6

716 22 0
                                    

"Yang, kamu udah sadar dek. Apa yang kamu rasain hmm?" Aabir mengelus kepala Adeeva dengan lembut.

Sedangkan Adeeva terisak menangis menunduk takut untuk menatap Aabir.

"Loh, Sssttt, kenapa nangis Yang? Aku disini gak kemana-mana." Aabir menghapus air mata yang membasahi pipi Adeeva.

"Liat Mas, jangan nunduk gitu." Aabir mengangkat dagu Adeeva agar menatapnya. Mata Adeeva sendu sekali. Sangat terlihat dia kesakitan dan lesu.

"Maafin Deeva Mas, udah ga nurut jadinya begini." Adeeva menatap Aabir sendu.

"Gapapa, Mas ga ngerasa direpotin. Ini yang kamu mau kan dek, biar Mas perhatiin." Aabir terkekeh.

"Masss iihhh." Adeeva mencebik.

"Haha. Ini terakhir ya. Cup cup ah jangan nangis jelek. Lain kali kalo Mas bilang istirahat ya istirahat jangan maksain toh. Mendzalimi diri sendiri namanya dek." Nasihat Aabir.

"Iya Deeva salah. Maafin Mas. Jangan marah. Serem." Adeeva memberengut.

"Lah masa iya. Ngga ah. Maafin Mas kalo bikin kamu takut dek." Aabir mencium lembut kepala Adeeva yang tertutup oleh hijab. "Bau aseemm dek. Gak mandi ya tadi pagi hmm?"

"Mas ko tau, Deeva malu. Abis tadi Deeva rasa demam makanya gak mandi hehehe"

"Kamu toh udah tau kerasa demam masih maksain. Sebel aku tuh."

"Mas apaan sih kaya cewe. Hahaha"

"Hahaha. Yaudah kamu makan yaa. Abis makan minum obat terus tidur biar cepet sembuh kesayangannya Mas." Aabiir lantas membawa makanan yang diatas nakas ke atas brankar untuk di makan Adeeva.

"Deeva mau makan tapi disuapin Mas. " rengek Adeeva.

"Manjanya calon istriku."

"Ihhh tangan Adeeva susah. Ini kenapa di infusnya tangan kanan coba. Kan ga boleh makan pake tangan kiri." Alibi Adeeva.

"Alasan kamu dek dek." Aabir dan Adeeva tertawa lepas.

Aabir pun menyuapi Adeeva dengan telaten.

"Udah Mas, pahit." Baru 3 suap Adeeva sudah menolak makanan yang disuapkan oleh Aabir.

"Loh baru 3 suap dek, 2 lagi yaa. Kasian perutmu kosong."

"Iya iya deh."

"Udah ya Mas, Deeva mual kalo kebanyakan." Deeva memberengut.

"Yaudah yaudah, ini minum dulu. Minum yang banyak dek, biar cepet sehat." Aabir menyodorkan air pada Adeeva.

"Mas?"

"Hmmm. Kenapa dek?"

"Mas gak ada jam ngajar emang? Ko bisa nunggu Deeva."

"Mas udah ijin. Mas bilanh calon istri Mas sakit gak ada yang jaga."

"Emang boleh Mas?"

"Loh ya boleh, kan Mas punya jatah cuti Yang, tenang aja kamu ga usah banyak pikiran Yang."

"Maafin Deeva ya Mas. Deeva selalu ngerepotin Mas. Sampe Mas ijin gini. Oiya Ayah sama bunda tau gak Mas?"

"Tau, tadi Mas yang hubungi."

"Terus ko ga kesini Mas? Kan kalo ada Bunda sama Ayah, Mas bisa kerja lagi."

"Ayah sama Bunda ada acara di tempat kerja Ayah. Nanti kalo udah beres baru kesini."

Adeeva hanya membulatkan mulutya berbentuk O.

Waiting MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang