak ini?
Aku melihat Rasverina yang tengah memakan buah anggur sambil tersenyum kearah ku. Padahal semalam dia tidak baik-baik saja, aku baru ingat kalau dia hidup abadi.
"Pagi!" sapa Rasverina tenang dan sedikit riang. Aku tersenyum dan mengambil buah apel kesukaan ku dan memakan nya. Walau hanya buah, tapi setidaknya itu cukup untuk kami daripada kami tidak makan sama sekali.
"Darimana kau mendapat buah sebanyak ini?" tanya Justin seraya memakan buah yang tidak aku kenali.
Jason duduk ditanah yang berlapis salju lalu mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Ya, beberapa aku dapatkan berkat sihir." jawabnya seraya terkekeh lalu mengambil buah yang sama dengan ku.
Aku yakin, sekarang Kerajaan Atlas sudah tertutupi salju dengan sempurna. Aku khawatir dengan keadaan isatana dan rakyat Atlas. Bagaimana mereka hidup dalam keadaan dingin seperti ini, aku membuka tas ku untuk memastikam kalau kristal es itu masih bersama ku.
Dan aku mendesah lega, kristal itu masih berada ditas ku dengan aman. Aku kembali memakan apel, udara semakin dingin di hutan ini. Apa sang dewi salju marah? Apa beliau marah karena kristal es itu hilang? Masih banyak pertanyaan di kepalaku yang tidak bisa aku jawab.
Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke seletan. Sesekali kami bertemu dengan peri pohon yang cukup ramah dan menunjukan jalan ke selatan. Selama di dalam perjalanan, aku menatap Jason yang tampak gelisah, bahkan cowok itu meremas tangan nya.
Aku berusaha menghiburnya dengan apapun tapi tampaknya semua itu sia-sia saja karna dia tidak merespon semua ucapanku. Rasverina dan Justin berjalan di depan ku dan Jason, sepertinya mereka membicarakan hal serius. Sesekali Rasverina melirik Jason atau aku seakan aku adalah penjahat.
Kami tiba disebuah lapangan, lapangan kali ini berbeda. Lapangan ini dipenuhi salju tapi tempatnya sangat menarik. Terdapat es berbentuk angsa di sebelah kanan ku, disebelah kiriku terdapat seperti taman bermain anak-anak tapi semua itu terbuat dari es yang membeku.
Tempat ini seolah di sihir sedemikian sempurna sampai-sampai aku terpengarah karena tempat itu benar-benar indah. Aku tidak bisa mendeskripsikan apa yang aku lihat.
"Indah sekali." kataku dengan kagum.
"Ya, sangat indah." Rasverina berkata demikian sambil menatap sekelilingnya dengan kagum dan aku yakin dia menginginkan tempat ini.
Aku melangkah maju sambil tersenyum. Aku menyentuh pernak-pernik es yang di gantungkan di sebuah pohon besar, aku ingin memiliki pernak-pernik itu. Seekor burung hantu berwarna putih bertengger di bahuku sambil menatap ku dengan mata seterang bulan itu.
"Sierra! Menjauh darisana!" teriak Jason, suara cowok itu penuh kepanikkan dan ketakutan.
Sebelum aku menyadari apa yang terjadi, aku terjatuh kedalam sebuah lubang. Aku menjerit sebisaku, banyak es-es tajam disebelah kanan dan kiriku dan aku yakin aku terluka karna aku merasakan kalau tangan ku perih bukan main.
Aku mendarat di tempat yang tidak aku kenali. Tempat itu kosong tapi terbuat dari es, aku menatap sekeliling dengan bingung. Bagaimana bisa aku sampai disini? Aku menatap keatas, tepat aku terjatuh tadi. Berharap Justin atau Jason menyelamtkan ku.
Aku berdiri dan tergelincir karna es itu licin dan terlebih lagi aku tidak bisa bermain seluncur es. Aku berhasil berdiri, kabut di sekitar ku tebal hingga aku takut jika aku akan sesak napas. Ternyata kabut itu membentuk sebuah lingkaran dan terdapat gambar di dalam kabut itu.
Gambar itu menunjukan keadaan Kerajaan Atlas. Kerajaan telah menjadi beku, banyak warga yang meninggal karna kekurangan makanan dan kedinginan. Kabu itu berdenyar dan kembali membentuk lingkaran, kali ini gambar di kabut itu menunjukan Rasverina, Jason dan Justin melawan sepasukan orang-orangan salju.
Orang salju itu terlihat ganas, tempat yang tadinya menarik menjadi tempat pertempuran yang tak terelakan. Aku menggeram, aku tidak mau teman-teman ku terluka. Aku rela melakukan apapun asalkan mereka hidup.
Kabut itu berdenyar dan lenyap.
"Keluarkan aku darisini!" teriak ku, kepada siapapun karna aku tidak mau terkurung ditempat seperti ini.
"Pecundang! Lawan aku jika kalian berani!" aku merasa seperti orang gila, berteriak di tempat yang jelas tidak ada orang.
Kemudian, aku merasakan punggung ku merinding, aku menoleh kebelakang dan melihat sosok wanita. Wanita itu teramat cantik dengan rambut hitam panjang, tiara perak bertengger di kepapanya, gaun putih sutranya menjuntai ke tanah. Wanita itu tidak menggunakan jubah seolah musim dingin ini tidak ada artinya, matanya setajam mata tombak ku.
Di tersenyum dingin. "Hai," sapanya.
Aku mengerutkan kening ku, "siapa kau? Kenapa kau bisa berada disini?" tanyaku seraya menatapnya.
Saat itu, aku ingin berlari menjauh dari wanita itu saat wanita itu menyebutkan namannya.
"Aku khione, Dewi Salju. Putri Boreas." [ ]
Ahii, eh kebalik heheh. Haiii apa kabar kalian? Semoga sehat ya ;*
Jangan lupa vote sama komen nya yapss karna itu bikin gue mood untuk nulis ini heheh, kali aja dapat jodoh
Oke. See u!
Instragram; rayindasalma
KAMU SEDANG MEMBACA
A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔
Fantasy(COMPLETED) [Series#2] Liburan musim dingin ini, Sierra harus menyelamatkan Kerajaan Atlas (lagi) dan kali ini ia akan melawan sang Dewi Salju, Khione. Sierra telah mengupayakan semuanya, semua kekuatan dan keahlian yang dia miliki tapi ia tidak dap...