Saat aku mendengar namanya, aku hanya diam tersenyum canggung. Aku sebenarnya tidak terlalu kaget dengan perkataan nya, bukan kah seorang dewa atau dewi bisa berubah semau mereka? (Austin yang memberi tahu ku, jangan bertanya lagi.)
Lalu datanglah sekelompok gadis sekitar selusin gadis yang membawa anak panah dan busur perak. Mereka semua berlutut kepada sang dewi lalu bersama-sama mereka mengangkat pohon ek itu. Suara erangan pun terdengar, aku meringis melihat itu. Dan mereka pun berhasil mengkat pohon itu.
Diana tersenyum dan berdiri seperti semula, seolah kaki nya baik-baik saja. Para pemburu Diana bersorak karna sang dewi telah sehat. Aku menatap nya dengan kagum, ia menyandang busur perak, wajahnya begitu tenang dan anggun.
"Kenapa Anda bisa ada disini?" tanya Rasverina.
Diana hanya tersenyum dan menatap para pemburunya. Sang dewi menatapku tanpa ekspresi kemudian ia tersenyum. "Aku hanya mencium bau jejak monster." katanya.
Aku menatap hutan ini, sebenarnya aku hanya menghindari kontak mata dengan Diana. Aku hanya tidak nyaman jika di tatap seperti itu seolah-olah aku adalah penjahat atau pencuri. Tapi sepertinya aku tidak tahan maka aku perlahan menatapnya.
Dia justru tersenyum. "Berhati-hatilah." hanya itu yang diucapkan oleh Diana.
Kemudian ia menatap para pemburunya dan mereka semua memilih untuk melanjutkan pencarian nya. Aku rasa kata berhati-hatilah mengandung banyak makna dan aku tidak suka jika bermain teka-teki seperti ini.
Rasverina menatapku dengan sepasang mata yang masih sedikit basah, ia menyedot ingus nya dan berkata. "Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan kita."
Aku mengangguk, saat aku ingin melangkah terdapat akar pohon melilit kaki ku dan menyeretku. Aku meronta-ronta. Aku menjerit sebisa ku, aku mengeluarkan belati ku dan berusaha memotong akar pohon itu tapi tampaknya tidak berhasil. Aku menatap ke belakang dan melihat Justin yang berusaha menyelamatkan ku, dia berhasil meraih tangan ku. Kini aku di tarik oleh akar pohon dan Justin.
Kaki ku serasa ingin putus, Rasverina menggeram. Ia menembakan anak panah itu ke akar yang menyeretku tapi tak berdampak apapun. Justin mengeluarkan pedangnya yang berwarna merah darah dan menebas akar itu dan akar itu langsung terlepas.
Aku segera berdiri dan menghampiri Rasverina yang tengah mengamati hutan ini. Kemudian ia menghela nafas panjang, matanya menyorot tajam saat memandang hutan ini, tangan nya mengepal.
"Benar apa kara Dewi Diana, kita tidak seharusnya kesini." kata Rasverina.
"Kenapa?" tanya Jason.
"Ini adalah hutan Equersta. Hutan yang penuh dengan sihir hitam."
Aku menahan nafas. Aku menelaah hutan ini, tidak terlihat buruk. Terdapat pohon-pohon yang tertutupi salju, bunga-bunga yang mekar. Sama sekali tidak sesuai pikiran ku, karna pikiran ku mengarah kalau hutan sihir adalah hutan yang gelap, bahkan tak ada kehidupan.
"Tidak sesuai perkiraan ku." kataku.
Jason mengerutkan kening. "Memang seperti apa perkiraaan mu?"
"Ya, perkiraan ku hutan ini mati, tidak ada kehidupan, gelap dan lain-lain." aku mengangkat bahu dengan acuh.
"Memang. Sihir bisa berguna, Sierra. Jangan salah tangkap, dulunya hutan ini hutan yang lestari, memberikan kehidupan bagi orang-orang. Kini semua telah berubah saat perang seratus tahun yang lalu." kata Rasverina lalu menatap ku. "Kau berada di sana saat itu." lajutnya.
Aku mengerutkan kening. Kenapa aku fi bawa-bawa dalam perang? Aku berperang di hutan Equersta. Untuk apa? Bukan kah aku sudah mati saat melwan Dewa Perang sialan itu? (Oh, maaf Ares.)
"Bukan kah aku telah mati saat itu?" tanyaku.
Rasverina menunduk dan menggeleng. "Itu jauh sebelum kau melawan Ares." katanya.
Ia mengambil nafas dalam-dalam dan tersenyum. "Sudahlah, jangan dipikirkan. Kita lanjutkan perjalanan kita."
Kami pun menaiki kuda kami masing-masing dan melajukannya menuju selatan. Selama perjalanan itu, aku masih memikirkan perkataan Rasverina tentang perang seratus tahun yang lalu di hutan Equersta. Aku berada di sana saat perang, aku berada di hutan ini, di wilayang Kerajaan Atlas. Kenapa harus aku yang terpilih menjalani hidup seperti ini, hiduap di antara dunia dongeng dan dunia manusia.
Udara bertambah dingin selagi kami keluar dari hutan Equersta. Di hadapan kami sekarang adalah lapangan yang terselimuti oleh salju setebal satu inci. Banyak pohon-pohon yang telah membeku menjadi es batu.
"Kita dimana?" tanyaku.
Jason menggenggam erat tali kekang kudanya hingga tangan nya mengeluarkan darah. Aku ingin berteriak tapi saat aku ingin melakukan nya terdengar suara geraman dari belakang kami. Saat kami semua menoleh, sesosok beruang berbulu putih dengan tubuh yang super besar, makhluk itu menggeram dan aku menghela nafas.
"Monster lagi?" tanyaku.
Kami semua turun dari kuda dan menyiapkan senjata. Justin mengeluarkan pedang berwarna merah darah, aku melempar koin ku dan koin itu berubah menjadi tombak, Rasverina menyiapkan panah dan busur nya dan Jason menyiapkan pedangnya.
Monster itu menerjang kami. Kami memghindar dan menyerangnya. Monster itu mengaum hingga aku merasakan jika tanah ini bergetar.
Aku menggeram dan menyerangnya secara brutal. Rasverina menembakan anak panah itu ke punggung mosnter itu. Aku terus menyerangnya, di samping kanan dan kiriku. Jason dan Justin ikut membantuku, Jason menebas monster itu, Justin menyerangnya tanpa ampun dan aku sama dengan Justin.
Monster itu mundur ia menjejakan kakinya ke tanah. Tanah itu bergetar dan terbuka perlahan. Sesaat memang tak ada apapun, namun sebuah tangan tengkorak muncul dari retakan tanah itu. Dan benar saja, sepasukan orang mati keluar dari retakan tanah itu.
Rasverina menggeram marah, Jason tampaknya telah siap untuk membunuh, Justin mengarahkan pedangnya ke depan dan aku menodongkan tombak ku ke depan.
"Apa itu?" tanyaku kepada Jason. Sepasukan orang mati berjalan mendekat ke arah kami.
"Itu adalah orang-orang mati yang telah di bangkitkan kembali." [ ]
Semoga menghibur💃💃
See ya!
Votemment jangan lupa
Salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔
Fantasy(COMPLETED) [Series#2] Liburan musim dingin ini, Sierra harus menyelamatkan Kerajaan Atlas (lagi) dan kali ini ia akan melawan sang Dewi Salju, Khione. Sierra telah mengupayakan semuanya, semua kekuatan dan keahlian yang dia miliki tapi ia tidak dap...