BAB 2

435 53 0
                                    

Aku berteriak dengan keras, seseorang itu menutup mulutku dan berkata, "ini aku, Austin dan Rasverina."

Aku menghentikan teriakan ku dan mengangguk patuh. Austin menjentikan jarinya dan apartemen ku menyala seperti biasa. Aku mengatur nafas ku yang terengah-engah.

Aku melihat Austin yang sedang menatapku sambil tersenyum, aku juga melihat Rasverina yang tengah memainkan sihir di tangan nya dengan raut wajah tenang.

"Apa yang kalian berdua lakukan di apartemen ku?" tanyaku.

Austin tersenyum.
"Ada yang ingin kami sampaikan."

"Apa?" aku duduk di sofa dan mengusap wajahku.

"Kerajaan kami terselimuti salju." kata Rasverina yang duduk di sebelahku. Kalimat itu membuatku terhenyak, terselimuti salju?

"Bukankah di dimensi kalian bulan ini adalah bukan juli?" tanyaku.

Austin mengangguk.
"Salju di bulan juli, aneh sekali."

Aku juga merasa aneh dengan fenomena ini, aku memejamkan mataku dan membuka nya perlahan. Aku teringat akan kristal yang aku temukan.

"Kalian tau, aku menemukan kristal es." kataku sambil menatap mereka.

"Kristal es?" tanya Rasverina yang sepertinya tampak bingung.

Aku menceritakan semuanya, bagaimana aku menemukan kristal es itu dan aku juga menceritakan seseorang yang mengatakan kalau aku sebaiknya tidak mengambil itu. Rasverina dan Austin tampak berfikir.

"Seperti apa kristal nya?" tanya Austin sambil melepas jubah sutra emasnya.

Aku membuka tas ku dan mengambil kristal itu. Mereka semua tampak terkejut setengah mati, Rasverina mengambil kristal itu dengan tangan yang bergetar luar biasa.

Rasverina dan Austin saling menatap, seakan mereka berbicara tanpa suara. Seperti ini.

Rasverina: apa ini benar?

Austin: aku tidak yakin. Apa ini yang menyebabkan sang dewi marah besar?

Rasverina: aku juga tidak tau.

Austin: jangan beri tahu Sierra terlebih dulu.

Kira-kira seperti itu percakapan mereka. "Apa sih yang kalian bicarakan?" tanyaku yang sudah sangat gemas.

"Sierra, dimana kau menemukan kristal ini?" Rasverina meletakan kristal itu di meja dan menatapku dengan raut wajah tegas.

"Aku menemukan nya di dalam tasku, padahal aku juga tidak tau bagaimana atau kenapa kristal itu tiba-tiba muncul begitu saja." jawabku.

Rasverina menelan ludah dengan susah payah, aku benci saat Austin dan Rasverina saling tatap, seakan mereka menyembunyikan sesuatu dariku.

"Apa yang kalian sembunyikan?" semburku secara langsung.

"Sierra, belum waktunya kau tau tentang ini." kata Austin.

"Kenapa?"

"Karna ini menyangkut nyawa mu." ujar Rasverina yang menggenggam tanganku dan meremasnya pelan.

"Kalaupun aku mati ya aku menerima nya karna memang sudah takdir." sahutku. Aku merasa marah dan keras kepala. Aku juga tidak tau marah kepada siapa.

A PRINCESS: The Ice World [#2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang