20

764 17 0
                                    

"Ya baik, sebelum ibu melanjutkan materi yang kemarin. Ibu ingin kalian mengumpulkan PR kalian terlebih dahulu." Ucap Adeeva pada semua muridnya. Saat ini Adeeva sedang mengajar di kelas 11 IPA 5.

"Baik bu..." jawab semua murid serentak.

"Ya, untuk yang tidak mengerjakan PR dimohon untuk berlari keliling lapangan 3x lalu setelah itu kalian kerjakan PR kalian di luar. Untuk kali ini kalian tidak bisa ikut pelajaran saya sampai tugas kalian selesai! Paham?" Ucap Adeeva tegas kepada muridnya.

"Baik bu."

"Untuk kalian yang didalam jangan contoh mereka. Mengerti?"

Semua murid menunduk karna ketakutan jika Adeeva sudah kecewa pada muridnya yang tidak bertanggung jawab mengerjakan tugasnya. Dari awal mula Adeeva mengajar di kelas XI IPA 5 sampai saat ini, siswa yang tidak mengerjakan tugas cukup berkurang dari biasanya.

"Mohon maaf permisi Bu Adeeva." Panggil seseorang dari luar. Seketika semua murid memalingkan wajahnya kearah pintu.

"Yaa kenapa Nak?"

"Ada tamu di ruang tamu guru Bu."

"Oh tunggu sebentar yaa. 5 menit lagi saya ke sana."

"Iya Bu. Terimakasih." Bu Adeeva hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Nak ibu ada tamu sebentar. Kalian kerjakan dulu saja latihan 3 halaman 120 ya. Jangan berisik ataupun keluar!"

"Iya Bu." Jawab siswa serempak.

***

"Loh Mas? Kenapa Mas? Tumben?" Ya ternyata tamu Adeeva adalah Aabir.

"Gini dek, kamu bisa ijin ngajar dulu gak hari ini?"

"Loh memangnya mau kemana Mas?" Adeeva bingung karna Aabir tiba-tiba menjemputnya.

"Fiting dek. Mas gak bisa kalau hari sabtu. Mas mendadak ngisi kuliah umum. Gimana? Gapapa kan Yang?"

"Yowis aku ijin dulu ke piket ya Mas."

"Piket nya siapa dek?"

"Bu Bambang." Ucap Adeeva memicingkan matanya.

"Hehe kirain."

"Mas mas sudah mau nikah ko cemburuan."

"Biarin hahaha." Aabir terkekeh saat melihat Adeeva memicingkan matanya.

***

"Yu Mas!" Akhirnya Adeeva bisa ijin dari jam ngajarnya kebetulan hari ini jam ngajar Adeeva sisa 1 kelas.

"Yu. Terimakasih Bu sudah mengijinkan." Aabir berterima kasih pada Bu Bambang saat melewati meja piket.

"Sama sama Pak." Balas Bu Bambang ramah.

"Bu Adeeva!" Teriak seorang siswa laki-laki.

Refleks Adeeva dan Aabir membalikkan badannya ke belakang.

"Eh kamu Do, kenapa?" Rido namanya. Dia siswa yang tadi Adeeva hukum.

"Saya sudah lari keliling lapangan 3x. Saya juga sudah menyelesaikan tugas rumah saya bu. Boleh saya minta nilai bu?"

"Oh boleh, sini bukumu. Lain kali kerjakan PR di rumah yaa. Jangan dibiasakan mencontek di sekolah." Omel Adeeva pada Rido.

"Baik bu, saya minta maaf tidak akan mengulangi lagi bu."

"Ya sudah sekarang kamu ke kelas. Lalu kerjakan tugas hari ini tanya pada temanmu yang tadi tidak dihukum. Yang lain sudah selesai larinya?"

"Sudah bu. Mereka lagi menyelesaikan tugasnya."

"Ya sudah. Sekarang kamu ke kelas. Kerjakan dan jangan berisik. Ibu ada perlu dulu ya."

"Baik bu. Terimakasih." Rido pun menyalami Adeeva dan Bu Bambang sebelum kembali ke kelas.

"Dek?" Panggil Aabir. Saat ini Aabir dan Adeeva sudah berada di dalam mobil. Siap untuk berangkat menuju tempat fiting baju pengantin.

"Hmmmm? Iya Mas ?"

"Tadi kenapa muridmu?" Aabir penasaran.

"Oh, gak ngerjain PR Mas biasa."

"Dihukum lari gitu?"

"Iya Mas, biar jera."

"Boleh Mas kasih saran? Hukuman yang baik dan bermanfaat?"

"Boleh Mas." Adeeva menggerakkan tubuhnya menghadap Aabir yang sedang fokus menyetir.

"Menurut Mas kalau dihukum lari kemungkinan untuk mereka jera itu sedikit. Kenapa? Karna mereka mikir "cuma lari mah gampang, cape ya tinggal minum istirahat" gitu loh Yang. Jadi kemungkinan untuk mengulangnya banyak. Apalagi kalau ada siswa yang malas belajar. Mereka akan gunakan kesempatan mereka untuk lama berada di luar kelas ya dengan lari tadi."

"Gitu ya Mas? Terus hukumannya apa dong Mas?"

"Iya. Ya bisa dengan yang bermanfaat. Misalnya kalau ada yang gak ngerjain PR kamu hukum saja suruh menghapal al-quran juz 30. Atau kamu suruh tulis surat al-ikhlas 10x. Dengan begitu secara tidak langsung mau tak mau mereka bakal hapal surat-surat di juz 30 ya walaupun karna hukuman. Tapi kan lumayan dek."

"Iya ya Mas. Kenapa aku ga kepikiran. Makasih Mas sarannya. Mas pinter."

"Lah baru tau kamu Mas pinter?"

"Iyaa." Adeeva nyengir memamerkan gigi yang berkawatnya.

"Dasar." Aabir mengacak kepala Adeeva dengan lembut. "Gini-gini Mas pinter dari lahir kali dek."

"Yaiya calon suami Adeeva harus pinter kali Mas. Anak-anak aku nanti harus terlahir dari orang tua yang berpendidikan."

Aabir mengangguk-nganggukkan kepalanya.

"Assyiaaappp."

"Mas ihh."

Mereka pun tertawa terbahak selama perjalanan.

Waiting MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang