Morning! Sengaja up pagi biar pada ga konsen kuliah-gak deng.
Baca pas senggang yak!
Warning! 18++°°°
Hari masih gelap ketika Jungkook memutuskan untuk keluar dari balutan selimut. Udara subuh yang dingin terasa menusuk tulang. Kalau bukan karena kebiasaannya yang selalu ke toilet sehabis bangun tidur, Jungkook tidak akan mau repot pergi keluar kamar.
Usai menuntaskan kegiatan, mendadak hatinya terasa berat untuk kembali ke tempat tidur. Karena perhatiannya kini terpusat pada sebuah kamar tepat di sebelah kamarnya.
Kamar Jimin, Jungkook memberanikan diri memutar kenop pintu.
Yang tidak Jungkook sangka, Jimin tidak mengunci pintu. Selama ini ia tidak pernah masuk ke area privasi tanpa mengetuk, Jungkook dan Jimin di ajarkan sopan santun oleh kedua orang tuanya bahkan di umur mereka yang masih terlalu muda.
Jadi ini pertama kalinya Jungkook melanggar adat sopan santun keluarga hanya karena ingin melihat kakaknya tidur.
Bukan sesuatu yang spesial, tapi cukup untuk membuat pemuda itu tersenyum gemas. Bagaimana tidak? Jimin terlalu lucu dalam balutan bed cover dan penutup mata berbentuk beruang. Rambutnya tergerai kesana kemari, berantakan. Dan ia sedikit berisik dalam tidurnya-Seperti menggumamkan sesuatu, suaranya tidak jelas. Mungkin bunga tidur.
Jungkook tidak bisa menahan langkah kaki hingga memanjat ke sisi belakang Jimin, tepat ketika pria mungil itu memutar tubuhnya ke dinding. Jimin makin membungkuk dalam selimut, mencari hangat. Lengannya meraup kaki dari dalam bed cover, terlonjak ketika Jungkook mencoba ikut masuk ke dalam sana. Tapi Jimin tidak bangun, ia hanya terlihat terganggu sedikit.
"Permisi hyung." bisik Jungkook sebelum sebelah lengannya menyelip melingkari pinggang Jimin. Jungkook merapatkan perutnya ke punggung sang kakak. Menempelkan wajahnya ke tengkuk Jimin. "Hmm kau wangi sekali sih, seperti bau bayi."
Gumaman Jungkook tidak seberapa nyaring. Tapi mampu membuat Jimin terbangun dari tidurnya. Pemuda itu menoleh, terkejut kala membuka penutup mata karena hidung mereka langsung bertemu satu sama lain. Jimin terkikik, terlebih ketika Jungkook menarik tubuhnya lebih dekat. Terlalu dekat hingga Jimin merona.
"Hyung..."
"Hmm?"
"Aku ingin..."
Jimin tidak mengerti. Ia hanya mengerjapkan mata. Melihat bagaimana Jungkook mulai menjadikan lengan kirinya sebagai tumpuan agar mereka bisa saling tatap. Wajah adiknya hari ini begitu tampan, layaknya laki-laki dewasa. Dia memang sudah dewasa omong-omong. Mustahil mengabaikan bentukan otot padat di sekujur tubuh serta posturnya yang matang. Belum lagi senyum Jungkook yang terkesan gentle, Selalu berhasil membuat Jimin terkesan. Sifatnya sangat berani, cerdas, dan ia memesona. Tanpa bisa berbohong pada hatinya, Jimin bersyukur memiliki anak ini sebagai orang yang mencintainya-meski hubungan mereka salah.
Yang terpenting sekarang hanya ada mereka berdua. Apapun yang terjadi, Jungkook tidak akan meninggalkannya.
Lengan kanan Jungkook membelai wajah satin itu, menginstruksi yang lebih tua untuk menutup mata. Jimin menurut. Jungkook membalikkan tubuh ramping Jimin dalam posisi terlentang, kemudian ia merendahkan kepalanya sendiri agar bisa menyatukan bibir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Cerita Pendek"Aku mencintaimu. Tidak apa-apa. Aku tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan pernah hyung." . . . [[Jikook/Kookmin; KookJi; Yoonmin]] [[Incest!AU]] [[Cover by: Nochuchims]]