"Kau makin kurus."
Jimin mendongak, lantas menjejal sebuah kue beras dalam mulut. "Bebini benbut tibak?(begini gendut tidak?)" ia memaksakan senyuman yang membuat wajahnya semakin lucu.
Dibalas dengusan kesal yang lebih tua. Yoongi mencubit pipi lawan bicaranya. "Habiskan, baru bicara."
Jimin tertawa kecil, ia menuruti kata-kata Yoongi, sedangkan Yoongi sudah kembali duduk ditempatnya, menyeruput teh hijau yang dibawa dari dapur kantor.
Selanjutnya hanya hening mengisi keadaan. Waktu menunjukkan pukul 4 sore ketika Yoongi beranjak dari kursi, menghampiri Jimin yang masih sibuk di depan laptop.
"Tidak pulang?"
"Belum hyung. Sebentar lagi."
"Mau pulang denganku? Kebetulan hari ini aku senggang."
Untuk sesaat, Jimin tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Seorang Yoongi menawarkan tumpangan? Jimin tidak pernah melihat ia melakukan itu untuk orang lain sebelumnya. Memang sih kemarin mereka juga pergi (ke jembatan pinggir jalan, ingat?). Tapi Jimin tidak mengira saja Yoongi akan melakukannya lagi.
"Maaf hyung, tapi Jungkook akan menjemputku."
Kunci mobil di tangan dipermainkan, Yoongi menyeringai. "Sudah baikan? Kau memarahinya dengan memukul pantatnya atau apa?"
Jimin terbahak. Meskipun mungkin pria itu tidak berniat melawak, Jimin benar-benar menganggap itu sebuah gurauan lucu. "Well, dia minta maaf padaku. Lalu aku memaafkannya."
"Syukurlah, senang kau tertawa lagi." perkataan Yoongi membuat Jimin sedikit merasa heran. Ia menatap pemuda berkulit pale penuh tanya. Sedangkan Yoongi mengangkat bahu, ngeluyur pergi dari hadapan Jimin. Sebelah tangannya melambai sebelum hampir melewati pintu. "Sampai besok."
Tidak ada jawaban untuk sesaat, Jimin mengerjap-ngerjapkan mata dalam kebingungan. "...ya? Kurasa."
Yoongi banyak menunjukkan sisi lainnya hari ini.
.
.
.Latihan basket sore baru saja usai.
Jungkook tidak berganti pakaian, ia mengenakan seragam yang Taehyung bilang bau tanpa peduli. (Omong-omong, Taehyung adalah teman sekampus Jungkook, mereka cukup akrab di lingkup ekstrakulikuler)
Mereka berjalan bersisian di lorong. Taehyung tida bisa berhenti membicarakan mahasiswi-mahasiswi yang banyak menonton sparing hari ini, mengeluhkan statusnya yang masih saja sendiri ditengah banyaknya gadis itu. Alih-alih mendengar ocehan sahabatnya, Jungkook lebih memikirkan gadis yang hari ini juga ikut menonton pertandingan.
Jisoo, siapa lagi?
Gadis itu nekat datang sendirian, duduk di barisan tribun memakai seragam dan jaket berwarna mencolok. Ia tidak membawa apapun selain botol air mineral. Dimana setelah latihan selesai, Jisoo lagsung menyerahkan botol itu pada Jungkook.
"Hei, kenapa melamun? Aku dari tadi bicara kau diam saja."
Bahu Jungkook disentil. Taehyung memang tidak melihat langsung bagaimana Jisoo hampir membuat seisi lapangan heboh. Untungnya pemuda itu ke ruang ganti duluan. Kalau Taehyung sampai tau, bisa-bisa dia jadi wartawan dadakan.
"Tidak apa-apa."
"Pasti melamunkan Jisoo." Sial, tentu saja Taehyung tau. Mana mungkin dia melewatkan berita semacam itu. Jungkook mendelik pada pemuda berkulit tan. Mengode supaya Taehyung tidak banyak tanya. "Dia anggun dan cantik loh, sejak kapan kalian pendekatan? Kalian cukup akrab kan? Beberapa orang juga sering melihat kalian keluar dari perpustakaan sore-sore."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Short Story"Aku mencintaimu. Tidak apa-apa. Aku tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan pernah hyung." . . . [[Jikook/Kookmin; KookJi; Yoonmin]] [[Incest!AU]] [[Cover by: Nochuchims]]