Hidup adalah sebuah pilihan, sebuah keputusan. Dan hidup adalah sebuah perjalanan. Hidup bukan tentang bagaimana caranya bahagia, tapi tentang bagaimana caranya kita menikmatinya. Memang karena pada dasarnya bahagia itu sederhana, tinggal bagaimana cara menikmatinya.
Besok adalah hari dimana aku mulai berpetualang di dunia perantauan lagi. semua persiapan telah aku siapkan, mulai dari peralatan mandi, sampe berbagai jenis pakaian pun sudah ku persiapkan. Rencananya besok aku di anterin abah dan umi hanya sampe terminal Harjamukti. Terminal Harjamukti adalah satu satunya terminal di daerah cirebon. Dan letaknya pun sebagai mana mestinya terminal-terminal lain, yaitu samping jalan pantura. Orang-orang cirebon biasa memanggilnya dengan singkatan terminal HJM (Harjamukti).
Malam tak lepas dari kata sunyi, tak lupa dari kata sepi, tak komplit dari kata kelam. Namun malam ini berbeda, suasana malam kali ini penuh pesona, penuh cerita, penuh tawa. Yahh wajar saja kalau malam ini penuh adegan, karena malam ini abah mengadakan syukuran bersama semua santri-santri. Dimana di malam ini aku harus berpidato layaknya seorang proklamator, haaa sebelumnya aku belum pernah berpidato atau apalah itu di depan panggung ataupun di depan semua orang, belum pernah sama sekali.
Selepas wiridan sholat maghrib, semua santri di giring menuju aula majlis (madrasah). Tidak hanya santri putra yang mengikuti acara, ada santri putri dan juga umi yang duduk di antara barisan depan para pengurus putri, aku duduk di samping abah barisan paling depan jajaran para pengurus putra. Kami memang berkumpul di satu tempat, tapi kami beri hijab, kami beri penutup di antara tengah-tengah bagiannya.
Seusai acara kami lanjutkan dengan sholat isya berjama'ah lalau di akhiri dengan makan-makan bersama. Terlihat wajah cerah para santri yang senantiasa membuat semangatku semakin menggebu-gebu. Wajah polos dan ceria penuh canda nan tawa hingga tak terasa lelah menyapa semua tubuhku, ia mengajaku beristirahat menyelami alam mimpi. Dan akhirnya aku tertidur dengan penuh senyuman dan kepuasan di wajahku.
Pagi menyapa ayam jago berbicara bahwasannya "jika tak bangun rejekimu aku makan". Pagi itu aku bangun lebih awal dari biasanya. Seperti biasa aku hanya akan keluar kamar tidurku setelah mentari menyapa jendela kayu kamerku.
"Sarapan ger" tanya umi yang sedang sibuk dibantu para santi ndalem menyiapkan bekal makanan tuk dibawa ke pondok.
"Ada apa aja emang mi" tanyaku
"Nasi goreng ada, ubi kukus juga ada" umi menawarkan menu sarapan
"Hahaha kaya di rumah makan aja mi mesti di absen" jawabku karena lucu
"Ya kamu rewel banget mau sarapan aja, umi jadi inget pas kamu masih kecil, kamu tuh kalau sahur enggak ada mie goreng mana mau sahur, yang ada malah tidur lagi, hobi banget sama mie goreng" cerita umi ke para santri ndalem.
"Ah umi mah buka kartu, mba-mbanya . . . pura-pura enggak denger aja ya" leluconku, yang kemudian umi sambut dengan tawa dan hanya wajah malu penuh senyum di wajah para mba-mba ndalem itu.
"Aku mau minta kopi sama ubi kukusnya aja mi" pintaku
"Iya mangga, kopinya di rak piring. Ubi kukusnya di meja dapur luar" jelas umi
"Siap mi, matursuwun" seraya meninggalkan kesibukan mereka
"Eehh ngger, kamu mau berangkat jam berapa? Ini udah siap semua loh" tanya umi sambil sedikit mengeraskan suaranya
Sambil membakikan badan aku berkata "Hhmm nunggu abah pulang ngaji aja gimana mi"
"Abah pulang ngaji jam 7, sekarang jam 6. Kamu udah siap semua tah?" Tanya umi lagi
"Udah mi, tinggal berangkat aja" jawabku
"Sini dulu sini umi kasih tau" melambaikan tangan memaksaku mendekatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna
Teen Fiction(Slow update) Ahza. Nama lengkapku Ahza Al Fariez. Anak dari seorang Abah yang punya Pondok Pesantren. Tapi, bukan bagaimana kau melihat aku sebagai anak seorang Kyai. Karena tetap saja aku adalah anak, yang hanya menggandeng nama besar Abahku. Aku...