[10]

3.8K 669 76
                                    

Apa masih ada yang minat sama cerita ini?

__

Jungkook terbangun dari tidurnya ketika Jimin memasuki kamar mereka.

Well, sejak hubungan intim beberapa waktu lalu, Jungkook tidak berencana untuk tetap tidur sendirian. Jadi ia putuskan menyebut kamar Jimin kamar mereka. Jenius, Jungkook suka menyebut dirinya begitu tiap memikirkan bagaimana ide itu muncul dikepalanya.

"Hyung, pagi."

Yang lebih tua menoleh, melempar senyum dan gumaman Pagi, kook yang lembut.  Kemudian duduk di depan meja rias. Jimin menarik beberapa lembar tisu untuk disapuhkan ke wajah halusnya yang basah. Pemuda itu baru saja selesai mandi dan hendak bersiap ke kampus. Jungkook menyandar di kepala ranjang, memerhatikan bagaimana Jimin menurunkan jubah mandinya ketika menghampiri lemari. Ia sedikit merona melihat garis tubuh serta bercak di bagian leher dan bahu Jimin.

"Wow aku membuat tanda begitu banyak."

Jimin menoleh, memerhatikan lengan atasnya yang memperlihatkan tanda paling jelas. "Baru sadar?"

"Apa sakit, hyung?" Jungkook turun dari ranjang, memeluk Jimin dari belakang.

"Tidak."

"Pantas saja si Yoongi tau, warnanya kontras sekali dengan kulitmu. Terutama di bagian sini."

Kecupan singkat Jungkook berikan di bagian belakang leher kakaknya. Sontak Jimin bergidik, berusaha melepaskan diri dari Jungkook. Well dia baru sadar kalau sekarang hanya mengenakan boxer ketat. Bisa bahaya kalau Jungkook melihat reaksi tubuhnya karena digoda pagi-pagi.

"K-kau tidak kuliah?"

Jungkook tertawa kecil melihat tingkah Jimin. Hyungnya buru-buru berpakaian, hampir terjebab ketika kakinya tidak sengaja menginjak kain celana sendiri.

"Sore, sekalian tanding basket dengan universitas sebelah. Ada grand prize buat penonton. Hyung datang, kan?"

Selama menjadi atlet basket, Jungkook tahu betul bahwa kakaknya tidak pernah absen setiap timnya terlibat dalam suatu pertandingan. Walaupun Jimin bilang sibuk, Jungkook tetap akan menemukan sosok itu di bagian tribun duduk sendirian, bersama segelas kopi atau teh hijau dalam genggaman.

"Lihat nanti ya."

Jungkook membalas dengan anggukan sebelum mengecup cuping telinga kakaknya, kemudian berlalu ke kamar mandi, bersiap mengantar Jimin ke kampus.
.
.
.

Min Yoongi baru saja keluar dari ruang rapat. Berencana menunggu Jimin untuk jalan bersama ke kantor, tapi perhatiannya tertuju pada Kim Jisoo yang kini tengah menatapnya.

Jisoo membungkuk hormat. Kemudian menyunggingkan senyum penuh formalitas. "Pak bisakah kita bicara?"

Yoongi ingin menolak, tapi jika yang dibicarakan Jisoo tidak luput dari dua insan yang belakangan ini jadi isi kepala, Yoongi tidak bisa acuh.

Pria itu tidak menjawab. Hanya mengikuti Jisoo yang melangkah duluan.

Tepat setelah Yoongi menghilang di belokan lorong, Jimin keluar dari ruangan. Ia mencari Yoongi—katanya pria itu menunggunya. Tapi Jimin tidak menemukan siapa-siapa.

Atensi pemuda bersurai madu itu terhenti pada dua mahasiswa yang terburu-buru mendatanginya. Jimin tidak kenal, tapi ia tetap berusaha bertingkah ramah.

Salah satu dari mereka berkata butuh bantuan Jimin untuk menyelesaikan penelitian. Jimin pikir, karena setelah ini dia tidak ada kegiatan, jadilah ia setuju-setuju saja.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang