8

566 20 0
                                    

Saat ini Adeeva sudah mulai mengajar seperti biasanya. Setelah 1 minggu meliburkan diri karna sakit. Seperti biasa Adeeva akan diantar jemput oleh Aabir. Karna Aabir gak mau terjadi sesuatu pada Adeeva. Seperti saat ini Aabir sedang menjemput Adeeva.

"Assalammualaikum dek, Mas kaget toh tiba-tiba masuk banting pintu." Ya saat itu Aabir sedang melamun memikirkan kejadian saat di rumah sakit.

"Walaikumsalam." Jawab Adeeva ketus.

"Kan kebiasaan ngambek lagi. Kenapa lagi Yang hmmm?" Aabir mengelus lembut kepala Adeeva. Adeeva menangis dalam diam. Ya Adeeva adalah anak yang mudah menangis. Tersentuh sedikit saja hatinya. Ia akan langsung menangis.

"Tuh kan malah nangis. Yowis yowis nangis aja dulu sepuasnya." Aabir membawa Adeeva ke dalam pelukannya. Saat ini Adeeva sedang menangis di dada bidang Aabir. Sesekali mengelap ingusnya yang keluar pada kemeja Aabir. Untung saja jam ngajar Aabir sudah habis hari ini.

"Mas?"

"Hmmmm, udah nangisnya?" Adeeva mengangguk. Dasar Adeeva udah kaya anak kecil memang.

"Mas kapan nikah sih Mas?" Padahal baru dibahas minggu lalu.

"Nanti Yang, sabar ya." Setelah Adeeva terlepas dari pelukannya dan berhenti menangis. Aabir mulai melajukan mobilnya.

"Sabar sabar terus nih Mas nya."

"Kenapa lagi emang? Ditanyain lagi kapan nikah? Siapa yang nanya? Biar Mas labrak!" Aabir sedikit emosi. Pasalnya kenapa mulut orang-orang di sekolah Adeeva sangat iseng. Selalu ngurusin hidup orang lain. Padahal belum tentu hidupnya udah beres.

"Iya Mas. Pengang kuping Adeeva." Adeeva cemberut memanyunkan bibirnya 5 cm.

"Yang, Mas udah bilang beberapa kali. Mas pasti bakal secepatnya nikahin kamu. Asalkan kamu sabar ya dek. Mas juga sekalian nabung. Biar bisa kasih mahar yang lebih besar buat kamu."

"Iya Mas, Adek tau. Tapi...."

"Udah ya Dek, jangan dibahas lagi."

"Mas diem Adek mau cerita."

"Apa dek? Jangan yang aneh-aneh." Aabir memicingkan matanya.

"Mas masa tadi katanya kalo Mas ga nikahin Adeeva, Adeeva mau dijodohin sama Pak Bagas."

"Terus kamu jawab apa dek?"

"Ya Adek jawab, kata siapa orang Mas Aabir mau nikahin Adeeva dalam waktu dekat ini. Gitu Mas."

"Aamiin. Pinter calon istri Mas." Aabir menepuk-nepuk lembut kepala Adeeva.

"Eh tunggu. Bagas itu yang Mana toh? Siapa?"

"Itu loh Mas. Yang kata guru-guru sih dia suka sama Adek."

"Yang mana? Yang waktu itu jaga di depan bukan?"

"Kapan Mas?" Adeeva malah balik bertanya.

"Waktu Mas mau jemput kamu waktu pingsan. Mas kan tanya kamu dimana eh dia malah nanya2 Mas siapanya kamu. Mas bilang aja calon suaminya. Langsung diem dan jutek dia."

"Hahaha. Mas ihh. Mungkin iya kali. Seinget Deeva yang jaga piket pas hari itu ya dia."

"Ngga banget dek. Mas harus segera nikahin kamu ini ceritanya."

"Iyalah wajib Mas" Adeeva kembali ceria melihan Aabir kelimpungan.

Waiting MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang