haruskah?

5K 221 5
                                    

Author POV

***

Di sudut ruangan itu, di atas ranjang berbalut sprai merah itu terdapat seorang wanita yang tengah terduduk sambil memangku sebuah bantal berwarna senada dengan sprai.

Posisi duduknya, tatapan matanya dan ekspresi wajahnya belum berubah dari empat jam yang lalu. Matanya sembab tanda ia habis menangis.

Wanita itu menutup matanya dan tak ayal membuat air mata yang sedari tadi ia tahan jatuh membanjiri pipi mulusnya. Ia kembali terisak, satu memori jahat kembali menghantui dirinya.

Pikirannya kembali teringat akan satu kejadian, kejadian yang mampu membuat matanya memanas, kejadian yang mampu membuat hatinya terasa di remas,dan kejadian yang mampu membuat sekujur tubuhnya melemas.

Satu tahun sudah terlewati, namun luka di hati belum juga terobati.

Wanita itu aku, wanita rapuh yang membenci masa lalu.

Wanita itu aku, wanita yang menunggu kebahagiaan dengan cara mengurung diri di tempat yang ia suka. kamar.

Dan wanita itu masih aku, wanita yang tak pernah berbicara menggunakan mulut melainkan berbicara menggunakan mata. Mata lebam ini menjadi arti bahwa kesedihan menjadi perasaan yang selalu aku rasakan.

Mata yang tak pernah menyipit karena sebuah senyuman.

Terima kasih Tuhan karena kau telah memberiku pelajaran, bahwa menanam harapan pada sebuah doa yang ku panjatkan hanyalah sebuah omong kosong yang menyakitkan.

Terimakasih..

***

Licya masih setia duduk di depan sebuah laptop, menulis serangkaian kata yang mungkin bisa di bilang sebagai cara seorang perempuan mengutarakan perasaannya. Ia mulai belajar menulis, menulis serangkaian cerita pahit tentang dirinya. Setengah buku mungkin sudah ia buat dari satu tahu yang lalu, semenjak kehilangan buah hatinya ia cukup terpuruk. Tak ada tempat pelampiasan yang pas untuknya selain menulis dan membaca. Dulu, ia selalu bermimpi ingin menjadikan anaknya sebagai mobel dari busana yang ia buat. Tapi, mimpi itu pupus di telan takdir.

Licya menghela nafasnya kemudian menatap ke arah luar jendela.

Sinar matahari mulai merangkak menyelimuti setengah bola dunia. Awan putih mulai saling menyapa satu sama lain, bumi masih berputar namun roda kehidupan licya dan chris nampaknya masih setia di bawah. Entah karena terganjal batu takdir atau memang mereka betah berlama lama di bawah.

"Sayang.." panggil seseorang dari luar.

Setelah panggilan itu munculah seseorang dari balik pintu dengan setelan jas berwarna navy yang sangat cocok di pakainya. Chris. Dia terlihat sangat maskulin, rambut rambut tipis yang tumbuh di dagu sampai jambangnya terlihat segar ketika di cukur habis dan menyisakan bulu bulu tajam di situ. Mata tajamnya masih sama. Rambutnya di pangkas dengan model baru, serta bibirnya yang merah menggoda menandakan dia tidak merokok. Dan jangan lupakan, otot otot di tubuhnya. Perut kekar itu, Ahhh Chris...

"Ada apa sayang?" Jawab licya beranjak dari ranjang.

Chris belum menjawab, dia masih sibuk melilitkan dasi merah yang mengikat di lehernya. Ke kanan dan ke kiri ia lakukan tapi hasilnya, malah lehernya yang terlilit. Gerah dengan dasi yang tidak benar juga Chris akhirnya menyerah.

The Devil's Angel [MASA REVISI!! + COMPLETED!!]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang