Mendung masih bergantung di sela-sela senja. Matahari mulai menenggelamkan sinarnya, sang rembulan telah siap menggantikan posisi rivalnya.
Saat ini aku sedang berada di dalam pesawat garuda indonesia dengan tujuan penerbangan Cairo-Jakarta. Yah aku terbang. Aku sudah terbang meninggalkan negri egypt dari pukul 15:00. Kira-kira aku sudah 2 jam-an berada di dalam pesawat.
Tiba-tiba aku teringat sebuah benda kecil yang penuh dramanya. Ya sebuah mp3, sebuah benda mati pemberian Hasan. Lengkapnya Muhammad Hasan. Hasan adalah sahabatku yang tinggal seasrama ketika aku masih mesantren di Bandung dulu.
Satu persatu ku periksa saku jaketku, mulai dari yang kanan kemudian saku disebelah kiri juga tak lupa ku periksa, dan aku hanya bisa menemukan sebuah handsfire hitam.
"Dih mp3 nya si mana" gerutuku karena aku belum menemukan apa yang ku cari.
Aku sedikit membuka resleting jaketku, dan..
'Ah ini dia mp3 yang kucari akhirnya ketemu juga'
Aku lupa bahwa tadi sebelum aku berangkat aku memindahkannya ke saku kemeja dalam jaketku. Tanpa pikir panjang aku langsung mengeluarkannya dari saku kemeja dalam jaketku. Dengan sedikit terburu-buru aku langsung menghubungkannya dengan handsfire hitam yang tadi ku temukan di saku sebelah kiri jaketku,
"Bissmillahirrahmanirrohim . . ."
Suara lantunan murotal Syekh Sa'ud Al-shuraym mengiring di kedua telingaku, tanpa ku sadari akupun menggerakan mulutku dan mengikuti alunan murotalnya, ah rasanya aku ingin cepat-cepat turun dari mesin besar yang bisa terbang ini. Walaupun kedua telingaku tertutup oleh handsfire, tapi tetap saja suara gemuruh mesin yang bisa terbang itu terus saja mengusik hiburanku. Akhirnya akupun tertidur dengan semua keluh kesalku.
Tiba tiba seluruh tubuhku bergetar, aku terjaga dalam tidur lelapku
"Oh mau mendarat, alhamdulillah nyampe dengan selamat" syukurku.
Aku langsung menggerakan lengan kiriku ke depan dengan posisi yang ku tekuk ke samping, pukul 21:06 yang ku lihat di jam tanganku. Dan pesawat yang ku tumpangi akhirnya mendarat dengan selamat.
Setelah aku keluar dari pesawat, ku langkahkan kaki menuju lobi, sesaat sebelum ku lanjutkan, aku berhenti sejenak untuk sekedar menghirup dan merasakan udara malam ibukota"Aahh subhannallah nikmatnya", kataku.
"Mending di luar pesawat daripada di dalam pesawat", ketusku.
Di dalam pesawat walaupun enak tapi kurang baik udaranya, karena di dalam pesawat itu penuh dengan AC dingin, berbeda dengan di luar, yang udaranya bebas, dengan AC alami pula. Yah walaupun banyak polusi, apalagi polusi ibu kota dengan penduduk terbanyak se-pulau jawa, tapi tetap aja tak bisa di pungkiri kalau lebih enak di luar pesawat daripada di dalam pesawat udara dan suasananya.
Semakin mantap ku langkahkan kakiku ke arah lobi
"Ah iya tadi aku kan jama" sambil ku tatap sekelilingku.
"Hmmm ok lobi nomer dua dan sekarang nomer satu yang menjadi tujuanku adalah kepadaNYA"
Ya karena manusia hidup untuk menghadapnya dengan catatan yang baik, maka kita di perintahkan untuk selalu memperbaiki catatan yang kita miliki, karena setiap manusia pasti memiliki catatan sendiri-sendiri.
Ku langkahkan kaki ke arah bangunan mushola yang ada di bandara, letaknya lumayan jauh dan sepi dari pejalan yang berlalu lalang, yah mungkin karena mushola itu letaknya di bagian barat atau paling ujung, jadi ya wajar kalau sepi. Karena dulu sebelum aku berangkat ke Cairo, aku dan keluargaku menunaikan sholat ashar di mushola ini, jadi ya aku tidak nyasar-nyasar dan bingung oleh banyaknya jalan dan bangunan di bandara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna
Teen Fiction(Slow update) Ahza. Nama lengkapku Ahza Al Fariez. Anak dari seorang Abah yang punya Pondok Pesantren. Tapi, bukan bagaimana kau melihat aku sebagai anak seorang Kyai. Karena tetap saja aku adalah anak, yang hanya menggandeng nama besar Abahku. Aku...