11

580 22 0
                                    

"Yang?" Panggil Aabir.

"Ya Mas? Kenapa?" Adeeva menengok sekilas.

"Besok sabtu libur toh?"

"Libur Mas seperti biasa. Kenapa Mas?"

"Ibuk kangen kamu katanya dek. Main ke rumah Mas mau?" Pinta Aabir pada Adeeva.

Adeeva sempat berpikir sejenak. "Hmmmmm boleh sih Mas. Lagipula besok Ayah sama Bunda juga gak dirumah mau kondangan."

"Kamu gak ikut kondangan?" Canda Aabir.

"Ya kali Mas. Adeeva bukan anak esdeh lagi." Kekeh Adeeva.

"Yowis besok Mas jemput jam 10 ya. Biar nanti sekalian ke pasar terus nanti kamu masak bareng ibu. Bapak juga katanya rindu sama calon mantu kesayangan. Masnya dilupain." Cibir Aabir.

"Nggeh Mas. Yeeuu Masnya cemburu sama calon istri sendiri." Cebik Adeeva memukul pelan tangan Aabir yang sedang fokus memegang setir. Aabir pun hanya tertawa melihat Adeeva mencebik layaknya anak esdeh.

Yaa saat itu mereka sedang menuju perjalanan pulang setelah Aabir menjemput Adeeva tadi. Semenjak dari Adeeva jujur waktu itu. Aabir sudah mulai intens antar jemput Adeeva. Karna tidak mau ada gosip-gosip lagi.

***

"Assalammualaikum." Sapa Aabir

"Walaikumsalam, eh kamu toh Bir. Masuk." Perintah Ayah Adeeva, yang kebetulan saat itu sedang ngopi ria di teras rumah.

"Iya Yah, sehat Yah?" Tanya Aabir seraya mencium tangan Ayah Adeeva.

"Sehat Alhamdulillah. Kamu? Ibuk Bapakmu gimana sehat?" Tanya balik Ayah Adeeva.

"Sehat Alhamdulillah Yah." Jawab Aabir seraya senyum.

"Kata Deeva Ayah sama Bunda mau kondangan?"

"Iya nanti jam 11 berangkat, sambilan makan siang gratis Bir." Candanya. Aabir pun hanya terkekeh melihat kelakuan Ayah Adeeva yang banyak bercanda itu.

"Bener banget Yah, kapan lagi kan makan gratis? Hahaa" Aabir menimpali. Dan merekapun tertawa bersama.

"Loh loh ada Mas Aabir toh. Adek ini Masmu udah dateng lho. Kebiasaan lama. Kapan datang Mas?" Cerocos bunda Adeeva.

"Barusan Bun belum lama." Aabir mencium tangan bunda Adeeva.

"Sek bunda ambilkan teh dulu yaa."

"Eh repot-repot toh Bun. Gak lama jemput Adek aja. Mau diajak ke rumah. Boleh bun? Ibuk sama Bapak kangen katanya." Canda Aabir.

"O ya boleh. Di rumah juga sendiri si Adek. Bunda sama Ayah mau pacaran." Mulai deh bercandanya.

"Sek bunda ke dalem dulu tak panggil adeknya ya."

"Nggeh Bun."

"Mas, hehe maafin lama." Cengir Adeeva memperlihatkan deretan giginya yang berkawat.

"Assalammualaikum dek, kebiasaan." Protes Ayahnya. Aabir hanya tersenyum melihat interaksi calon istri dan ayahnya.

"Hehe lupa Yah. Assalammualaikum Mas."

"Walaikumsalam, udah siap dek? Yu berangkat. Takut kesiangan ke pasarnya."

"Udah Mas. Yukk. Bundaaa Adek sama Mas mau berangkat."

"Lho ko buru-buru. Ini diminum dulu Mas tehnya sebentar."

"Nggeh bun, makasih." Ucap Aabir seraya menyeruput teh hangatnya.

"Teh buatan bunda always enak bun ga tertanding." Canda Aabir.

"Alah kamu Bir. Bisa terbang idung bunda kamu puji." Cibir Ayah Adeeva.

"Alah ayah bilang aja sirik."

"Loh ko malah berantem. Yowis Adek sama Mas duluan ya Yah Bun. Hati2 dijalan kalo mau berangkat ya Yah Bun."

"Iyo hati-hati Mas. Jangan ngebut. Salam ibuk bapak yo" Perintah ayah Adeeva.

"Nggeh Yah. Yowis kita pamit yaa Yah Bun. Assalammualaikum." Ucap Aabir seraya mencium tangan ayah dan bunda.

****
"Dek." Panggil Aabir pada Adeeva yang sedang fokus bermain hp.

"Yang." Panggilan kedua Adeeva belum menengok

"Sayang Adeeva Afsheen Mysha" Aabir memanggil dengan nama lengkap Adeeva.

"Eehh iya Mas." Adeeva baru bisa menengok setelah nama lengkapnya disebut.

"Liatin apa sih dek. Ampe ga fokus gitu Mas panggil."

"Maaf Mas ini Adeeva lagi baca wa grup sekolah Mas. Lagi bahas masalah persiapan ujian. Kenapa Mas?"

"Mau masak apa adek? Mau ke pasar kan ini."

"Masak sayur asem aja sayurnya kesukaannya Mas. Terus bikin ayam goreng crispy juga kesukaan Mas. Ditambah sambal terasi kesukaan bapak sama ibuk Mas. Jangan lupa juga tahu tempe. Hehehe."

"Siapp Sayang. Cussss."

"Mas ihhh." Adeeva tertawa mendengar Aabir bilang cusss.

****

Aabir dan Adeeva sudah selesai belanja bahan masakan untuk masak bareng Ibuk mertuanya. Deeva ga sabar bertemu dengan mereka. Pasalnya sudah lama mereka tidak berjumpa.

"Mas?" Panggil Adeeva serasa mengerutkan keningnya melihat ada yang berbeda dari wajah Aabir.

"Ya sayang?" Aabir hanya melirik sekilas karna sedang fokus menyetir.

"Mas sakit yaa? Wajah Mas pucet." Selidik Adeeva.

"Masa sih dek? Ngga ah kamu aja kali salah liat. Mas sehat." Alibi Aabir. Padahal dari semalem Aabir sudah merasakan tidak enak badan. Namun ia memaksakan untuk menjemput Adeeva karna sudah janji sama Ibuknya.

"Serius Mas. Tuhkan anget Mas." Adeeva mencoba memegang kening Aabir.

"Ngga Adek. Mas gapapa." Aabir mencoba meyakinkan Adeeva.

"Mas boong. Pokonya nanti kalo udah sampai rumah Mas minum obat. Terus istirahat gapapa biar Adek sama Ibuk sama bapak aja di rumah." Perintah Adeeva pada Aabir.

"Mas gapapa Dek. Biar Mas temenin Adek masak yaa." Aabir mengelus kepala Adeeva untuk menenangkannya..

Waiting MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang