"Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Nara yang tadinya sedang menikmati suasana ini langsung tertegun. Dia menelisik mata Third, mencari sesuatu yang bernama kebohongan atau bercandaan. Namun, tidak ada. Matanya berbinar dan berkilau terkena cahaya sekitar.
Apa dia nembak gue?
"Gue sayang sama lo, Ra. Sejak dulu pas MOS sekolah."
Nara terdiam. Dia jadi berpikir keras. Jika Third suka dengannya sejak dulu, kenapa dia malah macarin cewek lain. Banyak lagi.
"Gue pengin jagain lo. Biar lo nggak sendiri saat masalah datang seperti akhir-akhir ini."
Third meraih kedua tangan Nara lalu menatapnya dalam. "Aku mencintaimu, Nara."
Nara membeku, dia rasa dunia sedang tak ia pijak sekarang. Ia tak akan pernah bisa membohongi hatinya. Tapi...
"Lo serius?" tanya Nara sedikit bergetar.
"Ya nggak lah, orang cuma pengin jadiin pacar pura-pura biar cewek-cewek menjauh dikit." Third sedikit mendengus. Apa raut wajahnya kurang serius?
Nara melotot lalu memukul lengan Third. "Ih dasar ya, sekali playboy tetep aja playboy!"
Third dengan cepat mencekal tangan Nara yang terus memukulinya. Dengan pergerakan tiba-tiba, Third memeluknya erat.
Dia membisik langsung ke telinga Nara, "Kurang serius apa sih aku?"
Nara sudah lemas mendengar perkataan cowok yang kini memeluknya. Terlebih dia sudah memakai aku-kamu. Apa yang harus ia jawab? Sedangkan hati dan pikirannya saling beradu.
Di satu sisi, ia meragukan keseriusan Third. Tapi di sisi lain, tidak ada yang perlu dicemaskan.
Third masih memeluk Nara malahan semakin erat. Hingga gadis itu membalas pelukannya.
Mereka hanya diam. Menikmati bisikan angin dalam kebisuan. Belum ada jawaban ataupun lainnya. Tapi, alam seakan merestui malam ini menjadi awal kisah mereka.
Third dengan segala kemisteriusannya mengenai sifat playboynya. Dan Nara dengan rasa yang apakah itu cinta.
Baginya, Third bukanlah playboy kebanyakan. Dia unik. Dia berbeda. Seperti ada sesuatu alasan yang terlalu tertutup.
Mereka yang suka bertengkar, melempar sinisan. Namun, inilah cinta. Kadang berbalikan dari sebelumnya.
"Kenapa aku? Bukan wanita-wanitamu sebelumnya?" tanya Nara berbisik.
"Karena kamu bukan mereka. Kamu adalah Nara, milik Third. Mereka hanya sementara tapi kamu selamanya," ujar Third membuat Nara berkaca-kaca. Tingkah laki-laki ini memang tak pernah terduga.
"Aku tahu kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku selama ini seperti ini. Dan, jawabannya adalah karena kamu."
Nara mengernyit. "Maksudnya?"
Third tersenyum, ia mengelus suarai Nara lembut. "Ya, kamu."
***
Sekolah sekarang menjadi tempat gosip terakurat. Belum satu hari, pasti satu berita langsung tersebar sampai ke ujung-ujungnya. Dari murid emang tukang gosip sampai murid cupu yang hanya peduli dengan buku saja tahu.
Malam itu, tanpa jawaban. Third mendeklarasikan dirinya dan Nara sebagai sepasang kekasih. Nara yang berjalan di koridor tadi pagi sempat mendengar bisik-bisik orang terutama adek kelas.
Dia hanya menatap datar Third yang hanya memasang cengiran khasnya. "Pagi, Sayang."
Nara melotot. Ia bergegas menuju tempat duduknya dengan menunduk. Ia malu, pasalnya Third menyapanya sambil berteriak.
"Waduh udah sayang-sayangan aja nih," goda Aynam. "Bolehlah PJ-nya," lanjutnya sambil mengode Third.
"Boleh-boleh."
Nara memutar bola matanya malas. "Apaan sih?!"
Aynam tertawa. "Selow dong mbaknya. Lagian kita dah liat kalian tadi malem peluk-pelukkan." Aynam ber-tos dengan Marc.
"Oh, jadi kalian yang nyebarin! Orang gue belum jawab!" sinis Nara.
"Iya, tapi udah kuanggep 'ya' soalnya tadi malem kamunya diem aja tapi gak mau lepas pelukanku, kan?"
Anjirlah si Third_-
Tau aja dia!!!Nara membalikkan badannya, wajahnya memerah. Oh astaga! Bisa gila dia.
Tak lama, dari arah pintu muncul Yaza. Saat berpapasan, mata mereka sempat bertemu. Tatapan yang tak bisa diartikan. Tapi Nara pun tak peduli. Dia masih mengingat jelas semuanya.
***
Siang ini, Nara pulang sendirian setelah kukuh menolak siapapun yang mengajaknya pulang bersama. Termasuk pacarnya.
Pacar? Sangat terdengar menggelikan baginya tapi...ah sudahlah.
Nara hanya berjalan dengan pelan, belum berniat memesan taksi atau ojek online. Dia merindukan jalan yang selalu ia lewati setiap pulang sekolah sebelum sesuatu terjadi.
Nara menghela napas panjang. Belum sempat ia mengeluarkan ponsel, ujung mata Nara menangkap sosok Yaza yang...
Mata Nara membulat seketika. Dia segera berlari dan berteriak, "Yaza!!!"
Bruk...
Nara mendorong Yaza. Dirinya pun juga ikut jatuh. Untungnya Nara tidak terluka. Dan, mobil yang tadi melaju cepat hendak menerjang tubuh Yaza melesat beberapa detik setelah mereka jatuh.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Nara ketus. Dia sebenarnya malas berurusan lagi dengan Yaza. Tapi ia juga tidak ingin menjadi saksi kecelakaan yang hampir menimpa Yaza.
Yaza berusaha berdiri sekuat tenaga. Dia mengangguk dengan wajah shock-nya. "Terima kasih."
Nara menatap datar ke arah Yaza. "Lain kali kalau nyebrang itu liat sekitar dulu, jangan bengong!" omel Nara lalu beranjak pergi begitu saja.
"Ra." Yaza menghentikan langkah Nara.
Nara menoleh.
"Lo beneran pacaran sama Third?"
"Emang itu urusan lo?" Nara bersedekap dengan wajah yang sangat malas.
"Lo masih marah sama gue?"
Marah? Masih ditanya?
Yaza itu sebenernya polos atau emang pura-pura aja keliatan polos. Tapi sejauh ini, Nara tidak melihat secara jelas bagaimana sifat asli perempuan ini. Di rooftop waktu itu juga ia tidak ikut menertawai Nara. Nara jadi bingung mau bersikap bagaimana.
"Lo tau sendiri kan Third itu kaya apa?" lanjut Yaza.
Nara memutar bola mata malas lalu ia mengedikkan bahu. Tanpa menjawab apapun yang Yaza katakan, kakinya sudah melesat pergi menjauh.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know-Third ♡
FanfictionYou don't know . . . Bahasa non baku... Masih acak-acakan dan belum direvisi Start : 14 April 2018