12

389 29 3
                                    

Malam ini Nara sudah siap menggunakan dress hitam selutut dengan rambut digelung ke atas. Dia nggak pakek make up tebel tebel nanti dikira ondel-ondel nyasar lagi. Dengan setia cermin mengikuti bayangannya yang tampil dari dua puluh menit lalu.

Sampai ketukan menghentikan aktivitas yang dilakoninya. "Ra,"panggil mama langsung buka pintu. "Itu udah ditunggu. Kamu dandan biasa aja lamanya kaya orang ngantri sembako. Udah ayo turun,"ajak mama menarik tangan Nara.

"Eh iya ma. Bentar." Nara buru-buru mengenakan flat shoes senada dengan dress sebelum turun ke bawah.

Di bawah tepatnya di ruang tamu udah ada Third dengan setelan baju semi formal dengan warna hitam-hitam. Yang Nara bingungin kapan dia cat rambut jadi warna abu abu sebagian gitu. Dia hanya mengedikkan bahu seraya jalan ke arah cowok itu.

Third yang sadar ada suara orang jalan langsung nengok. Matanya berkedip kedip kaya orang bego liat Nara lenggak lenggok gitu. Sebenernya Nara jalan biasa aja tapi yah di mata seorang Third mah pasti beda.

Third menelan ludah dengan payah. Baru kali ini dia melihat Nara nggak pake seragam. "Heh jangan bengong! Diem mulu lu biasanya udah nyinyir,"sinis Nara.

"Lo cantik juga kalau nggak pakai seragam,"puji Third.

"Maksud lo gue pas di sekolah jelek gitu?!" ujar Nara.

"Ya bukan. Beda aja gitu."

"Alah nggak usah ngegombal lu. Gak bakal mempan ke gua," sinis Nara sambil kembali merapikan rambutnya.

"Diem salah. Ngomong juga salah. Dasar cewek. Nggak pernah salah,"batin Third.

"Lah malah bengong, udah jam tujuh nih,"peringat Nara melihat jam tangan mungil di pergelangan tangannya.

"Ya udah ayo"

Setelah pamit sama mama mereka langsung keluar dari rumah. Di rumah cuma ada mama. Papa lagi lembur kerja sedangkan abang Arkin lagi main ke rumah temennya. Third katanya pake mobil biar lebih keren gitu. Alah gegayaan.

Di depan rumah sudah terparkir rapi mobil Lamborgini hitam yang membuat Nara tercengang. "Third punya mobil, tapi kok ke sekolah jalan kaki sih,"batin Nara.

"Lo nggak mau masuk?"tanya Third yang sudah membukakan pintu mobilnya untuk Nara.

Nara yang tersadar langsung buru-buru masuk. Di jalan nggak ada yang bicara. Kalau kata jangkrik 'krik krik krik' kalau kata teri 'ri ri ri'

"Ngapa manggil-manggil!!"-author.

Nara sibuk liat ke luar jendela karna emang suasananya sepi kaya malmingan tanpa doi. Third sendiri fokus nyetir.

"Lo nanti di sana jangan sendirian," ujar Third mecah keheningan.

Nara noleh mengangkat alis,"Lo mah aneh. Kalau di pesta pasti rame. Mana bisa gue sendirian."

"Mungkin ajalah soalnya kan Aynam gak dateng."

Mata Nara langsung membulat kaget,"Kok?"

"Katanya dia ada acara keluarga yang nggak bisa ditinggal."

Nara merengut sebal. Bisa bisanya si Aynam tak memberitahunya.

"Makanya lo nanti sama gue aja biar nggak sendirian."

"Kan ada Yaza,"ucap Nara.

"Ya nanti liat aja."

Mobil Third berhenti di depan sebuah rumah mewah berpagar tinggi. Tapi kok sepi ya. Nggak kaya ada pesta gitu.

"Kita udah sampai?" tanya Nara.

"Belum"

Nara mengerutkan dahinya melihat Third berkutik dengan ponsel di tangannya seperti sedang chat.

You Don't Know-Third ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang