[13] M

5.5K 665 46
                                    

Yoongi mendampingi Jimin sepanjang waktu. Menawarkan diri untuk tetap bersamanya meskipun Jimin bilang ia bisa melakukan segalanya sendiri. Pergi ke bagian administrasi, mengurus berkas, melewati kerumunan mahasiswa di lorong, Yoongi terus saja berjalan bersamanya.

"Hyung, terimakasih."

Mereka bergegas kembali ke kantor, Yoongi tidak menjawab. Hanya menyunggingkann senyum kecil pada pria di sebelahnya. Berpikir bahwa ini hari terakhir ia melihat Jimin sebagai rekan kerja. Yoongi rasanya marah sekali.

Sepersekian detik tidak ada pembicaraan. Jimin terhenti ketika melihat seseorang duduk di meja kerjanya.

"Ibu?" Gumamnya sebelum buru-buru mendekat.

Yang dipanggil menolehkan kepala. Park Hye Sun langsung beranjak dan memeluk anak sulungnya penuh kasih sayang.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik, bu. Aku baru saja selesai mengurus berkas. Kita bisa pergi sekarang. Kenapa ibu tidak menunggu di apartemen?"

Hye Sun menyisiri rambut cokelat Jimin. Netranya terpaku sayang pada paras yang selalu terlihat seperti dirinya. Anak pertamanya yang baik hati, Hye Sun sangat mencintainya.

"Karena ibu rindu Jimin dan Jungkook. Ibu ingin menemui kalian secepatnya, makanya ibu kemari."

"Selamat siang bibi."

Sedari tadi, Yoongi berdiri disana melihat mereka. Ia merasa sedikit aneh jika diam saja. Maka Yoongi mencoba menyapa.

"Oh, apa ini rekan kerjamu?"

"Iya bi. Namaku Min Yoongi."

"Yoongi Hyung adalah teman baikku, bu. Dia sering sekali menolongku. Dia juga mengantarkanku mengurus berkas-berkas ini."

Mendengar itu, Hye Sun segera melarikan pointer matanya pada Yoongi. Menelusuri sosok itu dengan teliti. Menimbang apa ia memerlukan Yoongi untuk mencari tahu kebenaran yang dikatakan seseorang tadi siang.

"Apa ibu boleh menyimpan kontak Yoongi-ssi?"

"Untuk apa bu?"

"Tentu, bi."

Jimin terdiam menatap Yoongi. Tidak mengerti mengapa ibunya ingin memiliki akses untuk menghubungi pria itu. "Baiklah, aku bisa memberinya ke ibu nanti. Sekarang kita harus pergi. Aku akan menghubungi Jungkook untuk menyusul ke mobil."

Hye Sun mengangguk. Kemudian berlalu usai mengatakan "saya permisi" pada seisi ruangan.
Dibelakangnya Jimin menyusul, menepuk lengan Yoongi dan mengatakan "selamat tinggal, hyung."

.
.
.

"Ibu dan ayah bisa tidur di kamarku. Kami akan tidur di kamar sebelah."

Jungkook menaruh koper orang tuanya di kamar kosong. Kemarin malam, ia dan Jimin menata ulang kamar itu agar terlihat rapi dan bersih. Jungkook menyingkirkan konsol game yang tak terpakai, barang-barang elektronik disimpan ke lemari, Jimin menambah satu lemari lagi untuk pakaian orang tuanya nanti.

"Jungkookie."

Yang dipanggil namanya menoleh, Jungkook menghentikan kegiatannya menggeser koper. Mendatangi sang ibu yang duduk di pinggiran ranjang.

"Apa Kookie juga akan pindah ke universitas Jiminie?"

"Tentu saja bu."

"Kenapa?"

Jungkook terdiam. Memikirkan alasan paling jujur mengenai kepindahannya. "Karena aku ingin satu universitas dengan hyungku. Semuanya bakal lebih mudah. Dari dulu juga kami satu sekolah. Kenapa bu?"

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang